Bagian 56

6.6K 953 714
                                    

Biar sekalian dah sakit hatinya ga tanggung-tanggung. Wkwk ✌️

—————

Hasbi telah sadar pada malam harinya, dia berada di dalam kamar yang gelap. Dia sudah lelah menangis sedari tadi, kepalanya sangat pusing dan dia tak ingin terpuruk seperti ini terus menerus.

Dia pun memberanikan diri untuk keluar kamar, dia menuruni tangga dan terdengar obrolan yang berisik di ruang keluarga. Keluarga besarnya masih berada di rumahnya.

"Hasbi udah enakan? Ayo sini. Kamu belum kenalan sama kakak ipar kamu." Ujar ibu Hasbi menghentikan langkah kaki Hasbi.

Hasbi pun melangkah menuju ruang keluarga, tatapannya terlihat redup. Dia berdiri di hadapan Amri yang sedang duduk di sofa berdempetan dengan sang kakak.

Amri pun berdiri dan mengulurkan tangannya ke Hasbi. Dengan santai Hasbi menjabat telapak tangan Amri.

"Hasbi/Amri." Ujar mereka memperkenalkan diri.

Hasbi pun pamit ke dapur mengambil air, dan Amri ikut pamit berpura-pura ke kamar mandi. Dia menyusul Hasbi, dia menatap sendu ke arah punggung Hasbi yang terlihat begitu lemah.

Hasbi membalik badannya dan sedikit terkejut melihat Amri di belakangnya. Dia pun duduk di kursi meja makan dengan santai.

"Selamat atas pernikahannya. Semoga  dapet ridho dari Allah dan jadi pahala terbesar lu." Ujar Hasbi dengan pelan.

Amri menghela napasnya panjang, dia duduk di samping Hasbi. Dia terlihat gugup hendak mengatakan sesuatu, dia menatap khawatir ke arah Hasbi yang terlihat sangat pucat dan wajahnya berantakan.

"Demi Allah. Aku gatau kalo Hida itu mbak kamu. Aku juga gatau kalo mereka orang tua kamu. Selama bareng sama kamu aku ga pernah ketemu mereka. Dan rumah ini juga beda sama rumah yang waktu itu kamu ngajak aku. Aku gatau demi Allah, bener-bener gatau Hasbi." Lirih Amri dengan sungguh-sungguh.

Hasbi melirik sekilas ke arah Amri dan dia percaya akan ucapan Amri, dia terlampaui hafal dengan pria di sampingnya ini. Dia tahu di saat Amri sedang jujur, atau sedang berbohong.

"Gue lupa bilang ke lu kalo rumah sebelumnya udah disita Bank tahun lalu. Gue kesini juga cuma sekali pas liburan ngambil pakean sebelum ke rumah lu." Ujar Hasbi sembari mengusap wajahnya kasar.

Amri mengepalkan tangannya dengan erat saat melihat luka di jari Hasbi, sepertinya bocah itu tanpa sadar membuat luka di jarinya sendiri.

"Cepet ya hidayah Allah. Sampe lu bisa dapet istri yang sesuai kodrat." Hasbi terkekeh pelan lalu dia berdiri.

Dia memilih pergi ke halaman belakang rumahnya dan diikuti oleh Amri. Dengan sengaja Amri menutup pintu rumah belakang Hasbi agar keluarga yang lain tak melihat mereka.

"Demi Allah. Maafin aku udah nyakitin kamu Hasbi." Ujar Amri dengan putus asa.

BRAAAK!!

Hasbi mendorong kasar tubuh Amri agar menjauh dari tubuhnya. Dia mengusapkan lengan bekas genggaman Amri dengan kasar ke pakaiannya.

"Makan kata maaf lu. Inget ucapan gue. Gue emang ga bakal menang kalo ngelawan hidayah Allah. Tapi gue punya pilihan buat ga maafin lu seumur hidup gue." Hasbi menunjuk wajah Amri dengan telunjuknya.

AMRI-HASBI (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang