Sick

253 20 0
                                    

"Bahkan jika aku sedang tidak berdaya kamu tetap tidak perduli"
































Pagi-pagi sekali alarm kembali berbunyi menandakam sudah pukul 5 pagi, Wooyoung terbangun dari tidurnya langsung meraih ponsel yang terus berbunyi tersebut.

San yang ternyata bergadang menoleh kearah Wooyoung yang sibuk dengan ponselnya bukan malah pergi mandi. San mendekat ikut menatap layar ponsel kekasihnya , dapat ia lihat Wooyoung meminta izin kepada manager nya karena alasan sakit demam. San segera menyentuh leher Wooyoung.

"Demam?"

Wooyoung tidak menjawab,ia kembalikan ponselnya dan memeluk San untuk tidur kembali. Namun beberapa menitnya San bangun dari posisinya, ia hendak pulang.

Wooyoung tidak melarang, ia hanya menatap lemah San yang sudah siap untuk pergi. San mencium beberapa kali pipi gembil Wooyoung dan terakhir pada bibir kesukaannya.

"Aku pulang dulu ya"

Wooyoung hanya mengangguk lemah sebelum kembali memejamkan kedua matanya. Ia ingin tidur lagi karena masih menganguk dan kepala nya terasa sangat berat.

🤞🏻


Pukul 1 siang Wooyoung dibawa ke rumah sakit terdekat karena mengalami demam , jika hanya sekolah mungkin tidak memerlukan surat keterangan sakit. Hanya saja ia tengah pkl sekarang dan harus memenuni syarat ketentuan training di hotel.

"Bagaimana dok?"

Wooyoung dapat melihat ayahnya yang sibuk berbicara dengan sang dokter. Ia hanya terdiam merebahkan tubuhnya pasa brankar sembari menunggu waktu pulang.

"Anak bapak mengidap penyakit jantung dan juga asam lambungnya yang semakin membahayakan kondisinya. kemungkinan aktivitasnya akan terganggu karena gejala-gejala yang dirasakan seperti dada kiri selalu sakit, sesak bahkan mudah lelah. Jadi, sebaiknya anak bapak melakukan terapi untuk mencegah masalah serius pada anak bapak"


Seperti sebuah bisikan namun dapat terdengar dengan jelas, Wooyoung tidak tuli sungguh ia mendengar semua tutur dari sang dokter. Merasa tidak terlalu terkejut karena memang sejak menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya sudah merasakan gejala tersebut. Lebih parahnya, sekarang sudah sampai sering merasa sesak.

Wooyoung tersenyum kecil, jika begitu umurnya sudah tidak lama lagi bukan. Kapanpun Wooyoung bisa meninggalkan dunia sekarang, meskipun keinginannya untuk bekerja dan memberikan orangtua nya hasil dari keringat nya sendiri tetap saja jika Tuhan ingin Wooyoung pulang cepat, ia bisa apa.

Wooyoung menangkap pergerakan sang ayah dan ibu nya mendekat ke brankar, kepala nya ia tolehkan disertai senyuman manis nya.

"Mulai besok kamu terapi ya Woo? Jangan training dulu" ucap Jimin

Wooyoung menggeleng lemah "tidak ma, aku akan tetap training dan melakukan apa yang belum tuntas"

"Tapi Woo, kamu harus sembuh. Masalah training biar papa yang mengatur nya" ucap Jungkook terkesan memaksa sang anak agar mau menuruT

Sekali lagi Wooyoung menggeleng, ia benar-benar tidak ingin menghabiskan uang lebih baik lagi hanya untuk terapi yang belum tentu bisa membuatnya sembuh total.

"Maaf pa ma, Wooyoung tidak akan melakukan terapi selama Wooyoung masih merasa sehat"

Seketika kedua orang tua Wooyoung memeluk nya disertai oleh sang ibu yang mulai menangis , ingin memaksa lagi namun dokter bilang mereka tidak boleh membantah keinginan Wooyoung karena bisa saja keinginan itu adalah hal terakhir yang di minta didunia ini.

Awal Untuk Akhir - SanWooWhere stories live. Discover now