🌠BIHW-Tiga Dua🌠

3K 348 5
                                    

Lana melirik Zelo yang saat ini tengah memasakan makan siang untuknya, sedari pagi sampai siang Lana di kamar terus, dan ini baru keluar.

"Kamu suka ayam sambal?" tanya Zelo sembari meletakan lauk dan nasi di meja makan. Lana menaikan sebelah alisnya, kemudian mengangguk saja.

Seulas senyum lembut Zelo berikan, dia menyiapkan piring berisi nasi dan lauk untuk Lana.

Lana sebenarnya tak masalah, tatapan mata Zelo terlihat jelas, jika dia kesepian.

"Aku minta maaf karena menculikmu, tapi aku hanya mau Lana untukku seorang.." lirihnya sembari berlutut dilantai sembari memegang paha Lana.

Lana diam terpaku, kemudian seringai tipis dia berikan. "Kau mau aku menjadi milikmu?"

"Iya.."

"Kalau begitu, kau harus menuruti semua permintaanku." Zelo diam, kemudian dia mengangguk sembari memeluk perut Lana.

Menyembunyikan wajahnya disana, dengan bahu yang bergetar pelan. "Kenapa kau menangis?"

"Maafkan aku..hiks..tapi ini keinginan terakhirku sebelum aku pergi.." Lana terhenyak, apa maksud ucapan Zelo.

Dengan panik, Lana menangkup wajah Zelo dan menatapnya dalam. "Apa maksudmu?" tanya Lana pelan.

Zelo tersenyum manis, tawa dia berikan disela air matanya. "Aku menderita HIV..hiks..dan hidupku gak lama lagi Lana..maka dari itu aku ingin menghabiskan waktu terakhirku bersamamu."

Deg!

Lana membeku, dia tak percaya dengan apa yang Zelo katakan. "Bagaimana bisa?" tanya Lana panik.

Zelo menggeleng pelan. "Aku mabuk...dan dipaksa bersetubuh dengan wanita yang memiliki Hiv, dan sudah jelas aku tertular darinya.." Lana merasa hatinya diremas.

Dia tak mengatakan apapun lagi, yang Lana lakukan hanyalah mengelus rambut Zelo dan membisikan kata-kata penenang, ini tak pernah Lana bayangkan akan terjadi.

"Kalau begitu, ayo kita keluar dan menghabiskan waktu bersama."

"Kamu mau?"

"Tentu."

Senyum bahagia Zelo berikan, dia tak salah menjatuhkan hatinya pada Lana, wanita ini baik walau terkadang licik.

"Terima kasih, kamu mau membuat saat terakhirku menyenangkan." bisik Zelo.

Lana tertawa pelan, dia mengelus rambut Zelo gemas. Ya tak apa, setidaknya ini yang bisa Lana berikan untuk Zelo sebelum kematiannya.

..........


"Kamu mau itu?" Lana hanya mengangguk dengan senyuman diwajahnya, Lana tak mau merusak momen.

Lana tau seganas apa HIV, dan pastinya Zelo sudah putus asa, karena itulah dia tak berobat sama sekali dan membiarkan kematiannya semakin dekat.

Lana memandang punggung tegap Zelo, siapa yang sadar pria tampan berbadan tegap seperti Zelo justru menyimpan penyakit mematikan.

Lana menunduk, dia menyeka air matanya secepat yang dia bisa. "Kenapa harus HIV.." lirihnya pilu.

Benar..kenapa harus HIV yang Zelo derita.

Dulu, saat Lana masih berada di tubuh Yeen dimasa lalu, Zelo yang paling manis dan berkelakuan lembut pada Lana.

Lana menjadikan Zelo sebagai favoritenya, tapi itu tak dia katakan karena tak mau memancing keributan diantara yang lainnya.

Lihatlah sekarang, nasibnya memang tak pernah bagus, Zelo pernah mengatakan jika hidupnya ini berantakan.

Orang tua yang sangat abai padanya sehingga pergaulannya sangat bebas tak terpantau.

"Aku kasihan padanya, harusnya dia bisa memiliki anak, menikah dan membangun rumah tangga, tapi..ah sudahlah." Lana tak mau memikirkannya.

Itu semakin membuat Lana sedih akan fakta, jika hidup Zelo memang sudah tak lama lagi.

Dari jauh, Lana melihat Zelo berjalan kearahnya, dengan berbagai jajanan ditangannya.

Senyum ceria yang Zelo berikan, menghangatkan hati Lana sekaligus merematnya kuat.

Kenapa harus Zelo, kenapa bukan yang lain saja.

"Ini, makanlah." Lana menerima makanan itu dan berterima kasih pada Zelo.

Mereka kembali berjalan di taman sore itu, dengan Zelo yang merangkul bahu Lana agar senantiasa ada disebelahnya.

"Setelah ini, kita pulang?" tanya Lana.

Zelo mengangguk. "Oke, aku juga agak lelah, rasanya mau tidur aja." curhat nya.

Lana tersenyum tipis, dia mengelus pipi tirus Zelo pelan. "Saat pulang nanti, kamu bisa istirahat kok."

Zelo tersenyum senang, dia mengangguk mendengar ucapan Lana.

Mereka menikmati sore yang hangat, ditemani perbincangan yang tak Lana sangka bisa semenyenangkan itu.

"Jadi, kamu pernah ketiduran di kamar mandi?" tanya Lana memastikan.

Zelo mengangguk malu, dia juga punya sleep walking sehingga tanpa sadar dalam tidurnya dia berjalan.

Terakhir dia sleep walking, Zelo tertidur di kamar mandi, bahkan sampai membawa bantal dan selimut.

Bagi Lana itu lucu, apalagi saat pipi putih Zelo memerah karena malu.

"Santai saja, tak ada manusia yang sempurna Zelo. Sleep walking itu bukan hal yang memalukan."

"Iya aku tau, tapi masa sampai tidur di kamar mandi."

"Haha, gak ditemani kecoa kan?"

"Ih, Lana!'

"Aku bercanda hahahaha."

Zelo tak pernah menyangka, jika dia akan sedekat ini dengan Lana, bahkan sampai membuat wanita itu tertawa.

Entahlah, rasanya Zelo siap pergi setelah ini, Zelo siap meninggalkan semuanya karena keinginan terakhirnya sudah terpenuhi.

Yaitu membuat Lana tertawa dan tersenyum disebelahnya.

"Haha." tawa ikut Zelo berikan, dia memeluk bahu Lana dan mengusap pucuk kepala wanita itu.

"Beruntung yang dapatin kamu Lan."

"Ah, masa?"

"Iya benar."

"Aku rasa tidak."

Alis Zelo naik sebelah. "Kenapa tidak?"

Lana tertawa pelan, dia menghela napas panjang dan berbisik lirih. "Siapa yang beruntung mendapatkan wanita egois sepertiku?"

Jujur, Zelo lebih suka mendengar umpatan dan makian Lana daripada bisikan lirih wanita itu, hati Zelo ikut sakit mendengarnya.

"Jangan gitu, kamu itu berharga Lana."

"Aku tau itu Zelooo."

"Jangan sedih, oke?"

Lana hanya tersenyum sebagai jawaban, dia gak janji tak bersedih, terlebih saat Zelo pergi nantinya, pasti Lana akan sangat bersedih.

Terlebih Lana ada disamping Zelo, itu menambah perih dihatinya.

Menyedihkan.

®^^®

Bersambung

Lana's Harem [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora