─ 03 ʿ

212 66 6
                                    

Wooyoung memasuki kamarnya, ia berencana mengemas pakaian untuk pulang ke rumah. Wooyoung mengeluarkan koper yang ada di bawah ranjangnya.

"Eh? Apa ini?" di atas kopernya terdapat sampul surat dengan bercak merah. Ia tidak ingat pernah mendapat surat tersebut.

"Sejak kapan ada di sini?" Wooyoung membuka surat itu, hanya ada secarik kertas yang sudah usang. Ia pun membukanya dan membaca isi kertas itu.

"Tidak ada yang bisa lari darinya, dia akan tetap menangkapmu. Sejauh apapun ragamu lari, jiwamu sudah terikat padanya. Dia penipu, dia tamak, dia tak pernah merasa cukup. Hati-hati, dia sedang mengawasi."

"Orang gila mana yang menulis surat ini? Dan bagaimana surat ini ada di dalam kamarku? Ah sudahlah, membuang waktu saja!"

Wooyoung langsung meremas kertas itu sampai berbentuk gumpalan kecil dan membuangnya ke tempat sampah.

Wooyoung sama sekali tidak menaruh kecurigaan pada surat itu, kini ia tengah membereskan pakaiannya.

tok tok tok

Suara ketukan terdengar dari arah pintu kamar Wooyoung. Ia pun dengan buru-buru membuka pintu.

"Seonghwa? Ada apa?" tanya Wooyoung.

Seonghwa diam sebentar, kemudian ia tertawa canggung. "Tidak, hanya.. hanya emm—"

"Oh, kalau rindu padaku bilang saja. Astaga pria tampan ini selalu dirindukan oleh orang-orang." Wooyoung memotong perkataan Seonghwa. Ia mengusap pipinya, bertingkah layak orang yang sedang terharu.

Seonghwa hanya tersenyum dan mengangguk 'kan kepalanya, sebenarnya bukan itu yang membuatnya datang kemari.

Seonghwa memiringkan kepalanya, mengintip ke dalam kamar Wooyoung.

"Tampaknya kau sedang berkemas ya, kau akan pulang?" tanya Seonghwa.

"Tentu! Bagaimana denganmu?" giliran Wooyoung yang bertanya.

Seonghwa menggeleng, "tidak, masih banyak pekerjaan yang harus aku urus. Oh! kalau begitu sampai jumpa, titipkan salam pada orang tuamu, hati-hati Wooyoung." Kata Seonghwa, ia langsung pergi dari sana, meninggalkan Wooyoung yang hendak menjawab Seonghwa.

Wooyoung menatap heran kepergian Seonghwa, ia langsung mengedikkan kedua bahunya dan menutup pintu kamar.

Belum sempat Wooyoung duduk, pintu kamarnya diketuk lagi.

"Ck! Apa maumu Seonghwa?!" Wooyoung membuka pintu kamarnya dengan perasaan marah.

Matanya terbelalak dan terkejut dengan sesuatu yang ada di depannya.

"Siapa kau?!" Wooyoung mundur perlahan ketika seseorang berjalan mendekatinya. Penampakan orang itu sangat misterius, memakai topeng dan pakaian serba hitam serta pisau besar yang ada di tangannya.

"Apa yang akan kau lakukan?! Mundur!" Wooyoung mencoba menggapai sesuatu yang ada di meja belajarnya, ia mengambil lampu belajar dan melemparkannya pada orang itu.

Kekacauan terjadi. Orang itu bahkan tidak menghiraukan ucapan Wooyoung, ia semakin mendekat.

Wooyoung tidak tau apa yang bisa dia lakukan, semua benda sudah melayang pada orang yang ada di depannya. Pikirannya buntu seketika.

"Kau tidak rindu padaku? Wooyoung." Orang itu akhirnya mengeluarkan suara, Wooyoung jelas terkejut karena ia sangat mengenali suara itu.

"T-tidak mungkin.." Keterkejutan Wooyoung tidak sampai situ, orang yang ada di depannya melepas topeng.

"Terkejut? Aku pun sama terkejutnya denganmu, tidak menyangka jika orang yang selama ini aku anggap sebagai sahabat ternyata pembunuh! Kau membunuhku.." raut wajahnya terlihat sedih, bahkan manik matanya seakan berbicara jika ia kecewa dengan Wooyoung.

highway to hellWhere stories live. Discover now