2 || Kelas 12-2

43 6 4
                                    

[Juni, 2020]

"Udah di packing semuanya?" Seorang wanita berusia 40-an dalam balutan dress silvernya, Jasmine, bertanya kepada putri tunggalnya yang tengah mengangkut sebuah kardus besar.

"Udah, Ma," jawab Stella singkat.

"Yakin nggak ada yang ketinggalan?"

Stella tersenyum sumringah. "Yakin, Ma. Semuanya udah Stella cek."

Jasmine tersenyum. Dia meraih pundak putrinya dengan lembut. "Maaf ya, Mama nggak bisa ngantar kamu ke bandara. Hari ini Mama ada meeting yang nggak bisa ditinggal," ujar Jasmine. 

Stella terkekeh, "It's okay, Ma. Stella bisa, kok. Lagian kan, ada Tante Jihan." Gadis itu menoleh ke arah seorang wanita yang tengah mengangkat barang-barangnya ke bagasi mobil.

"Mama jadi kangen Ella, deh."

Deg.

"Jangan lupa sampein salam Mama ke Ella, ya? Bilangin, Mama kangen," ucap Jasmine dengan mata yang mulai berkaca-kaca. 

Stella hendak menyahuti, ketika kemudian terdengar seruan heboh Tante Jihan. "KEPONAKAN TANTE TERSAYANG, AYO KITA BERANGKAT!"

Sontak Jasmine menyerngit. "Ampun deh, Jihan! Kedengaran tetangga, malu gue," ketus Jasmine kesal.

Tante Jihan merengut. Sementara Stella tertawa renyah. Gadis itu kemudian menyalami tangan Jasmine dan mendekapnya erat.

"Hati-hati, ya, sayang."

"Iya, Ma. Mama sehat-sehat, ya. Jangan sedih-sedih terus," ucap Stella.

Jasmine tersenyum. 

Untuk terakhir kalinya, sebelum melepas sang putri pergi ke Jakarta, wanita berusia 40-an itu menatap Stella dalam-dalam. Meneliti setiap inci wajah putrinya yang seketika membuat Jasmine terbayang dengan gadis yang satunya.

•••

Selama perjalanan menuju bandara, Stella membuka lembaran-lembaran album lama yang telah ia simpan selama beberapa tahun terakhir. Di sana, terdapat banyak foto-foto ketika ia dan Ella masih kecil. 2 gadis lucu dengan kebahagiaan yang tersirat dari tawa mereka yang tertangkap kamera, siapa sangka, kini salah satu dari mereka telah pergi untuk selamanya.

Stella dan Ella adalah saudara kembar yang lahir dan besar di Surabaya. Dua gadis cantik yang kelahirannya hanya berbeda 1 menit saja, yang telah melewatkan banyak sekali waktu bersama, sayang sekali harus dipisahkan oleh keadaan saat mereka berusia 5 tahun.

Kedua orangtua mereka bercerai. Kala itu, pengadilan memutuskan untuk membagi hak asuh anak. Ella akan pindah ke Jakarta bersama Papa. Sementara Stella menetap di Surabaya bersama Mama.

Perpisahan itu membuat Stella menyisipkan sebuah harapan diantara doa-doanya. Agar kelak, ia bisa kembali menjalani hidup bersama sang kakak. Namun, kabar dari Jakarta yang kemudian terbang ke Surabaya adalah kabar yang sama sekali tidak ia sangka-sangka. Kala itu, Stella baru saja mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-17.

Papa menelpon.

Memberi kabar bahwa Ella meninggal dunia. Buruknya, dia bunuh diri.

Dan fakta inilah, yang kemudian memunculkan tekad Stella untuk pindah ke Jakarta. Dia harus mencari tahu alasan dibalik bunuh diri kakaknya. Dan satu-satunya petunjuk yang ia punya, hanyalah Linewill High School.

•••

[Juli, 2020]

Linewill High School, seminggu setelah tahun ajaran baru dimulai ...

"Sebanyak 40 gram glukosa dengan Mr = 180, dilarutkan ke dalam 200 gram air. Jika diketahui Kb air adalah 0,52 degC/m, siapa yang bisa menentukan titik didih larutan tersebut?"

