4 || Tujuan Stella

21 5 2
                                    

Café sekolah sempat riuh ketika si gadis asing berjalan menjauhi meja Stella dan Nara. Seolah hal itu adalah sesuatu yang perlu dipertanyakan.

Mencoba tenang, Stella kemudian bertanya. "Dia siapa, sih?"

"Lo masih nggak tau dia, Stel? Wah, parah banget, lo. Udah seminggu di sini masih nggak kenal dia siapa. Padahal dia primadona sekolah kita," ujar Nara sembari mengipasi wajahnya menggunakan tangan.

"Primadona?"

"Dia El Zura," ucap Nara. "Si Nomor Satu, gadis keturunan Jerman, dikenal sebagai primadona Linewill High School." Matanya beralih menatap punggung El Zura yang menghilang di belokan pintu café.

"Si Nomor Satu? Apaan, tuh?"

"Gue bakal jelasin nanti," ucap Nara cepat. "Intinya, jangan pernah bahas gadis itu di depan Acha," sambungnya kemudian, ketika dilihatnya Acha sedang berjalan menuju meja mereka membawa sebuah nampan besar.

Stella memandang temannya dengan dahi berkerut tak mengerti.

"Hufft, akhirnya selesai! Sumpah, mau makan aja harus keringetan gini. Ampun dah, gue." Acha mendumel seperti biasa, sembari mengambil tempat duduk di samping Stella.

Kedua temannya mengabaikan omelan Acha dan langsung mengambil pesanan masing-masing dari atas nampan.

"Eh, bentar-bentar!" Nara berseru. "Kok, es nya asin? Keringet lu jatuh ke sini ya, Cha?" pertanyaan gadis dengan bola mata kecoklatan itu membuat Stella susah payah menahan tawanya.

"Sialan lo, Ra. Enggaklah!"

"Pffft, canda, Cha! Sensian amat lo, ah."

"Lo yang mancing! Mana gue lagi PMS," sembur Acha kesal.

"Ooo ..., PMS. Pantesan!"

"Diem, lo!"

"Huuuy, ngeri banget!"

Stella tertawa puas melihat kelakuan temannya. "Tenang, Cha. Gue di pihak lo, kok."

"Ye, serah lo ajalah. Dah, jangan ganggu gue makan! Laper berat." Acha memutuskan untuk fokus pada ayam goreng pesanannya ketimbang meladeni kedua temannya yang menyebalkan.

•••

Jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 4.30 sore. Namun, Stella terlihat masih berkutat dengan berlembar-lembar soal Informatika yang membuat sel-sel di otaknya berpikir keras. Gadis itu merasa sangat frustasi. Kenapa pula dia disuruh menghitung berapa banyak bebek Pak Dengklek yang tersisa di kandang? Atau menghitung berapa banyak cara agar Pak Dengklek dapat sampai ke rumahnya dengan cepat? Atau bahkan menyusun jadwal ronda keliling bagi ketujuh bebek pak Dengklek yang namanya sangatlah memusingkan.

*anak TIK pasti faham:v

"Argggh! Capek!"

Menyerah, gadis itu menutup kasar buku-bukunya, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Stella terlena selama beberapa saat. Sebelum kemudian dia mengangkat kepalanya dengan cepat, teringat sesuatu.

Gadis berambut sebahu itu meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu dengan cepat. Tak lama kemudian, layar handphone nya menampilkan sebuah artikel tentang Linewill High School. Stella terus menggulir beranda artikel tersebut, hingga ia menemukan apa yang dicarinya.

El Zura Arabelle [11-1]

Peringkat Umum Pertama Kelas XI Semester Genap dengan nilai rata-rata 95, 8

Prestasi :

~ Medali Emas dalam Pemilihan Siswa Sekolah Terbaik kategori Putri 2018
~ Medali Emas dalam Teen Model Selection 2019
~ Medali Emas OSN-K Fisika
~ Medali Emas OSN-P Fisika
~ Medali Emas OSN Fisika
~ Juara 1 High School Math Competition
~ Juara 1 National Piano Competition of Indonesia kategori Putri
~ Juara 2 National Fashion Show Competition
~ Juara 2 Kompetisi Piano di Universitas Negeri Indonesia

... dst.

Stella melongo tak percaya ketika membaca sederet prestasi yang tertulis di sana. Jadi ini yang dimaksud Nara dengan si Nomor Satu? Wajar saja gadis bernama El Zura itu menjadi primadona sekolah mereka.

Tapi, Stella masih penasaran. Bagaimana gadis itu bisa tahu tentang latar belakangnya? Dan ... tentang kalimat terakhir yang ia ucapkan?

Oke, Stella tak akan membantah kalimat itu.

Bukan tanpa alasan dia mati-matian membujuk sang Mama agar bisa pindah sekolah ke Jakarta meski ia sudah duduk di bangku kelas 12. Padahal kehidupannya sebagai siswa di Surabaya dapat dibilang sangat terjamin. Sekolah lamanya bahkan berusaha menahan Stella agar tidak pindah begitu saja. Tentu gadis itu bersikeras ke Jakarta.

Dia sudah mendengar banyak tentang Linewill High School yang menjadi sekolah incaran remaja-remaja lainnya. Selain segala kemegahan di dalamnya, sekolah ini memberikan peluang beasiswa penuh untuk masuk Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia maupun luar negeri bagi siswa-siswanya yang berprestasi. Dengan kata lain, di Linewill High School, masa depanmu terjamin.

Tapi, bukan itu yang diincar Stella sampai dia rela jauh-jauh datang ke Jakarta di tahun terakhir SMA nya.

Mencari tahu kebenaran di balik kematian Ella adalah satu-satunya alasan mengapa Stella bersikeras dengan keinginannya pergi ke Jakarta. Dia hanya punya satu petunjuk yang ia yakini dapat membantunya mengenal kehidupan mendiang kembarannya.

Dan petunjuk itu adalah Linewill High School.

•••
Thankyou for your
VOTE, COMMENT & SHARE 🖤

Eliminationحيث تعيش القصص. اكتشف الآن