5. Pertunjukan Keren

34.3K 10K 5.3K
                                    



Hai hai hai! Selamat malam!

Cimol apa kabar?

Absen hadiree duluuuu cimiillll

*****

Jangan skip narasi awkayyyy

*****



"Enggak, Dipta. Si Mario Teguh itu pasti punya rencana lain."

"Pikiran lo aja yang udah jadi sarang iblis. Bisanya cuma nethink."

Bugh!

Kepalan tangan Meta melayang kuat di pipi kanan Pradipta. Cowok itu meringis. Ujung bibirnya sedikit terluka. Dia tidak menduga kalau Meta akan melayangkan pukulan secara tiba-tiba. Memang bukan kali pertamanya, tapi pukulan itu benar-benar tak bisa Pradipta baca. Kemampuan bela diri Meta sepertinya kian meningkat. Pradipta sedikit menyesal telah menjadikan cewek itu sebagai muridnya.

Murid yang kurang ajar lebih tepatnya. Kelihatannya, Meta memang ingin melebihi ilmu bela diri darinya. Ya... itu tidak salah. Tapi, Pradipta merasa sedikit terhina.

"Sekali-kali, coba mikir yang positif," ucap Pradipta masih sambil mengusap pipinya.

"Nggak bisa kalo soal Mario!" Meta meletakkan surat dari Mario dengan kasar ke mejanya. "Dia berangkat sepagi itu buat pamer ke gue doang!"

Rasanya, Meta ingin mencabik-cabik wajah Mario ketika mengingat kejadian di ruang seni pagi tadi. Bahkan selama pelajaran berlangsung, dia sama sekali tidak bisa fokus. Meta juga heran. Kenapa tadi dia tidak langsung mengutarakan kebenciannya? Alih-alih melakukan itu, Meta justru diam mati kutu.

Selain menjadi penulis yang menyebalkan, Meta yakin kalau Mario adalah seorang dukun. Cowok itu pasti telah menghipnotisnya.

"Tapi akun itu beneran lo hapus, kan?" Pradipta bertanya untuk meyakinkan kegelisahan di hatinya. Jujur, meski dia sering membela Meta jika terlibat skandal dengan siswa lain, tapi untuk kali ini, entah mengapa Pradipta merasa segan dengan Tongkrongan 55.

Meta tertawa kecil. Dia membuang pandangannya ke arah jendela kelasnya. "Emang gue secupu itu?" ucapnya.

Pradipta sudah menduga. Malam tadi saat Meta bilang kalau cewek itu sudah menghapus akun gosip yang digunakan untuk menggunjing Mario, Pradipta merasa sedikit tidak percaya. Pasalnya, Meta ini memiliki sifat licik yang–

"Akunnya gue non-aktifin sementara. Lo tau, kan, kalau gue suka keributan?"

Y-ya.... Meta mengakuinya sendiri.

*****

"Lo suka sama dia? Seriously?" Gavie benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Mario yang tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. "Gue pikir bakalan ada keributan besar. Itu lebih seru."

"Gue bukan lo yang ribet dan suka cari masalah," ketus Mario.

Sebenarnya, Gavie dan Mario memang memiliki sifat yang sedikit mirip. Itulah mengapa, keduanya betah menjalin pertemanan sejak kecil. Bahkan selalu duduk sebangku. Seperti sekarang. Hanya saja, Gavie memiliki kebiasaan dan pola pikir yang ruwet. Berbeda dengan Mario yang lebih bodoamat dengan sekitar.

"Tau gini, gue nggak akan sibuk nyari pemilik akun itu. Buang-buang waktu." Gavie kembali membuka buku-bukunya yang berserakan di meja. Mencoba meredam kekecewaan karena rencananya tidak berjalan sesuai angan-angan.

MetaforaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang