Bagian 11

13.3K 1.4K 184
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.

—————

Hasbi mendongak menatap ustadz Amri dengan wajah bingungnya, namun dia mengangguk dengan pelan. Ia membulatkan matanya saat ustadz Amri mengapit dagunya dan menempelkan bibir mereka.

Dengan cepat Hasbi mendorong dada bidang ustadz Amri yang mana membuat sang empu mengernyitkan dahinya tidak suka. Amri hendak menggapai bibir Hasbi lagi namun Hasbi menutup bibir Amri dengan telapak tangannya.

"Mau apa lu?! Gamau cipokan gue! Ogah!" Kesal Hasbi membuat Amri berdecak kesal.

Dia pun menyingkirkan tangan Hasbi dengan kasar, ia menatap tajam Hasbi yang mana dibalas tatapan tajam oleh Hasbi.

"Apa?! Gue ga butuh hadiah cipokan dari lu. Udah ga napsu." Ketus Hasbi membuat Amri semakin kesal mendengarnya.

"Kenapa?! Takut baper antum?!" Cibir Amri membuat Hasbi seakan ingin muntah mendengarnya.

Hasbi mengacungkan jari tengahnya ke arah ustadz Amri lalu dia mendorong tubuh pria tinggi itu agar menyingkir dari hadapannya.

Hasbi hendak pergi namun Amri menarik pinggang Hasbi lalu dengan paksa dia memanggul tubuh Hasbi seperti karung beras dan membawanya ke balik dinding.

"Bangsat lu ye! Turunin gue Tadz!" Hasbi berusaha turun.

Dan Amri pun menurunkan tubuh Hasbi, belum juga Hasbi hendak melanjutkan umpatannya——Amri lebih dulu membungkam mulut Hasbi dengan wajah yang wajah dekat. Mereka saling menatap dengan tajam hingga Hasbi menahan napas saat merasakan kecupan hangat di dahinya.

Cup cup

Ustadz Amri mengecup dahi Hasbi beberapa kali dengan lembut. Lalu dia menjauhkan wajahnya, menatap Hasbi dengan tatapan yang begitu hangat tidak seperti biasanya yang terlibat dingin dan penuh muslihat.

"Antum dilarang keluar dari pondok ini tanpa seijin dari ana. Jadi jangan pernah bilang mau keluar lagi dari pondok." Peringat Amri dengan serius.

Jantung Hasbi berdetak sangat kencang, jari kakinya bergerak gelisah di bawah sana karena saat ini dia merasa melayang hanya karena peringatan ustadz Amri yang sebenarnya terlalu ambigu untuknya.

Ustadz Amri melepaskan tangannya dari mulut Hasbi, lalu dia mengelus lembut pipi Hasbi sembari menatapnya dengan tatapan yang begitu dalam.

"Emangnya lu siapa beraninya ngomong gitu? Bapak gue aja bukan." Lirih Hasbi membuat Amri mendengus geli.

Cup cup cup

Ia mengecupi pipi Hasbi tanpa ijin membuat tubuh Hasbi menegang dan kepalanya terasa kosong. Dia tak dapat menolak ataupun protes, kali ini dia merasa begitu senang dengan perlakuan ustadz Amri yang lembut terhadapnya.

"Maunya jadi siapa biar antum nurut?" Ustadz Amri menyeringai kecil karena ingin menggoda Hasbi.

Hasbi ikutan menyeringai merasa pertanyaan Amri begitu menantangnya, dia membalik posisi tubuh ustadz Amri hingga dia yang menyudutkan pria itu ke dinding.

Mereka melemparkan tatapan menggoda satu sama lain, Amri menunduk hendak mengecup bibir Hasbi namun lagi-lagi Hasbi menolaknya.

"Satu pertanyaan lagi. Gimana biar antum ga nolak ciuman ana?" Tanya Amri sembari meremas lembut pinggang Hasbi.

Hasbi mendengus geli, dia meletakkan kedua tangannya di atas bahu Amri lalu dia berjinjit dan mendekatkan bibirnya ke telinga pria tampan tersebut.

"Jadi boty gue dulu lah Sayang." Bisik Hasbi membuat Amri merotasi bola matanya malas.

AMRI-HASBI (21+) BL ENDNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