[01]🐻

100 13 0
                                    

"Minggu depan gue bakal pindah."

Semesta yang lagi duduk santai di teras depan rumah sambil main gitar, segera memperhatikan Nahla dengan ekspresi terkejut.

"Mau pindah kemana? Kok baru ngomong?" tanyanya. Agak syok mendengar teman masa kecilnya ini akan pindah, Semesta tentu saja belum siap ditinggal Nahla.

"Ke SMA Zirvanest,” jawab Nahla sambil mengupas mangga ditangannya.

Semesta terdiam sejenak, kemudian mendengus pelan. "Kirain mau pindah rumah."

"Gara-gara lo juga sih!" Nahla menatap Semesta tajam.

"Kok gue?"

"Gue pindah sekolah gara-gara lo."

"Emang gue kenapa?"

"Bunda Erna minta gue pindah ke Zirvanest biar bisa mantau lo disana. Soalnya nyokap lo bilang, lo itu sering bikin ulah di sekolah."

Semesta memang dikenal nakal di sekolah, dia sering bolos dan banyak tertinggal pelajaran. Orang tuanya pun sering dipanggil ke sekolah. Padahal Nahla sudah kenal Semesta dari usia mereka 7 tahun. Menurut Nahla, Semesta adalah anak yang baik, dia sering nurut sama omongan orang tua, dia sering membantu orang lain. Tak disangka teman masa kecilnya ini juga punya sisi buruknya.

"Percaya lo? Anak baik gini mana mungkin bikin ulah." Semesta menyombongkan diri.

Nahla merotasikan kedua bola matanya. "Gue lebih percaya Bunda Erna dibanding anaknya." Sebenernya ada rasa percaya tidak percaya dihati Nahla, sebab, dia lebih mengenal bagaimana Semesta. Namun, cerita dari mama Semesta sendiri membuatnya yakin jika Semesta punya sisi buruk.

"Menurut gue sih lo emang harus pindah. Biar gue juga bisa mantau lo dari deket." Ada rasa senang saat mendengar Nahla akan pindah ke sekolahnya. Soalnya, dulu Nahla nggak mau satu sekolah lagi bareng Semesta karena sering dituduh pacaran saat mereka duduk dibangku SD dan SMP. Nahla justru risih, karena dia sudah menganggap Semesta sebagai saudaranya sendiri.

"Gue nggak kayak lo kali."

"Gue pengen mantau lo biar nggak dideketin cowok lain." Pandangan Semesta terlihat serius.

"Idih."

Semesta hanya tersenyum ketika melihat wajah jutek Nahla. Memang sudah makanan sehari-hari bagi Semesta melihat sahabatnya selalu memasang tampang jutek. Apalagi Semesta sering menggoda gadis itu hingga wajah cantiknya terlihat makin kusut.

Keadaan di teras rumah siang itu kembali hening, Nahla kembali menikmati mangganya, sedangkan Semesta sibuk dengan gitarnya. Sesekali Nahla menyuapkan buah mangga untuk Semesta tanpa rasa canggung. Suap-suapan seperti itu memang sudah sering mereka lakukan, nggak heran kalau mereka sering dianggap pacaran. Padahal mereka hanya sebatas sahabat.

Suara nada dering dari ponsel Semesta membuat cowok itu segera meletakkan gitarnya. Kemudian mengangkat panggilan yang berasal dari teman satu sekolahnya.

"Hallo? Apaan?"

"Lo dimana, Ta?” tanya salah satu teman cowok Semesta di seberang sana.

"Rumah, kenapa?"

"Motoran kuy, cari angin."

SEMESTAKUWo Geschichten leben. Entdecke jetzt