The Doll 2 : 11

219 59 6
                                    

+ Haloh! Adakah yang masih baca atau menunggu book ini up?😭☝🏻
+ Maaf lama gak up huhu. Aku terlalu fokus sama banyak ide cerita yang tiba-tiba muncul, jadinya aku malah sibuk ngetik cerita baru buat stock wkwk
+ Btw maaf kalo banyak typo atau salah kata. Happy reading!!

































05.29

Pagi ini lumayan dingin dari hari-hari biasanya. Ah Young, Seoyun, dan Jihyeon memutuskan untuk olahraga sejenak sambil menunggu matahari terbit, yaitu dengan melakukan lari pagi di kawasan hutan. Sudah lama sejak kelulusan mereka tidak melakukannya. Berhubung masih ada banyak waktu luang selama liburan ini.

“Hei! Tali sepatumu copot, tahu!” Celetuk Jihyeon, berteriak mengingatkan Seoyun yang tak sadar tali sepatunya lepas selama berlari. Yang diingatkan nampak menoleh kemudian menundukkan kepala melihat ke arah sepatunya. “Ah, astaga ...” Seoyun mendecak kesal karena hal itu.

Menghiraukan Seoyun yang berhenti di belakang karena membenarkan ikat tali sepatunya, Jihyeon terkekeh pelan kemudian lanjut berlari kecil menyusul Ah Young yang saat ini memimpin sedikit di depan. Sambil mendengarkan musik melalui headphone, pandangan Ah Young tertuju ke arah hutan yang terlihat sunyi dan sedikit gelap karena sekarang masih pukul setengah enam pagi.

“Hei! Jangan suka melamun.” Kejut Jihyeon menyadarkan. Ah Young sempat agak terperanjat karena gadis itu merangkulnya secara tiba-tiba. “Berhenti melakukan hal yang bisa mengejutkan orang lain.” Kesal Ah Young sambil melepas headphone–nya. Ia kalungkan benda itu pada leher.

“TEMAN-TEMAN, TUNGGU!!” Teriak Seoyun yang sudah tertinggal cukup jauh di belakang. Ia pun bergegas berlari menghampiri Jihyeon dan Ah Young. “Jangan cepat-cepat, dong.” Gerutunya.

“Cepat-cepat apanya? Kau tidak lihat kami berlari santai seperti ini?” Sahut Jihyeon. Ketiganya pun mengubah aktivitas dari berlari kecil menjadi jalan santai.

Krek!

Tiba-tiba terdengar suara dedaunan kering di sekitar. Seolah seseorang baru saja lewat dan menginjaknya. Sontak ketiga wanita itu memandang ke sekeliling hutan. Seoyun pun bergegas menyusul dua temannya kemudian merangkul lengan Jihyeon karena takut.

“Heh! Suara apa itu?” Tanya Seoyun sambil bersembunyi di sebelah Jihyeon. “Jangan-jangan hantu?” Sambungnya. Namun ketika mengucapkan kata hantu, suaranya semakin mengecil.

Jihyeon mendecak kemudian menggerakkan tangannya agak sedikit kasar. “Daripada hantu, aku lebih takut tiba-tiba muncul serigala di sini.” Kesalnya. Seoyun seketika terdiam. Benar juga, pikirnya.

Ah Young masih siaga di tempat sembari mengarahkan pandangan ke setiap sisi hutan. Ia merasa beberapa saat lalu melihat sebuah bayangan melintas secepat kilat. Bayangan itu menuju ke arah barat. Awalnya Ah Young mungkin tidak sadar. Namun ketika ia kembali memfokuskan mata, sebuah bangunan terlihat dari balik gelapnya hutan.

“Ada bangunan di dalam hutan.” Celetuk Ah Young berhasil membuat atensi Seoyun dan Jihyeon teralihkan. “Ah?” Seoyun pun mencoba mencari-cari dimana letak bangunan yang dimaksud oleh Ah Young.

“Di sana. Lihat?” Ah Young menunjuk ke arah bangunan itu.

Aishh—ini tidak beres. Ayo, kita kembali ke villa saja!” Jihyeon semakin ketakutan. Pasalnya ia teringat setiap adegan di dalam film thriller atau horor. Jika bangunan tersebut tidak menjadi tempat tinggal hantu, maka kemungkinan besar akan ditempati oleh pembunuh. Mencoba mencari jalan teraman, bukankah lebih baik jika mereka kembali? Apalagi ini masih sangat gelap. Juga, tidak mungkin ada manusia di tengah-tengah hutan seperti ini.

Sejujurnya Ah Young sangat penasaran dengan bangunan itu. Seolah ada sebuah energi besar yang berusaha menariknya agar datang ke sana. Tapi nyawa tetaplah yang lebih penting. “Aku merasakan sebuah aura mencoba menuntunku ke sana,” gumam Ah Young.

“Hei! Jangan bercanda!” Seoyun memandang Ah Young heran.

“Kau seperti karakter penyebab masalah dalam film horor. Tapi masalahnya ini bukan film, kalau kita mati gara-gara di sana ada penjahat, memangnya kau mau?” Jihyeon mulai kesal.

“Aku tidak bilang kalau mau ke sana.” Ah Young tak mau kalah. “Aku cuma mengutarakan apa yang kurasa.” Ia balas tatapan tajam dari Jihyeon. “Ya sudah, ayo kembali!” Ajaknya.

Ketiganya pun akhirnya memutar arah dan memutuskan untuk pulang saja ke villa. Sebelum benar-benar pergi, Ah Young sempat menoleh kembali. Tepat di waktu yang sama, sesosok bayangan bermata merah muncul di sebelah salah satu pohon. Jantung Ah Young seakan tercekat, kakinya seketika lemas.

“Eh! Kau kenapa?” Untung saja Jihyeon dengan sigap menangkap tubuh Ah Young saat wanita itu hampir terjatuh.

Ah Young tak ingin langsung membahas apa yang barusan dilihatnya. Karena ia tahu makhluk itu masih menatap dari balik kegelapan. Tanpa perlu dianalisis pun Ah Young tahu kalau ia berkekuatan tinggi. Mungkin saja makhluk itu juga yang tadi lewat dan menimbulkan suara.

“Ayo, cepat!” Perintah Ah Young. “Jangan menoleh ke belakang.” Peringatnya namun sambil berbisik. Ia bahkan mendorong Seoyun dan Jihyeon agar mereka lari lebih cepat. Meski menyadari perubahan ekspresi dan sikap dari Ah Young, keduanya tak mencoba menanyakan. Kalau begini, biasanya Ah Young pasti melihat sesuatu yang tak kasat mata. Makannya mereka mengerti.

+×+

Brak!

Bruk!

Soobin baru saja kembali dari dapur karena saat tidur ia mendadak haus. Namun, ketika tengah berjalan menuju kamarnya, tiba-tiba terdengar suara bising seperti ada benda yang sengaja dibenturkan. Pelan-pelan Soobin pun mengganti arah tujuan.

“Ayo, ikut denganku!

“Tidak mau. Nanti aku dimarahi ayah.”

“Ikut aku! Atau ayahmu kubunuh!

Eng? Jangan ... Ayahku orang baik. Aku menyayanginya.”

Mendengar percakapan itu, sontak tangan Soobin langsung membuka pintu kamar sang putri. Tapi, setelah pintu dibuka, di dalam hanya terlihat Soora yang sedang duduk di lantai sambil membelakangi.

Cetek

Soobin menyalakan lampu di kamar Soora. Pelan-pelan ia hampiri putrinya yang tampak diam saja sejak pintu dibuka. “Soora ...? Kau bicara dengan siapa?” Tanya Soobin bingung. Pasalnya ia tak melihat satu pun makhluk halus di dalam kamar Soora. Karena jika ada, biasanya Soobin akan langsung merasakan atau bahkan melihatnya.

Tak ada jawaban dari Soora. Soobin pun memutuskan untuk mengecek dari arah depan. Saat dicek, rupanya mata Soora masih terpejam, gadis kecil itu jelas-jelas masih tertidur. Kalau begitu, siapa yang tadi berbicara?

“Sejak kapan kau tidur berjalan seperti ini?” Soobin menghela nafas panjang. Dengan hati-hati ia pindahkan kembali tubuh Soora ke atas ranjangnya.

Apa tadi dia mengigau? Batin Soobin. Ia pandangi wajah Soora sembari menyelimuti tubuh mungilnya.

Sebenarnya antara risau dan tidak, Soobin mulai merasa ada yang janggal. Setelah mengecek Soora untuk beberapa detik, ia matikan lampu ruangan dilanjut dengan menutup pintu kamar. Sambil berjalan ke kamarnya, Soobin mendadak termenung.

Apa hanya perasaanku saja? Suara tadi, keduanya terdengar seperti suara Soora. Batin Soobin.









































-TBC-

(𝟑) 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋 𝟐 [𝐂𝐇𝐎𝐈 𝐒𝐎𝐎𝐁𝐈𝐍] Where stories live. Discover now