- 54 -

364 50 9
                                    

Setelah Gevani membereskan barang-barangnya, dia akhirnya diantarkan Teraksa pulang ke rumah Daniel. Dia telah berdiam diri selama 5 hari penuh di rumah sakit sehingga pemandangan langit biru yang cerah dan jalanan yang agak ramai dengan kendaraan terlihat sangat menarik bagi Gevani sehingga dia terus menghadap ke jendela selama perjalanan. Namun, karena dia terlalu banyak tidur selama 5 hari ke belakang, setelah dia bangun selama beberapa jam, rasa kantuk kembali menguasai kelopak matanya. Gevani menyenderkan badannya dengan nyaman dan memiringkan kepalanya, kemudian menutup matanya bersiap untuk masuk ke dalam dunia mimpi.

Teraksa yang sedari tadi memperhatikan Gevani menarik orang lain dengan lembut, meletakkan kepala Gevani ke bahunya agar untuk mendapatkan posisi tidur yang nyaman dan tidak terbentur ke jendela. Gevani sama sekali tidak membuka matanya saat menyandarkan sebagian tubuhnya ke Teraksa. Posisinya yang nyaman ditambah dengan feromon pinus yang dingin dan nyaman membuatnya masuk ke dalam mimpi hanya dalam hitungan detik.

Dia tidak tau sejak kapan dia tidur dan sudah berapa lama, tetapi saat dia membuka matanya kembali, mobil telah masuk ke dalam perumahan tempat Daniel tinggal. Setelah masuk ke dalam halaman rumah Daniel, Gevani turun dengan Teraksa. Awalnya Gevani tidak ingin Teraksa repot-repot mengantarnya hingga depan pintu, tetapi orang lain ingin mengatakan sesuatu sehingga Gevani tidak lagi menghentikannya.

Di ruang tamu, Gevani duduk dengan malas di sofa dan menatap Teraksa penasaran, "ada apa?"

Teraksa akhirnya menjelaskan, "beberapa hari ke depan, aku harus ke kota Lumine buat ngurus sesuatu,"

Gevani mengangguk lembut, "oke,"

Melihat reaksi Gevani yang tenang dan acuh tak acuh, Teraksa berkata lagi, "dan kayaknya bakal susah buat pegang hp jadi mungkin susah buat ngabarin kamu,"

Gevani mengerutkan keningnya sejenak, tetapi pada akhirnya hanya mengangguk, "um,"

Teraksa menatap Gevani dan bertanya, "kamu nggak mau tanya aku mau ngapain?"

Ekspresi bingung muncul di wajah Gevani saat dia menggelengkan kepalanya, "karena kamu nggak ngasih tau, aku nggak akan tanya," 

"Kamu nggak pengen tau?" Teraksa bertanya lagi. 

"Pengen," Gevani menjawab tanpa berpikir, tetapi kemudian dia menjelaskan dengan lembut, "tapi karena kamu nggak ngasih tau, aku anggap aku nggak boleh tau, itu sepenuhnya privasi kamu,"

Teraksa terdiam sejenak, kemudian berkata, "Papa mau ketemu klien yang ngajuin kontrak kerjasama buat ambil alih satu perusahaan berlian di Lumine dan dia nyeret aku buat belajar 'negosiasi' sama klien jadi mau ga mau aku harus ikut,"

"Kalau diskusinya lancar dan perusahaan Rofeo dapet benefit yang menguntungkan, Papa pengen aku buat pergi dan lihat struktural rencananya secara detail. Kontraknya penting dan diskusinya pasti lama. Di tempat pengolahan berlian yang harus steril, aku nggak bisa buka hp dan bikin pihak lain tersinggung," Teraksa melihat Gevani menganggukkan kepalanya tanda paham dengan tatapan linglung.

"Dua hari setelahnya, bakal ada pelelangan tertutup dan papa salah satu peserta yang diundang. Tapi hari itu papa ada keperluan lain dan aku harus gantiin papa biar orang yang ngadain acara itu nggak mutus kerjasama dengan perusahaan papa. Pelelangan itu tertutup dan pesertanya nggak boleh nyebarin apapun yang berkaitan dengan acara malam itu." Teraksa melanjutkan.

Pada akhirnya, Teraksa tersenyum tipis dan menatap Gevani dengan lembut, "jadi, selama empat sampai lima hari ke depan, kesempatan aku buka hp nggak banyak dan aku bakal jarang ngabarin kamu, termasuk jawab chat yang kamu kirim, nggak masalah, kan?"

Gevani menganggukkan kepalanya otomatis, "um," dia menatap Teraksa dengan bingung, "tapi, kenapa kamu ngasih tau semuanya ke aku? Semua yang kamu lakuin harusnya privat kan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 3 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Where stories live. Discover now