Bad Thing

230 19 0
                                    

"Siapapun akan membenci perempuan yang berani merebut kebahagiaan perempuan lainnya dan aku benci perempuan itu"












"Tidak training?"

"Tidak, surat keterangan sakit nya sampai hari ini"

"Oowh haah, aku tidak enak badan "

"Jangan training"

San lagi-lagi menghela nafas nya diseberang telepon,

"Jika bisa mungkin aku tidak akan training hari ini"

"Katakan saja jika kamu sakit"

"Tidak semudah itu mencari surat keterangan sakit gembul"

Wooyoung tertawa kecil mendengar deretan kalimat yang San katakan, meskipun bukan melawak tetap saja kalimat seperti itu mampu membuat Wooyoung tertawa.

"Cari di apotek yang terdapat praktek dokter San, pasti ada"

"Sudahlah, Kamu tau kan aku tidak suka dengan hal yang ribet"

Benar, San itu sangat simple dan tidak bertele-tele. Namun kesannya San malah terlihat terlalu cuek untuk disebut pasangan. Tetap saja Wooyoung sayang.

"Iyaiya aku tau, tetaplah semangat jangan lupa makan . Jika lelah kemarilah"

"Iyaaa sayang, aku melanjutkan pekerjaanku dulu yaa"

Setelah berbincang sebentar dengan San, Wooyoung memilih untuk tidur karena tubuhnya masih lemas dan tidak bertenaga untuk sekedar bangun.

Tok
Tok
Tok

"Woooooooyoooooong!!"

Demi apapun, suara diluar sangatlah berisik dan membuat Wooyoung merasakan kepala nya berdenyut karena tadi tiba-tiba duduk saat mendengar nama nya dipanggil.

"Sebentaaar.." ucap Wooyoung pelan tidak perduli jika didengar ataupun tidak , mana bisa ia bersuara keras sebab tenaga masih sedikit.

Berjalan untuk ke pintu kamar saja ia harus tertatih seperti nenek tua yang sudah tidak bisa berjalan , aigoo.

Ketika pintu terbuka berdirilah seseorang dengan wajah khawatirnya menangkup kedua pipi Wooyoung hingga membuatnya agak terkejut.

"Wooooooyoung! Ada apa dengan mu shit?! Pasti gara-gara lelaki itu kan? Yang kamu bangga-bangga kan tapi nyatanya menyakitimu itu kan? Kan?"

Wooyoung sampai memejamkan kedua matanya ketika Yeosang sang sahabat bertanya bertele-tele. 

"Ah? Gimana gimana gimana???? Ayo masuk ayooo!" Seru Yeosang sembari menyeret tangan si pemilik kamar ,tidak lupa menutup pintu tersebut.

Ketika kedua nya sudah duduk Yeosang menaikkan kedua alisnya meminta penjelasan dari Wooyoung.

"Em a-aku hanya i-itu"

"Apaaaaaa? Aku menungguu penjelasanmu, se-mu-a-ny!"

Yeosang menggerakkan kedua tangannya untuk menggambarkan gestur 'semuanya' ,

"Asam lambungku naik , hanya itu saja dan aku butuh istirahat . Sudah aku beritau kan aku tidak dapat libur sejak natal"

"Sudah ku bilang sarapan terlebih dahulu , kamu selalu saja mengatakan akan sakit perut . Sekarang kamu jadi sakit kan" omel Yeosang bahkan kedua matanya sudah berkaca-kaca,

Wooyoung memeluk sahabatnya itu sembari mengusap punggung Yeosang, dirinya juga menahan tangis dan menahan diri agar tidak menceritakan penyakit mematikan yang sedang berada didalam tubuhnya.

'Maafkan aku Ocang' batin Wooyoung

"Bagaimana kamu dengan San? Bukankah sudah terbukti bahwa dia sudah mengecewakanmu?"

Wooyoung mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban, menatap Yeosang sembari tersenyum kecil.

