- (10) -

50 7 2
                                    

Naren tersenyum manis saat melihat neneknya berjalan kearahnya.

"Narendra, cucu Oma yang tampan, bagaimana kabarmu sayang?"

"Naren baik-baik saja Oma."

"Tapi kenapa tubuhmu kurus sekali? Kau makan dengan baik bukan?"

Naren terkekeh, "Oma, keturunan papa kurus semua."

Lestari menepuk pelan dahinya, "Ah! Kenapa Oma bisa lupa jika menantu Oma itu kurus sekali?" keduanya lantas terkekeh.

"Oma datang? Kenapa Ai baru tahu?"

Lestari menoleh menatap cucu pertamanya, "Aiden bagaimana kabarmu sayang?"

"Ai baik-baik saja, Oma bagaimana?"

"Oma baik, jika Oma sakit Oma tidak akan berkunjung kemari, Padang-Jakarta jauh sayang."

"Ekhm, hanya Oma yang disapa? Opa tidak?"

"OPAA!!"

Denawan tersenyum saat melihat Naren menerjang tubuhnya, sedetik kemudian ia memeluk cucunya hangat.

"Perasaan Opa, atau memang nyatanya kamu bertambah kurus?"

Naren menggeleng, "Opa salah, Naren memang kurus dari dulu."

"Mahira memberimu makan apa? Awas jika tidak memberikanmu makanan bergizi."

"Mama selalu memperhatikan Naren dan Bang Ai." Ucapnya tulus, dengan senyuman mengembang, berusaha sebaik mungkin menutup kejadian sebenarnya.

"Apa yang Ayah katakan? Tidak mungkin putri tunggalmu ini meracuni kedua cucu kesayanganmu Ayah."

Mahira datang sembari membawa nampan berisi minuman dan cemilan.

"Baguslah jika begitu." Denawan mengelus puncak kepala Naren dengan sayang.

Naren tersenyum sembari melirik kecil kearah ibunya yang tersenyum manis sembari menatapnya sedikit tajam.

"Dimana Arjun?"

"Dia masih ada meeting bersama para direksi, tapi sepertinya akan pulang sebentar lagi."

Denawan tersenyum bangga, "Aku tidak salah memilih menantu."

"Aiden, Oma dengar kau akan menikahi Alesha?"

Aiden menunduk malu, "Bagaimana caranya Oma bisa tahu?"

"Tentu saja dari ibumu! Jadi.. kapan?"

"Akhir tahun ini, jika tidak ada masalah."

"Ah.. aku tidak percaya cucuku akan segera melepas masa lajangnya."

"Oma.. berhenti lah membuat ku merasa malu."

Semuanya tertawa mendengar keluhan Aiden disertai dengan mukanya yang memerah.

*****








"CHANDRA!! CUCI SEPATUMU SEKARANG!!"

Chandra yang mendengar teriakan ibunya, segera menampilkan pose berpura-pura tidur dengan membelakangi pintu kamarnya dan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

"YAKK!!! CHANDRA GUNTUR PRAYOGAA!!!"

"Mommy, pagi-pagi nggak boleh teriak." Racaunya.

"MANA ADA PAGI CHANDRA?!?" teriak Asti frustasi.

"Mommy nggak lihat itu sinar matahari baru muncul." Ujarnya dengan suara parau khas orang bangun tidur.

Asti menggeleng tak percaya pada kelakuan putra tunggalnya ini, dengan gerakan cepat ia segera menarik telinga kanan milik Chandra dan-

NARENKANA | Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang