Bagian 10

16.6K 1.4K 233
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.

-----

"Menurut lu, apa gue keluar aja ya dari pondok ini? Soalnya keuangan ortu gue lagi anjlok banget. Gue aja udah sebulan ga dikasih jatah jajan sama mereka." Gumam Hasbi membuat jantung ustadz Amri seketika berhenti berdetak sesaat.

Hasbi menghembuskan napasnya kasar karena merasa begitu frustrasi terhadap apa yang terjadi kepadanya saat ini.

"Ga perlu keluar. Beri ana waktu seminggu." Ujar ustadz Amri lalu dia segera berdiri.

Hasbi terlihat kebingungan saat pria itu berlari dengan cepat meninggalkannya. Dia mengendikkan bahunya acuh mengabaikan ucapan ustadz Amri.

Pria itu sekarang sedang berlari menuju kantor untuk menemui ustadz Hendri.

Tok tok

"Assalaamualaikum Ustadz. Bisa minta waktunya sebentar?" Tanya ustadz Amri dengan sopan.

Ustadz Hendri yang sedang berkutat dengan data siswa pun mengangguk, dia mempersilakan Amri untuk duduk. Pria itu terlihat mengatur napasnya lebih dulu.

"Tawaran untuk jadi guru privat bahasa Arab dan nahwu shorof masih ada ga Tadz? Mau ana ambil." Tanya ustadz Amri dengan cepat.

Ustad Hendri terlihat terkejut, pasalnya saat dia menawarkan kepada Amri beberapa hari yang lalu pria itu menolaknya karena terlalu sulit mencari waktu untuk belajar dan mengulang hafalannya.

Namun sekarang pria itu justru menayakannya kembali, dia pun mengangguk pelan dan membuat ustadz Amri tersenyum senang.

"Ana ambil ya Tadz. Bayarannya per hari kan?!" Tanya ustadz Amri dengan antusias.

Ustadz Hendri kembali mengangguk dan membuat Amri menghembuskan napasnya lega. Ia pun berterimakasih kepada ustadz Hendri lalu dia terlihat bimbang ingin mengatakan sesuatu.

Ustadz Hendri menaikkan sebelah alisnya ke arahnya menunggu pria itu mengatakan sesuatu.

"Program bantuan dari Muhsinin (orang baik) masih ada kan Tadz di pondok?" Tanya ustadz Amri dengan perlahaan.

Dan ia mendapat anggukan dari ustadz Hendri, dia pun semakin gugup karena bingung harus berkata seperti apa. Dia pun menggaruk belakang kepalanya dengan pelan.

"Bayaran per hari ana bisa minta tolong dikasihkan ke santri lain ga ya Ustadz? Soalnya ada yang lebih membutuhkan dari ana." Ujar Amri dengan hati-hati.

Ustadz Hendri nampak terkejut dengan ucapan Amri, karena sesuai pengetahuannya--ustadz Amri terlahir dari keluarga sederhana. Dia cukup lama mengenal ustadz Amri.

Pria itu adalah sosok yang sangat sederhana, jarang membeli sesuatu yang tidak penting walau sekedar jajanan saja. Dia lebih suka menabung untuk membeli kitab yang ia inginkan. Namun, sekarang pria itu menyuruhnya untuk memberikan bayaran per harinya kepada santri lain.

Hal tersebut cukup membuat ustadz Hendri terkejut karena melihat sepertinya ustadz Amri pun membutuhkan uang tersebut.

"Boleh. Ada santri yang pengen antum bantu atau dari pihak yayasan yang milih?" Tanya ustadz Hendri sembari tersenyum.

Terbitlah senyuman tipis dari bibir ustadz Amri, dia terlihat begitu semangat mendengarnya.

"Hasbi. Tolong beri ke dia tanpa kasih tahu kalo itu dari ana ya Ustadz. Jazaakallahu Khairan katsiiran." Jawab ustadz Amri sembari mengangguk pelan.

AMRI-HASBI (21+) BL ENDHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin