Chapter 33 || Dance Floor

383 32 2
                                    

Aroma bunga lily yang semerbak menggoda mata Lily yang tertidur untuk terbuka

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Aroma bunga lily yang semerbak menggoda mata Lily yang tertidur untuk terbuka. Dia sangat tidak suka aroma rumah sakit yang berbau darah dan obat-obatan,tapi saat ini kamarnya malah mengeluarkan aroma harum dari bunga lily. Perlahan ia membuka matanya dan mengerutkan dahi ketika cahaya sinar mentari menusuk penglihatannya. 

Sudah pagi. Tristan dimana? batinnya.

"Kau sudah sadarkan diri?" Suara itu terdengar asing namun familiar ditelinga Lily. Bukan suara Tristan maupun suara siapapun yang dekat dengannya. Ia menengok kearah suara itu dan mendapati sosok yang begitu tidak ia harapkan saat ini.

"Kau? Apa yang kamu lakukan disini? Brianna! Mana putriku?!" ucap Lily tak sabaran. Alberto tersenyum tipis lalu berjalan mendekati Lily. "Putrimu baik-baik saja. Hanya saja, dia memintaku untuk membelikan es krim untuknya saat tengah malam. Tentu saja aku tidak bisa menolak permintaanya,aku harap kau tidak akan memarahinya karena hal itu," balas Alberto dengan raut wajah serius.

Lily terperangah lalu terkekeh pelan. Ia sepertinya bereaksi terlalu berlebihan saat melihat Alberto tadi. Tapi,ia teringat ayahnya James. Sejak kemarin dia tidak mendapatkan kabar apapun tentang ayahnya karena CIA yang mengurus pengobatannya.

"Tristan? Dimana dia?"

"Aku disini sayang," Tristan keluar dari pintu kamar mandi dan segera duduk diatas ranjang tepat disamping Lily. Dia mengecup kening istrinya penuh rasa lega karena Lily sempat mengalami kontraksi dini dan pendarahan.

"Tristan,bayi kita?" tanya Lily dengan nada cemas. "Bayi kita baik-baik saja. Ada pendarahan akibat benturan namun dokter bertindak cepat dan tepat. Kali ini kamu benar-benar harus beristirahat," jawab Tristan lembut. Lily menghembuskan napas lega seraya mengusap perlahan perutnya. "Maafkan mommy,sayang. Kamu baik-baik ya didalam sana...," ucapnya.

Kemudian,Lily mengangkat wajahnya dan kembali melihat Alberto. "Maafkan aku. Aku sangat tidak sopan padamu,"ucap Lily nampak menyesal. Alberto mendekat lalu meraih tangan Lily,ia menggenggamnya perlahan seperti seorang ayah kepada anaknya. "Aku yang seharusnya minta maaf padamu. Hidupmu harus menderita karena keegoisanku. Seandainya aku bisa mencegah putriku untuk bertindak seenaknya,kamu pasti tidak akan seperti ini," wajah Alberto penuh penyesalan. Sepertinya ia benar-benar tulus mengatakan hal itu.

"Tapi,apa yang membuatmu berubah? Selama ini kau dikenal sebagai mafia terkejam dan terkeji. Aku ingin bertanya padamu saat kita berada di Italy,tapi kurasa ini adalah saat paling tepat," Tristan bertanya sambil bersedekap. Tatapan matanya tajam dan fokus,ia akan tahu jika Alberto hanya sekedar berpura-pura ataupun berbohong.

"Sejak kelahiran Lily. Hubunganku dengan Andrew dan James saat itu sudah seperti ayah dan anak. Aku pernah memiliki seorang putra,namun dia tewas saat berusia 10 tahun. Ketika melihat Andrew maupun James,aku seperti melihat putra-putraku sendiri. Dan saat itu  aku mempercayakan semua tugas berbahaya kepada mereka, luar biasanya mereka selalu berhasil," Alberto berjalan menuju jendela besar yang menampakkan pemandangan padat kota Boston,lalu melanjutkan ceritanya.

INNOCENT PLAYBOY [TAMAT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora