NARENKANA | Na Jaemin

- (17) -

Tuhan, adalah penulis skenario terbaik untuk semua hamba-Nya.

.

.

•••••

"Aku minta putus."

Chandra terdiam, menatap lekat kearah Kana yang kini berdiri berhadapan dengannya. Diamatinya pahatan wajah cantik yang selalu ia kagumi itu, menyelami netra indahnya mencoba mencari kebohongan.

"Kamu bercandanya nggak lucu, sayang.."

"Chandra! Aku serius!"

Chandra kembali terdiam.

"Aku minta putus!" Ulang Kana menegaskan  ucapannya.

Chandra tersenyum miring. "Jadi ini? Alasan kamu mau ketemu aku dibelakang sekolah?"

Kana menggigit bibirnya pelan, ia mengalihkan pandangannya, tak berani menatap kedua mata Chandra.

"Apa alasannya?"

"Kamu.. akan tahu nantinya."

"Lo tahu? Itu bukan jawaban yang gue harapkan."

Kana terkejut saat Chandra mengubah kata aku-kamu di kalimatnya menjadi lo-gue seperti semula.

"Lo bakal tahu alasannya Chandra.."

Kana menahan getaran pada suaranya, dadanya berdenyut sakit.

"Oke. Itu yang lo mau kan? Mulai detik ini, kita putus!"

Chandra berbalik pergi, meninggalkan Kana yang menatap sendu kepergiannya.

Kana menyandarkan tubuhnya pada dinding, air matanya luruh membentuk aliran yang membasahi pipi, dan dalam sekejap tangis itu pecah.

Kana terduduk dengan memeluk erat kedua lututnya, mencoba meredam tangisannya.

*****

"Lo kenapa Chan?"

Razan, Bram, David, dan Naren menatap Chandra bingung. Temannya itu sama sekali tidak menyentuh piring makanannya, tatapannya kosong menatap kearah ponselnya yang dalam keadaan mati.

"Chan, jangan gini elah.. ngapa lo? Gue anter balik ya?" David menawarkan sukarela.

"Chan, lo nggak bisu kan? Jawab dong!"

"LO SEMUA DIAM BANGSAT!"

Naren mengerutkan dahinya saat mendengar bentakan Chandra. Ia yang duduk disamping Chandra kemudian menepuk bahu cowok itu pelan.

"Santai bro.. nggak usah ngebentak, mereka cuma khawatir sama lo."

Mendengar itu Chandra menunduk, "Maaf.." lirihnya.

"Lo ada apa? Sini cerita."

Chandra menanggapi pertanyaan itu hanya dengan senyuman.