Chapter 18 || The Decision

618 45 4
                                    

"Kumohon, ceraikan aku

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Kumohon, ceraikan aku." Mata Lily nampak bergetar,begitupula dengan suara yang keluar dari bibirnya.

Napas Tristan tercekat. Pernyataan Lily membuat lututnya lemas seketika. Namun, dia hanya terdiam. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dari Lily dan memejamkan matanya sejenak.

Suasana hening dan tenang menyeruak untuk beberapa menit. Luka yang menggores kening Lily tampak semakin terbuka,namun dibandingkan dengan luka itu, hatinya jauh lebih terkoyak.

"Kita harus ke rumah sakit terlebih dahulu,baru setelah itu kita akan membicarakannya," Tristan tiba-tiba mengatakan hal yang membuat dunia Lily hancur seketika. Dia menyetujuinya? Tristan, memilih berpisah demi wanita itu? Namun,Lily hanya diam dan bersandar ditempat duduknya dengan matanya yang menatap keluar jendela.

Disepanjang perjalanan mereka menuju rumah sakit,Tristan dan Lily tidak saling mengucapkan satu katapun. Hingga akhirnya mereka bertiga tiba dirumah sakit dan Sean berhenti tepat didepan ruang UGD. Lily tidak menunggu Tristan untuk membukakan pintunya,dengan cepat ia keluar dan berjalan kedalam ruang UGD. Seorang perawat terkejut ketika melihat Samantha masuk dan berjalan dengan luka yang menganga dikepalanya,dengan cepat ia mengambil sebuah kursi roda untuk membantu Lily tapi Lily menolaknya.

"Tunjukkan saja dimana tempat aku harus berbaring." Ucapan Lily sangat tegas dan dingin. Perawat itu membuka sebuah tirai lalu mempersilahkan Lily berbaring dengan nyaman disana.

Sean dan Tristan mengikuti Lily dan hendak mendekatinya ketika Lily berteriak, "JANGAN MENDEKATIKU! SUSTER! TUTUP TIRAINYA!" Para dokter dan perawat yang tengah berlalu lalang diruangan itu tentu saja terkejut dan tercengang mendengar teriakan memerintah dari seorang pasien kecelakaan yang baru saja datang. Tapi mereka dengan cepat mengikuti perintah Lily dan mempersilahkan Sean dan Tristan untuk dirawat diruangan yang berbeda.

"Dude,sebaiknya kau jujur pada Lily. Sampai kapan kau akan merahasiakan kebenaran tentang dirimu yang sebenarnya adal---" ucapan Sean menggantung diudara ketika Tristan menatapnya dengan tajam dan penuh amarah.

"I'm just saying. Kecuali,tentu saja kau sudah siap untuk kehilangan istri dan putrimu." Mendengar hal itu Tristan langsung menunduk dan memenjamkan matanya. Ekspresi wajahnya seperti seseorang yang tengah memikul beban seberat 100kg diatas pundaknya. Ia bahkan tidak merasakan tusukan jarum dan benang yang perawat jejalkan didalam kulit kepalanya,sangking banyaknya pikiran yang membebani dirinya saat ini.

"Apa menurutmu Lily akan menerimaku jika aku memberitahunya?" tanya Tristan tiba-tiba. Sean yang duduk diatas ranjang yang berhadapan dengan Tristan sontak menatap pria malang itu dengan alis terangkat.

"Ku rasa yang akan membuat Lily tidak terima adalah fakta bahwa selama ini kau menyembunyikan rahasia ini darinya." Sean menjawab dengan menatap mata Tristan intens.

Tristan menghela napasnya dengan kasar lalu merebahkan dirinya diatas kasur. Tiba-tiba terdengar suara rusuh dari pintu masuk UGD. Tristan dan Sean saling bertatapan ketika mendengar suara familiar yang mulai memanggil-manggil nama Tristan.

"SHIT! Amber!" bisik Sean. Ia dengan panik mencari cara untuk kabur sebelum Amber menemukan Sean disini. Sean menunduk dan masuk ke bawah kolong tempat tidur tepat disaat Amber membuka tirai dan menemukan Tristan yang tengah terduduk dengan wajah yang hampir panik.

"OH,Babe! Apa yang terjadi? Aku mendengar kabar kalau ada kecelakaan dikompleks perumahan dan tetanggaku memberitahu ciri-ciri mobil yang mirip denganmu. Sudah kuduga itu dirimu,sayang. Apa kau terluka parah?" Amber segera memeluk dan mencium Tristan dengan begitu panas,seakan-akan dia lupa bahwa pria itu sedang terluka.