"Aku benci perempuan itu"

"Hanya perempuannya?" Tanya Yeosang

wooyoung menaikkan alis kanannya menandakan ia bingung dengan pertanyaan Yeosang. Hal itu membuat Yeosang memutar malas kedua bola matanya.

"Lelaki mu juga yang berulah Woo. Jika saja San hanya mengucapkan terimakasih biasa dan tidak sampai menyimpan nomor perempuan itu semua tidak akan seburuk ini kan? "

Wooyoung mengangguk membenarkan pernyataan Yeosang, sang sahabat menghela napas nya siap untuk berucap lagi.

"Tamu tidak akan masuk jika tuan rumah nya tidak membukakan pintu. Dan yang terjadi padamu, Tamu yang menerobos masuk dan mendapat respon baik dari tuan rumahnya. Bukan hanya perempuan itu bahkan seharusnya lelaki mu bisa menghindari perempuan itu tanpa merespon lebih jika ia tau cara menghargai perasaanmu Woo—"

"Jika dia benar mencintaimu, dia tidak akan berbuat kesalahan yang sama dan terus menerus meminta maaf karna hanya kamu maafkan. Kamu paham sampai disini?"

Wooyoung mencerna dengan baik semua tutur sang sahabat, apa yang ia katakan benar adanya.Seharusnya San tau cara menghargai hati kecilnya agar tidak kecewa. Wooyoung memang harus menerima sikap San yang bagaimanapun itu dan tidak akan merubahnya dengan paksa tetapi bisakah San memikirkan hal sepele yang bisa menyakiti Wooyoung.

"Aku hanya terus berusaha mengingat perjuangannya sejak pertama kali bertemu, cara dia agar bisa bertemu denganku , aku menghargai semua itu Sang. Tapi kenapa semakin aku menghargai semakin San menyepelekan semua nya. Bukannya aku juga berhak bahagia?"

Yeosang memeluk Wooyoung karena tidak tega sudah membuat sahabatnya meneteskan airmata lagi, memang kebaikan tidak akan selalu dibalas dengan hal yang sama. Dan bodohnya manusia akan tetap melakukan itu sampai tersakiti berkali-kali bahkan tanpa belas kasihan.

"I-ini salahku Sang, aku terlalu ingin memiliki nya dulu hingga lupa bahwa tidak semua bisa jatuh cinta setelah menjalin hubungan. Aku salah mencintainya sedalam ini, aku salah memaksakan perasaannya . Aku—"

"Ssst sstt, tidak Woo. Bukan kamu yang salah, ini hanya tentang waktu dimana hati manusia tidak bisa dibolak balikkan dengan gampangnya. Hati nya mungkin masih terkunci atau membeku sampai kamu datang dan percayalah bahwa San juga pasti sudah berusaha untuk mencintai mu"

Yeosang mengusap punggung sempit yang mulai bergetar karena tangisan Wooyoung, andai saja sahabatnya ini bisa langsung mengakhiri hubungan dengan lelaki tidak tau bersyukur itu pasti semua akan selesai. Namun, kembali lagi pada hati yang tidak bisa dengan mudah nya melepas pemiliknya.

"Aku mencintai San ,Sang. Aku sangat mencintai nya ...hiks"

"Iya, aku tau kamu sangat mencintai nya. Tapi jangan siksa dirimu sampai habis tenaga begini , dia belum tentu bisa menjadi jodohmu Woo. "

"T-tapi hiiikkss... "

Wooyoung menangis terisak dipelukan Yeosang, hati nya kembali terasa diremas sekaligus seperti tertusuk berkali-kali. Hal bodoh yang selalu ia lakukan adalah dengan mudah nya ia bisa mempercayai seseorang dan tetap memperjuangkan lelaki yang sudah membuatnya kecewa.

Apa boleh buat, ini masalah hati. Wooyoung terlalu memakai perasaannya sampai melupakan sebuah logika. Logika yang mana harusnya ia gunakan agar hati nya tidak selalu sakit. Namun pikirannya selalu saja sangat pintar membuat hati kecil nya terluka kembali karena orang yang sama.

Awal Untuk Akhir - SanWooWhere stories live. Discover now