- (7) -

71 7 3
                                    

Kana terdiam didepan cermin, pikirannya melanglang buana kembali teringat dengan ucapan ayahnya tadi malam.

'Bagaimana kalo kamu punya saudara lagi?'


"Maksud Ayah itu sebenarnya apa? Apa iya Ibu hamil lagi?" Monolognya.

Disaat masih sibuk menerka-nerka kemungkinan-kemungkinan diotaknya, fokusnya terbuyarkan saat ponselnya berdering, menandakan adanya panggilan masuk.

"KANAAAA!!"

Mendengar teriakan itu, Kana yang meringis sontak menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Eh buset, santai woy! Ntar kuping gue budeg gegara lo! Lo mau tanggung jawab, HAH?!?"

Terdengar suara cengengesan dari seberang, "Aelah canda, Kan."

"Mau ape lo telpon gue?"

"Lo kesini kapan heh? Katanya mau tobat."

"Ya, ini gue udah siap. Tinggal berangkat!"

"Acara mulai setengah jam lagi, Kana."

"Iya.. gue tau, ga perlu lo repot-repot ngasih tau."

"Hilih bicit, buruan kesini! Awas ae kalo telat!"

Tutt..

Kana memutus panggilan sepihak, matanya menatap kearah jam dinding dikamarnya. Kemudian berdiri mengambil tas dan beberapa keperluan lainnya, kemudian melangkah keluar kamar.

"Ibu! Kana pergi dulu!"

"Sarapan dulu, Kak!"

"Gausah, bu! Ntar disana juga dikasih sarapan."

"Yaudah hati-hati, Kak!"

Kana mengangguk kemudian mengecup tangan ibunya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

.

.

.

Kana keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan perlahan menuju halte bus, jarak rumah dengan masjid sekitar 15 menit jika menggunakan kendaraan.

Tangannya mengeluarkan sepasang earphone, kemudian menyetel musik. Matanya memejam menikmati hembusan angin, kakinya bergoyang mengikuti alunan melodi.

Hingga sebuah bus tiba, Kana perlahan berjalan, ikut mengantri masuk kedalam bis bersama beberapa orang lainnya.

Kana memilih tempat duduk disamping jendela, masih dengan menikmati musik, matanya menelisik kearah keramaian kota.

Jakarta, kota sibuk.

Lalu lalang kendaraan menjadi pemandangan sehari-hari, gedung-gedung tinggi terlihat sepanjang mata memandang.

Kota yang indah, namun sayang kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakatnya terhadap lingkungan sekitar, membuang sampah sembarang membuat beberapa titik menjadi tempat yang kumuh.

Kana terdiam saat bus yang ia tumpangi berhenti sebab lampu merah, pandangannya terjatuh pada dua orang anak laki-laki yang memakai pakaian lusuh, sedang bernyanyi dengan alat musik seadanya.

Kana terenyuh, bersyukur sebab ia masih diberi hidup yang berkecukupan. Tak lama bus mulai kembali berjalan dan berhenti ketika sampai ditempat yang Kana tuju.

Kana turun dari bus, kemudian mengedarkan pandangannya, mencari 2 orang sahabatnya.

"KANA!"

Kana tersenyum lebar, mendapati Martha dan Hanin yang melambaikan tangannya diseberang jalan, tanpa hati-hati Kana menyebrang jalan, tak memperdulikan mobil yang melaju dengan kecepatan cukup sedang tengah menuju kearahnya.

NARENKANA | Na Jaemin Where stories live. Discover now