Masa Lalu 'Defier Of Light'

3.3K 255 9
                                    

Duduk bersilang kaki sambil menatap nestling elite yang berada didepannya, Xavier menghela napas.

"Apakah aku juga harus turun tangan karena ketidakmampuan kalian untuk menangkap mereka?"

"Ta-tapi tuan, ini adalah perintah Sang Uskup!"

"Jadi?"

"Tolong jangan menjadi egois seperti ini tuan. Kami membutuhkan tuan untuk menjadi pemimpin kami!"

"Apakah orang selain aku tak bisa melakukannya?"

"Xavier."

Pemuda dengan rambut bergelombang itu menoleh ke sumber suara sambil memberikan salam hormat.

"Mau kah engkau menebus kesalahanmu? Akan ku berikan kau kesempatan kedua. Ini adalah kesempatan mu untuk kembali ke sisiku."

Xavier mengangguk kecil sebagai balasannya.

"Sebagai Arbiter of Light yang termuda, Monastery of Light membutuhkanmu. Mau kah kau kembali ke jalan yang benar?"

Xavier kembali mengangguk sebagai jawabannya.

Uskup Agung yang baru, Rod Sidon tersenyum puas. "Maka pergilah, akan ku berikan kau misi rahasia. Berpatroli lah ke seluruh penjuru Lumina City dan musnahkan semua 'orang sesat' yang kau temui ketika berpatroli."

"Dimengerti."

Arbiter of Light yang lainnya, Alucard yang baru saja kembali dari misi mendapatkan kabar tentang kesempatan kedua yang diberikan kepada Xavier.

Alucard kembali diingatkan oleh insiden tersebut. Kala itu, Alucard menyaksikan semuanya. Ia sudah berusaha membantu Xavier untuk menutupi kejadian itu, namun entah bagaimana semua cerita dan informasi masih saja sampai ke telinga sang Uskup.

Alucard hanya menghela nafas dan melanjutkan kegiatannya kembali.

Bertahun-tahun telah berlalu, namun kekosongan di hati Xavier tak kunjung hilang.

Hati yang kosong dan hampa membuat Xavier berpikir beberapa kali untuk jatuh kedalamnya. Bak lubang hitam yang membisikinya agar ia segera mengakhiri semuanya.

Namun janji yang telah dia buat untuk mengabdi kepada Uskup Agung dan bertarung untuk Light seumur hidupnya yang membuatnya bertahan.

Di balik ketidakacuhan Xavier terdapat usaha yang tiada akhir, dan dalam setiap masa yang berlalu dia harus meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak jatuh ke dalam kekosongan hatinya. Dia menunggu titik balik kejadian dari takdirnya-entah itu untuk mati, untuk pergi, atau berubah.

Dan disinilah dia.

Di depan gerbang Lumina City, Xavier melihat ke sekelilingnya.

Saat menjalankan misi, Xavier tak sengaja bertemu dengan anak-anak malang yang dikejar oleh para iblis. Simbol orang-orang sesat merupakan aib bagi martabat gereja!

Xavier menatap kedua anak muda itu dengan diam. Dia seharusnya menangkap kedua orang yang dianggap sesat di tempat itu, namun saat melihat Yin yang terluka sambil melindungi seorang anak di jalan, bayangan ibu yang memeluk anaknya di dalam benteng satu dekade lalu tiba-tiba muncul dalam ingatannya.

Xavier muda yang dulu tidak memiliki pilihan, tetapi sekarang?

Ia berpikir, "Apakah aku harus menangkap mereka, membebaskan mereka, atau..."

Xavier melihat ke sekelilingnya dan mendengar seorang gadis muda berkata, "Arbiter of Light?"

Xavier hanya meliriknya dengan acuh, setelah ia berbalik, Xavier mulai mengalahkan iblis kecil yang mengejar kedua remaja itu dengan menggunakan lambaian tangannya saja.

Xavier lagi-lagi melirik mereka, "Pergilah."

Gadis muda itu tersenyum, "Baiklah, kalau begitu sampai jumpa!" Setelah itu ia berlari kecil meninggalkan tempat itu.

Merasa Yin tak mengikutinya, Melissa segera sadar kalau ternyata ia benar-benar sedang berlari seorang diri.

Yin yang masih mengagumi bakat dan kemampuan Xavier saat mengalahkan para iblis membuatnya diam di tempatnya dan tak mendengarkan arahan yang diberikan Xavier.

Terpaksa Melissa harus kembali dan menarik tangan Yin untuk mengikutinya bersembunyi di tempat yang aman.

Melihat kedua remaja itu sudah bersembunyi di tempat yang aman, Xavier segera memejamkan matanya.

Gelapnya langit malam mulai tergantikan oleh cerahnya langit fajar.

Xavier memikirkan kejadian-kejadian yang membelenggunya selama sepuluh tahun terakhir.

Dulu ia tidak memiliki pilihan, tetapi sekarang?

"Apakah aku harus menangkap mereka, membebaskan mereka, atau..."

Aura berwarna putih transparan bak cahaya mulai menguap dari tubuhnya dan energi sihir mistis mulai mengelilinginya.

Merasakan sihir mistis yang samar-samar sudah menyelimuti tubuhnya, Xavier mulai meringankan masa tubuh nya yang dapat membuatnya melayang di udara. Sihir mistis yang ia kumpulkan juga mengganti tampilan jubah yang dulu diberikan oleh ibunya.

Saat Xavier membuka matanya, seluruh tubuhnya mengeluarkan cahaya sihir, manik matanya yang indah juga tak luput dari sihir yang menyelimutinya.

Kini tekadnya sudah bulat. Ia memfokuskan sihirnya pada telunjuk tangan kanan nya.

Kicauan burung mulai terdengar di cerahnya pagi hari di Lumina City. Matahari pagi bersinar tanpa ada awan mendung yang menutupinya.

Aura putih milik Xavier bercampur dengan cahaya mentari pagi, membuatnya terlihat seperti malaikat yang dianugerahi oleh cahaya.

Dalam satu jentikan jarinya, seluruh energi sihir yang ia kumpulkan meledak.

'Combust!'

Kekuatan sihir mistis yang dikumpulkan Xavier meledak dan terfokus pada satu arah. Dan Xavier mengarahkannya ke gerbang Lumina City yang tertutup.

Setelah meledakkan sihir mistis nya Xavier kembali menapakkan kakinya ke tanah dan berbalik.

Xavier melepas Badge of Light yang terpasang di dadanya lalu membuangnya.

Xavier berkata kepada dirinya sendiri, "Kali ini, pilihan ada di tanganku."

Setelah mengatakan kalimat itu pada dirinya sendiri, