- 03 -

986 150 14
                                    


Saat Gevani turun ke lantai bawah, Daniel sedang duduk di sofa ruang tamu. Dia memegang secangkir kopi di satu tangan dan ponsel di tangan yang lain. Di meja di depannya terdapat beberapa lembar dokumen yang entah apa isinya.

Merasakan ada pergerakan lain, Daniel secara spontan melihat ke arah tangga dan melihat Gevani turun.

"Pagi," sapa Daniel.

Gevani melambaikan tangannya, "pagi kak," dia menatap sekeliling lantai bawah yang kosong, "kak Step udah pulang?" Tanyanya.

Daniel menggeleng, "masih tidur di kamar,"

Gevani ber-oh dan melanjutkan langkahnya ke ruang makan. Dia mengambil jus dari lemari es dan mengambil roti serta susu dari kabinet.

Gevani mengatakan rumah Daniel dekat dengan sekolah, tetapi dia masih harus berada di jalan selama 20 menit menggunakan mobil. Saat berangkat dia akan diantar Daniel dan pulang menggunakan bus.

Untungnya, rumah Daniel sangat dekat dengan halte bus atau dia harus menunggu Daniel untuk pulang setiap hari. Walaupun dalam beberapa minggu ke depan, saat dia sudah terbiasa dengan lingkungannya, dia terus menaiki bus untuk pergi ke sekolah dan tidak merepotkan Daniel untuk mengantarnya lagi.

Sampai di depan gerbang sekolah, dia turun dari mobil Daniel. 

Daniel menatapnya dan berkata, "aku kayaknya pulang agak malem, disuruh papa ke kantor,"

Gevani mengangguk, "oke, semangat,"

Selain menjadi mahasiswa, sepupunya ini diberikan tanggungjawab untuk mengelola salah satu cabang perusahaan milik papanya. 

Daniel terkekeh, "bye, hati-hati pulangnya,"

Gevani melambaikan tangan, "oke oke, bye~"

Segera setelah mobil Daniel melaju, dia masuk ke dalam sekolah.

Udara pagi selalu sejuk tetapi SMA Sapphire ditanami banyak pohon sehingga silir angin terasa lebih segar. Gevani tidak tahan untuk tidak menghirup udara beberapa kali. Walaupun belum puas, Gevani segera naik ke lantai 3 di mana kelasnya berada karena sekolah sudah ramai karena pembelajaran akan dimulai kurang dari 15 menit.

Selama dia berjalan menuju ke kelas, di lapangan atau di lorong sekolah, banyak pasang mata yang menatapnya, membuatnya tidak nyaman sehingga dia melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat.

Akhirnya, dia sampai.

Seperti yang dia duga, kelasnya sudah hampir penuh dengan siswa. Beberapa berpencar dan mengobrol dengan temannya, beberapa tetap di meja dan menulis sesuatu di bukunya, dan beberapa lainnya bermain ponsel.

"Pagi Va," sapa seorang temannya.

Gevani tersenyum tipis saat membalas, "pagi, Hera,"

Arel dan Sean yang berbicara berdua menolehkan kepalanya. Arel melambaikan tangannya dan berseru, "pagi Gevaa~"

Sean juga menyapanya, "pagi Gev,"

Gevani duduk di bangkunya, dia tersenyum saat membalas Arel dan Sean, "pagi,"

Dia melirik ke samping. Bangku sebelahnya masih kosong dan Gevani masih belum melihat sosok Teraksa, apakah dia tidak masuk lagi?

Gevani menggelengkan kepalanya, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri kenapa dia mencari Teraksa. Pasti karena dia terlalu lama melihat forum.

15 menit kemudian, bel berbunyi. Semua orang kembali ke tempat mereka masing-masing seperti semut yang dilempar air. Tak lama setelah bel berbunyi, pintu geser kayu di depan kelas terbuka. Membuat semua orang secara spontan melihat ke arah pintu, berpikir jika guru mata pelajaran pertama yang masuk.

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Where stories live. Discover now