Chapter 22 || Good Villain

452 29 0
                                    

"Kakek, nama kakek siapa?" Manik kebiruan Brianna menatap James dengan penasaran didalam pesawat jet pribadi milik ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kakek, nama kakek siapa?" Manik kebiruan Brianna menatap James dengan penasaran didalam pesawat jet pribadi milik ayahnya.

James melirik Brianna ragu-ragu, ia berdeham dan memperbaiki kerah kemeja yang tidak bergeser 1cm pun.

"James," jawabnya singkat. Brianna membulatkan bibirnya membentuk O yang sangat besar sambil terus menatap James curiga.

"Apa kakek orang jahat?" tanya Brianna lagi. Kali ini pertanyaan gadis kecil ini menarik perhatian James. Ia menoleh ke samping kanannya dengan mata membulat lalu menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja bukan. Kakek ini orang baik, kamu bisa percaya padaku," ujar James. Ia kembali berdeham. Aneh rasanya menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'kakek'.

"Tapi, nak. Kau tahu, aku belum terlalu tua seperti kelihatannya. Kau bisa memanggilku om, atau uncle." Brianna mengerutkan dahinya dan melirik James dari ujung rambut hingga ujung sepatunya.
Brianna bersedekap layaknya orang dewasa lalu dengan gaya angkuh mengatakan, "Tidak. Kakek sudah sangat tua. Seperti kakek Alex, kakek Brotus, mereka punya rambut putih diwajah dan dikepala mereka. Sama sepertimu."

James hampir tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar gadis kecil itu berbicara dengan lancar padanya. "Kau...pasti mirip ibumu yang cerewet," gumam James. Brianna tampak tidak peduli dan lanjut menonton youtube.

Lily memperhatikan dari kejauhan percakapan singkat diantara James dan Brianna,senyum simpul tersungging dari ujung bibirnya. Pada saat itu,tiba-tiba saja dia merindukan ayahnya. Walaupun secara biologis mereka tidak memiliki keterikatan satu sama lain,tapi selama hidupnya, Andrew selalu berperan sebagai ayah yang baik dan selalu menyayanginya.

Lily adalah anak pendiam yang tidak pandai berinteraksi dengan orang asing selain keluarganya,tapi Andrew mampu mengubah karakter pendiamnya itu berubah dan membuat Lily pada akhirnya mampu berbaur dengan mudah.

Disampingnya,Tristan menatap Lily dengan serius. Tristan masih saja kagum dengan pesona yang Lily pancarkan. Pesona yang tidak dimiliki wanita lain,pesona yang membuatnya begitu jatuh cinta kepada Lily. Tristan meraih tangan kiri istrinya lalu mengecup punggung tangan putih itu dengan begitu lembut.

"Apa yang sedang istriku yang cantik ini pikirkan?" goda Tristan. Lily nampak menoleh dengan senyuman tipis diwajahnya.

"Aku hanya teringat ucapan yang selalu dikatakan oleh ayahku sejak aku kecil. Lily,kau adalah seorang Alfa,jangan pernah kalah dan menyerah untuk mimpimu. Seorang Alfa tidak akan pernah menyerahkan posisinya dengan mudah," ucap Lily sambil meniru suara dan gaya bicaranya ayahnya.

"Konyol,bagaimana mungkin ayah berpikir aku bisa memahaminya diusiaku yang masih sangat belia." Tristan tidak mengatakan apapun, Lily berbicara dengan raut wajah kesedihan yang begitu terlihat. Tristan hanya mengeratkan genggamannya dan memastikan Lily tahu bahwa pundak Tristan siap untuk menjadi tempatnya bersandar.

INNOCENT PLAYBOY [TAMAT]Where stories live. Discover now