Tristan tidak membalas ciuman itu tapi matanya melirik kearah luar dan menemukan Lily yang sedang memandang mereka dengan tatapan dingin penuh amarah. Kepala Lily diperban dengan perban berwarna putih,dia juga mendapatkan cairan infus karena ternyata Lily sudah beberapa hari tidak memberi dirinya asupan makanan yang cukup.

Tristan sontak berdiri dan hendak berjalan menuju kearah Lily ketika ia melihat Sean yang dengan cepat berlari kearah Lily dan menutup tirai yang membuat pandangan Lily dan Tristan terpisah begitu saja.

"Rick,ada apa?" Amber melihat Tristan dengan tatapan penuh kebingungan. Tapi Tristan dengan cepat mengalihkan pembicaraan lalu menutup tirai dengan perlahan. Kali ini Tristan benar-benar berada dalam masalah.

Tak lama kemudian,seorang perawat datang menemui Tristan untuk meminta data informasi pasien. Amber dengan cepat berdiri dihadapan perawat itu dan bertingkah layaknya seorang pasangan yang siap merawat suaminya sendiri.

"Siapa nama anda tuan?" tanya perawat itu.

"Rick Dawson,"jawab Amber.

"Dan umur anda?"

"Umurnya 28 tahun." Amber terus-terusan memberi informasi kepada perawat itu hingga akhirnya dia keluar meninggalkan mereka berdua.

Amber mendekati Tristan lalu memainkan jemarinya diatas wajah Tristan yang terluka. "Bagaimana kalau kau menginap saja dirumahku malam ini? Aku bisa membuatmu merasa lebih baik,sayang." Amber lalu mulai mengecup leher Tristan yang seketika itu juga membuat Tristan merasa mual.

"Kurasa aku harus beristirahat dirumahku,aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu," jawab Tristan dingin. Wajah Amber berubah dingin. Ia melepaskan tangannya dari Tristan lalu berkata,"Kau tahu? Untuk ukuran pria normal,kau tidak mungkin bertahan selama ini untuk tidak menyentuhku. Kau bahkan harus repot-repot membayar dua kamar saat kita berlibur di Maldives, yang benar saja!"

Melihat reaksi Amber,Tristan dengan cepat berdiri dan meraih tangannya. Ia mengecup lembut punggung tangan Amber dan menjawab, "Aku ingin malam pertama kita sempurna,Amber. Bersabarlah sebentar lagi." Sontak saja Amber merasa tersipu dan merona saat melihat tatapan Tristan yang sangat tampan itu.

"Baiklah kalau itu katamu." Dan seperti itulah, cara Tristan menaklukan seorang Amber Fizko bak anjing peliharaannya.

Sementara itu, Sean dengan gugup berdiri dihadapan Lily yang sedari tadi tidak menghiraukannya. Suasana canggung dan hening ini membuat Sean merasa sanggat terganggu dan tidak nyaman.

"Kau,sejak kapan kau menjadi kacung suamiku?" tanya Lily dingin. Ia hanya menatap Sean dengan lirikan tajam yang membuat Sean bergidik ngeri.

"Kacung? Aku bukan kacung suamimu. Aku hanya mendampinginya," jawab Sean ragu. Lily menoleh dengan alis yang mengkerut. "Mendampingi? Kau mendampingi suamiku yang sedang berselingkuh?" tanya Lily sinis.

Sean menghembuskan napas dengan kasar lalu pada akhirnya mengambil kursi dan duduk disamping tempat tidur Lily.

"Lily,ku mohon dengarkan aku. Aku tidak seharusnya mengatakan ini padamu. Karena kurasa Tristan akan membunuhku jika aku terlalu banyak memberimu informasi. Tapi, sebenarnya...," Sean terdiam. Dia sangat ragu untuk mengatakannya, tapi juga merasa tidak tega melihat Lily dan terluka separah ini.

"Wanita yang kau kira adalah selingkuhan suamimu,dia adalah putri semata wayang dari Alberto Fizko,pemimpin mafia yang selama ini mencarimu."

"Apa maksudmu? Kenapa Tristan harus berhubungan dengan putrinya? Jika itu dia lakukan untuk menyelamatkan aku---"

"Tidak..Tidak! Ya Tuhan, Lily aku sangat bingung bagaimana caraku untuk menjelaskannya. Tapi baiklah,sebenarnya....,"

"Tristan adalah seorang agen rahasia CIA. Dan profesinya sebagai seorang CEO muda hanyalah kamuflase baginya untuk menjalankan tugas yang sebenarnya. Dia tidak pernah berselingkuh darimu,Lily!"

"Apa kau bilang? Agen rahasia?!!!!"

To be continued ❤️

Lega gak tuh? LOL! Gimana chapter kali ini? Komen yaa pendapat kalian...😘

INNOCENT PLAYBOY [TAMAT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant