Bab 1.3 Ledakan

64 11 6
                                    

Anathema adalah jelmaan dari kutukan iblis. Tidak sepenuhnya salah, tapi juga tak semuanya benar. Pada dasarnya kutukan itu bukan membentuk sosok monster melainkan menciptakan sebuah retakan menuju neraka. Energi dari neraka itulah yang akhirnya memperkuat kutukan dan membentuk sosok mengerikan pemakan jiwa manusia.

Retakan itu tidak hanya terjadi di satu wilayah tapi tersebar ke penjuru negeri, menyebabkan sebuah wabah misterius. Sedangkan 'Inti Anathema' merupakan pertanda adanya retakan di wilayah itu.

"Jika aku menghancurkan ini, maka retakan itu akan kelihatan!" gumam Azazel di depan 'Inti Anathema'. Memang terdengar mudah, tapi membunuh Anathema jauh lebih sulit. Mereka adalah makhluk yang dapat beregenerasi. Satu-satunya cara menghentikannya adalah dengan menebasnya hingga terbelah sempurna, lalu memakannya.

Benar! Memakannya.

Telapak tangan kanan Azazel mengeluarkan cahaya merah, kemudian muncul sebilah pedang dari dalam  tangan itu. Anathema yang semula pasif, bereaksi menjadi agresif. Mereka memekik, menerjang, berusaha mencengkeram Azazel tapi dapat dihalau dengan mudah.

Harus dalam sekali serangan, Azazel menebas satu dari puluhan monster hitam itu hingga terbelah dua, lalu mencengkeramnya. Mata kirinya berubah warna menjadi kuning, tangan yang memegang bagian tubuh atas Anathema mengeluarkan cahaya merah dan mengubah makhluk itu menjadi bola kristal berwarna hitam. Tidak menunggu lama, Azazel menelan kristalnya dan bagian lain dari Anathema itu lenyap. Ia melakukan hal yang sama pada yang lain. Tebas, lalu telan!

Namun, Anathema yang masih tersisa, tiba-tiba berhenti—mematung—seperti sedang mendengarkan sesuatu. Lalu menoleh ke arah desa dan terbang meninggalkan Azazel yang sudah memasang kuda-kuda.

"Mereka ... mau ke mana?" Ini pertama kalinya ia melihat Anathema meninggalkan target yang sudah di depan mata. Seolah mereka sedang dipanggil sesuatu.

Namun, bukankah ini menjadi lebih mudah. 'Inti Anathema' dapat dihancurkan selagi penghuninya pergi. Ia langsung bersiap menancapkan pedang ke sarang itu, tapi terhenti sejenak saat mencium aroma darah yang begitu pekat dari arah lain hutan.

"Apa lagi ini?"

Tanpa keraguan, ia menusuk 'Inti Anathema' dengan pedang, cahaya merah muncul dari tangan dan menjalar ke pedang itu. Cahayanya berubah menjadi api dan membakar sarang hitam itu. Ia mencabut pedangnya dan membuat jarak.

Ini adalah kekuatan Azazel, ia dapat memunculkan api neraka yang panasnya berkali lipat. Tatapannya bergetar melihat api itu melahap semuanya, ada rasa takut yang terbesit. Dulu, ia tidak bisa mengendalikan api itu hingga membakar semuanya dan menyisakan penyesalan.

Beruntung Azazel bertemu seorang penyihir bermata sewarna emas, dia membantunya mengendalikan kekuatan dan juga ... memberi kesempatan untuk menebus dosa.

*****

Setelah melakukan penyembuhan sebelumnya, Mara merasakan sakit yang teramat pada kedua kakinya. Rona hitam itu semakin besar tapi tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Sehingga, Mara tidak tahu bagaimana cara untuk meminta pertolongan.

Gadis itu hanya dapat diam, tertidur di pangkuan sang ibu. Setidaknya ada kenyamanan dari setiap belaian lembut itu. Ini adalah saat yang sangat jarang ia rasakan. Sebab penduduk desa tidak membiarkan siapa pun berada satu ruangan dengannya. Takut jika Mara hilang kendali di saat yang tidak tentu. Padahal, lima tahun telah berlalu sejak terakhir ia seperti itu.

"Ma, sampai kapan semua ini berakhir?" gumam Mara, matanya masih terpejam—menikmati usapan di rambutnya.

Alis Margareth menurun, ia menggigit bibir, menahan air yang menggenang di pelupuk mata. Menelan ludah sekali, ia berucap lembut, "Ana, apa pun yang terjadi saat ini kamu harus tetap kuat. Karma baik akan mendatangi mereka yang berbuat baik."

Anathema: Sebuah PenebusanWhere stories live. Discover now