Pain again

238 19 0
                                    

"Aku hanya ingin menjadi kekasih yang baik untukmu"




























Hari sudah menjelang malam, Wooyoung seperti biasa menunggu San datang untuknya karena besok adalah hari libur.

Tadi sudah saling menelpon dan San juga sedang dalam perjalanan. Mumpung ingat , Wooyoung segera menyembunyikan obat-obat yang dia dapat saat sakit . Memang masih ada beberapa karena Wooyoung tidak meminumnya dengan teratur. Tidak heran jika Wooyoung merasakan nyeri yang tiba-tiba datang dibeberapa bagian tubuhnya.

"Dear penyakit, jika San sampai disini ku mohon jangan mengganggu ya" ucap Wooyoung

Meskipun itu tidak masuk akal berbicara dengan penyakit tetapi Wooyoung tetap berharap jika itu bisa berhasil.  Wooyoung mendadak terdiam, menghela lalu menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ingatannya berkelana melihat bayangan-bayangan dia dan San saat tertawa bersama. Setetes dua tetes airmata turun membuatnya menangis , mengapa tiba-tiba ia merasa sebegitu sedihnya padahal sebentar lagi akan bertemu.

Didalam pikirannya, Wooyoung hanya takut jika nanti ia sudah tidak ada maka San akan dengan bebas nya mendekati wanita lain. Memang hal wajar tapi, mungkin Wooyoung tidak bisa bahagia diatas sana jika melihat itu. Tapi , meninggalkan San juga adalah hal yang menyakitkan.

Ddrrt drrtr

Siyal, Ponsel nya bergetar beberapa kali ternyata San sudah ada diparkiran kost nya. Buru-buru Wooyoung menghapus airmatanya sebelum menuruni tangga, dan melihat San sedang duduk dimotornya.

"Ayahmu belum tidur?" Tanya San

Wooyoung mendengar suara batuk khas ayahnya , ternyata kedua orangtua nya masih bergadang dan sedang diluar kamar kost. Wooyoung menatap San sembari menganggukkan kepalanya.

"Aku pulang saja "

"Jangan! Besok aku libur San"

"Besok saja , lagipula orangtua mu masih bangun. Lepaskan tanganmu , aku ingin pulang"

"Kamu begitu. Jika tidak ada perlu maka tidak kesini"

"Oh begitu? Jadi begitu pikiranmu? Baiklah aku tidak akan kesini lagi. Toh aku kesini hanya ada perlu saja"

Wooyoung menggeleng ribut enggan melepas lengan San, sedangkan San memaksa tangan kekasihnya agar melepas lengannya dengan keras.

Meskipun merasa sakit tetap saja Wooyoung memeluk lengan itu , jika sudah begini Wooyoung yakin San akan kasar kepadanya .

"Ku mohon menginaap San, kamu sudah mengatakan itu"

"Iya jika kamu sendiri tanpa ada oeangtua mu Woo. Lepas!"

San menepis keras Tangan Wooyoung, memang sejak awal San tidak berniat untuk mengenalkan bahkan dikenalkan oleh keluarga masing-masing. San sangat menghindari itu, katanya hanya merasa malu saja karena dia belum bekerja malah berpacaran dengan anak mereka . Tapi bukankah lebih baik mengenal orangtua nya saat pacaran dan akan lebih nyaman begitu.

"Tidak! Menginappp..."

Wooyoung memeluk San sembari menangis seperti anak kecil yang dimarahi orangtuanya. San terlihat sangat muak, melepas paksa pelukan Wooyoung .

"Agar kamu tidak terbiasa. Jangan bergadang"

"Ku mohon ikut saja aku ke kamar aku butuh pelukan hikks"

"Jangan menangis! Kamu dengar?! Jangan- me-nangis!" San menaikkan jari telunjuknya

Wooyoung seketika menurut, terdiam dan membiarkan San menghapus airmata nya.

Awal Untuk Akhir - SanWooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang