3. Curiga

1.5K 279 28
                                    

"Kau benar-benar tidak mengenal Mark sebelumnya? Aku masih tidak mempercayaimu." Jaemin melirik Haechan dari bawah hingga atas, menaruh tatapan curiga pada juniornya itu. Kejadian tadi pagi membuatnya masih tidak mempercayai ucapan Haechan.

Yang ditatap hanya diam tutup mulut, ia ingin memberitahu bahwa Mark itu tengah dirasuki roh dari kucingnya yang sudah mati. Tapi ia masih meragukannya juga, masih dalam penyelidikan diri sendiri. Dia perlu mencari banyak bukti, Jaemin pasti menganggapnya gila jika memang dia akan mengatakan hal seperti itu.

"Sudah aku katakan aku tidak mengenalnya, aku orang biasa. Rakyat jelata, bukan keturunan bangsawan, aku bukan dari kalangan konglomerat. Jika aku dari kalangan orang kaya dan mengenal seorang bernama Mark Lee, mana sudi aku melamar pekerjaan di sini dan bertemu dengan orang-orang seperti kalian." Haechan mengomel uring-uringan, dia segera keluar tepat saat pintu lift terbuka.

"Jadi kau menyesal bertemu dengan orang-orang seperti kami? Bagus. Keluar saja sekalin sekarang. Minggir! Kau menghalangi jalanku!"

Haechan menciut, ia lupa akan manusia kecil imut nan manis tapi kesabarannya seperti tisu dibagi empat dilempar ke dalam ember air, dengan mulut setajam silet dan menancap seperti linggis, ia menggeser tempatnya. Membiarkan Renjun berjalan duluan. Siang ini mereka janjian untuk makan bersama sebagai anggota tim, sebagai perayaan. Walaupun telat, Renjun yang mengusulkan.

"Kau dan mulutmu, kau membuat suasana menjadi kacau Haechan." Winter berbisik, ia menatap ke arah Renjun yang berjalan paling depan.

"Aku lupa maafkan aku. Itu efek dari lambung yang belum diisi." Haechan menangkup kedua tangannya.

"Mati kau, mungkin saja saat kembali. Berkas setinggi gunung sudah menumpuk di mejamu." Yeri tertawa puas, dia paling suka menjahili sang anak magang. Dia menepuk punggung Haechan memberi semangat.

Jaemin hanya bisa menggeleng, dia harus meratapi nasibnya yang memiliki tim dengan beraneka macam sifat. Keluar kandang singa malah masuk kandang monyet, ketua tim dengan kelakuan yang tidak bisa ditebak, wakil tim yang pemarah. Winter yang cukup tertutup, Yeri yang memiliki kelakuan sebelas dua belas dengan Haechan. Haechan yang mengambil angka dua belas. Dia yang paling aneh. Membuat tenaga Jaemin habis secara cepat.

Hujan siang ini menghiasi makan siang mereka. Ke-lima orang yang sudah kelaparan berjalan bersama-sama, dari jauh kelimanya dapat melihat satu orang yang mereka kenali tengah berdiri dengan senyuman paling lebar hari ini. Saat satu orang tertangkap oleh radarnya dia berpaling melambai amat riang gembira sampai satu isi kantin di kantor hanya menatap tidak percaya.

Dia melompat ringan.

"Chanie!" satu orang disebutnya.

Yang lain menatap curiga, yang ditatap hanya bisa menangis dalam jiwa. Tidak menyangka Mark benar-benar menunggunya. Ia sudah senang saat melihat bossnya itu keluar lebih cepat, ia pikir Mark akan makan bersama asistennya di luar kantor seperti boss yang lainnya. Tapi nyatanya tidak. Terkutuklah Mark dengan Mark yang memanggilnya dengan panggilan akrab yang bahkan dia tidak tahu.

"Chanie lihat! Markie sudah jadi anak baik. Sekarang berikan aku hadiahnya."

"Chanie? Markie?" empat orang di sana melongo, termasuk Renjun yang marahnya sudah berganti wajah bingung. Dia menatap ke arah Haechan, panggilan yang seperti satu kesatuan.

"Itu yang kau katakan tidak kenal? Sekarang dia benar-benar menunggumu." Jaemin berbisik. Menyenggol bahu Haechan dengan pelan.

Haechan melirik ke semua arah, tidak enak dengan yang lainnya. Dan sekarang Mark sudah menunggu hadiahnya. Dia tidak tahu akan memberikan apa, perihal memberikan hadiah itu hanya menjadi akal-akalan agar Mark ingin berpisah dengannya untuk bekerja. Dia berfikir keras, sangat keras hingga membuat kedua alisnya berkerut. Dia mengingat-ingat apa yang disukai oleh Neko, jika memang seperti dugaannya. Tentunya apa yang menjadi kesukaan Neko akan menjadi kesukaan Mark.

[PRSNT 3K] - Neko-chanWhere stories live. Discover now