14. Ribut beneran

3.7K 348 31
                                    

Bolehkah Jihoon berharap?

Jihoon kini berada di danau favoritnya sembari membayangkan nasib yang entah kenapa selalu sial. Jihoon rasa sudah cukup dia selalu mengalah dengan Jeongwoo.

"Cukup gue rasa ya wo? Kayaknya dari gue kecil ngalah mulu kan? Gue yang pengen sekolah isi kolam renang eh h
yang dapet elo. Gue yang pengen hadiah mainan eh yang dapet elo. Gue yang pengen kamar luas eh yang dapet elo. Hahahaha lawak banget ga sih idup gue. Mana nyokap selalu bilang ngalah sama adek. Kasian adek dih hahaha. Kasian guenya engga dong? Ah iya lo anak pertama inget hahaha. Yang katanya harus siap mengalah, harus tegar, harus kuat, harus semangat, harus bisa jaga adek. Tapi mikir ga sih gue juga butuh di kasi semangat, dikasi hadiah. Natal kemarin mama cuma kirimin Jeongwoo hadiah. Katanya aku ga perlu karena udah gede. Kata siapa ma? Jihoon masih mau mobil mobilan. Jihoon masih mau balon warna warni ma. Masa sekarang gue harus ngalah soal perasaan juga sih? Merdeka kaga mati rasa iya. Kayaknya hidup sebagai anak pertama adalah sebuah kesalahan kali ya? Nasib ya mau gimana hahaha"

Air matanya lolos begitu saja. Jeongwoo terlalu dimanjakan. Bahkan sampai perasaan pun dirinya diminta mengalah?

"Kamu ngalah aja ya. Kapan lagi adek bisa senyum deket deket pacar kaya gitu? Haha mama ga mikir aku ya? Eh lupa anak pertama hahaha. Kenapa sih kenapa di dunia ini gue harus jadi anak pertama. Bahkan Jeongwoo udah gede aja dicariin baby sitter? Segitu ga becusnya dia jadi kaka kah" monolog Jihoon dikala senja

Semalam sang mama menelponnya dan memberi tahu bahwa dia harus mengalah soal perasaan. Katanya kapan lagi liat adek bahagia kaya gitu. Tanpa sadar bahwa anak pertamanya butuh kebahagiaan sederhana.

"Kenapa kita suka sama orang yang sama sih wo? Gue benci lo anjg aaaaaaa"

Mungkin dengan berteriak bisa membuat perasaan Jihoon lega. Walaupun hanya sedikit..

Kaki yang bingung entah kemana akhirnya memutuskan untuk pulang. Tanpa menyapa siapapun dirinya langsung masuk ke kamar dan kembali menangis.

Sementara Jeongwoo kini tengah sibuk mencari cara agar Haruto mau jadi kekasihnya. Rencananya besok ia akan menembak Haruto supaya ga kecolongan Jihoon. Ya sayang aja kan kalau dilepas.

"Beres. Besok gue jamin Haruto bakal jadi milik gue"

























Benar saja. Esok paginya Jeongwoo langsung menyiapkan dekorasi mewah untuk menyambut Haruto.

"Welcome my prince. Aku udah lama mau bilang ini. Ekhem makasi udah jadi baby sitter aku selama ini. Jadi kamu mau ga ubah status baby sitter jadi my baby"

Haruto kaget banget. Baru masuk kerja tapi udah disambut sama dekorasi yang mirip seperti dekorasi orang nikahan.  Belum sempat menjawab, Jihoon tiba tiba mengambil alih acara dan menyatakan perasaannya didepan Haruto langsung

"Maaf ru. Gue gabisa romantis. Tapi lo mau ga jadi pacar gue"

Jeongwoo yang merasa tak terima akhirnya menghantam keras wajah Jihoon hingga tersungkur. Bisa bisanya Jihoon merusak acara yang sudah ia susun secara rapi hingga begadang?