Pertanyaan yang dilontarkan Bu Chia tersebut, sontak membuat para siswa menundukkan kepala. Sibuk mencoret-coret lembaran kertas di hadapan mereka, menentukan rumus mana yang sesuai untuk menyelesaikan masalah dari soal, mencoret angka-angka yang tidak penting, dan berusaha untuk menemukan penyelesaian sebelum yang lain menyuarakan jawabannya.

Hanya satu orang di kelas itu yang terlihat tenang. Sangat tenang, malahan. Kepalanya tetap tegak, ujung penanya menggores permukaan kertas dengan tidak terburu-buru. Rambut sebahunya yang tergerai begitu saja, bergoyang-goyang tertiup angin. Tak lama kemudian, dia mengangkat pena dari kertas.

"Titik didih larutan adalah 101,61 degC."

Para murid menghela napas panjang. Beberapa menghempaskan pena mereka ke meja dengan kesal. Mereka tak perlu menolehkan kepala untuk tahu siapa yang menyerukan jawaban tersebut.

"Exactly, Stella! Point untuk kamu. Next question!" Bu Chia kembali melontarkan pertanyaan dengan penuh semangat.

"Larutan asam etanoat 0,01 M yang terionisasi sebanyak 4% mempunyai pH sebesar berapa?"

Hening sejenak.

"3,1, Bu!" salah seorang cowok di kelas itu berseru.

"Mendekati"

"3,4."

Stella lagi. Bu Chia tersenyum lebar.

"Benar! Lanjut. Berapakah pH larutan yang terbentuk jika sebanyak 0,0600 mol NaOH ditambahkan ke dalam 1L larutan HCl 0,0500 M?"

Hening sejenak. Semenit kemudian, Stella kembali bersuara. "12, Bu."

"100 buat kamu, Stella. Good job!"

Gadis beralis tebal itu tersenyum kecil menanggapi pujian dari guru Kimia mereka. Mengabaikan 19 lirikan tajam teman-teman sekelasnya yang mengandung kebencian.

Bel tanda istirahat berbunyi nyaring. Bu Chia menutup buku penilaiannya. "Pembelajaran hari ini Ibu cukupkan sampai di sini. Jangan lupa untuk mengulang kembali materi barusan, ya. Terima kasih perhatiannya."

Guru Kimia itu melangkah pergi meninggalkan kelas 12-2. Stella membenahi scrunchie rambutnya sebelum kemudian bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. Namun, seorang gadis bermata sipit menahannya. Stella tahu siapa gadis itu. Si gadis rese, Olivia.

"Hai, murid baru! Kayaknya lo menikmati banget ya, jadi anak pinter di kelas ini. Gue udah pernah bilang ke lo, kasih kesempatan yang lain buat jawab, dong! Jangan seenaknya nyabet nilai buat diri lo sendiri doang!" bentaknya tanpa basa-basi.

Stella hanya diam.

"Ck! Ingat ya, sebelum lo ada di kelas ini, kita semua selalu kerja sama setiap guru ngasih pertanyaan. Yang udah jawab, nggak boleh jawab lagi di soal selanjutnya. Biar yang lain dapet kesempatan buat nambah poin mereka. Paham, lo?!" Olivia mendorong bahu kanan Stella dengan cukup keras.

Gadis itu menatap lawan bicaranya dengan wajah datar. "Kerja sama kalian, nggak berlaku buat gue. Jadi jangan usik gue atas apapun yang gue lakuin."

Para gadis kelas 12-2 yang mendengarnya langsung tertawa.

"Hahaha, nggak berlaku? Hebat banget dia."

"What a crazy girl!"

"Belagu banget anak baru."

"I think she will be a troublemaker in this class."

Stella memutar bola matanya malas.

"Gue tau masih banyak yang mau kalian hujatin ke gue. Tapi perut gue udah laper banget, nih. So ... excuse me." Stella memberikan senyuman terpaksanya sembari melangkah keluar kelas. Meninggalkan gadis-gadis kelas 12-2 yang menatapnya horor.

Damn!

•••

Thankyou for your
VOTE, COMMENT & SHARE 🖤

EliminationWhere stories live. Discover now