"Bangsat apaan sih lo"

Jihoon terkekeh. "Apaan kata lo? Udah cukup sesi mengalah dalam hidup gue Park Jeongwoo. Selama ini semua yang gue mau pasti lo yang dapetin. Udah cukup semua yang harusnya jadi milik gue lo rebut bajingan. Kali ini gaakan ada kata ngalah lagi buat lo"

"Lo pikir bisa? Haha gaakan Jihoon" ejek Jeongwoo

Haruto yang merasa suasana semakin panas akhirnya menarik Jeongwoo untuk masuk. Namun

"See? Dia bahkan ga jawab pertanyaan lo" ledek Jihoon

Jeongwoo melepaskan tangan Haruto dan kembali memukul Jihoon dengan membabi buta. Menyeret sang kakak ke halaman rumah lalu ia pukul tanpa rasa ampun.

"Pukul terus pukul. Kenapa sih? Ngerasa milik lo diambil ya? Atau gimana hah. Apa harus gue ngalah juga soal perasaan? Ga cukup semua yang udah lo ambil dari kecil? Egois banget sih haha. Seolah olah semua yang lo mau harus lo dapetin. Lo pernah mikir ga kakak lo ini perasannya gimana? Pernah mikir kakak lo ga sih? Jangan mentang-mentang anak bungsu lo nganggep semua kemauan lo harus terpenuhi. Pernah ga lo nanya kabar gue? Atau setidaknya gue mau apa? Apa karena gue anak pertama jadi seakan akan lo anggep ga butuh semua itu? Apa selama ini lo anggep semua isi rumah ini milik lo? Pernah ga terlintas di otak kecil lo kebahagiaan gue? Jangan mikir kebahagiaan lo mulu wo. Gue juga sama kayak lo. Cukup ya kita rebutan mulu haha. Kan selama ini gue selalu ngalah ya? Mainan, sekolah, mama dan semuanya bakal jadi milik lo kan? Gpp gue pamit aja ya. Selamat bahagia pacarannya. Gue doain langgeng. Gue pamit dulu ya. Jaga Haru baik baik"

Jihoon langsung pergi gitu aja

"BANG TUNGGU GA GITU" Teriak Jeongwoo









































Hay hanya ingin sharing.

Jangan terlalu berharap lebih sama book ini ya? Aku takut dari kalian yang baru baca book ini punya ekspetasi lebih karena judulnya big baby. Aku yakin banyak yang akan berekspektasi jika melihat judul big baby yang pasti ceritanya akan clingi, manja dan bayi banget sifatnya. Maaf sekiranya ga sesuai sama harapan kalian. Aku jelasin kenapa judulnya big baby, karena disini aku mau ceritain bagaimana Jeongwoo sebagai anak bungsu yang emang ketergantungan sama orang lain dalam hidupnya. Sampai akhirnya mamanya mencari baby sitter untuk merawat anaknya yang masih punya sifat kekanak-kanakan dan cenderung tidak mandiri. Disini Jeongwoo memang selayaknya anak remaja yang hanya saja memiliki sifat anak bungsu yang manja, gabisa sendiri dan cenderung merasa semua miliknya.  Maka dari itu tujuan baby sitter ini dengan harapan supaya Jeongwoo menjadi anak yang mandiri dan tau kapan ia harus berbagi dan kapan memang itu miliknya. Bahkan jatuhnya kaya pembantu? Cuma aku fokusnya memang ke Jeongwoo jadi kenapa namanya big baby dan Haruto sebagai baby sitter bukan pembantu atau yang lainnya.

Setelah aku baca ulang juga kayaknya antara judul sama isinya aneh ya? Big baby tapi sifat bayi Jeongwoo ga banyak bahkan hampir mirip kayak anak manja doang kali ya? Huhu maaf ya:(

Mungkin untuk judul bakal aku pertimbangkan kembali ❣️

SWEETIE MAIDWhere stories live. Discover now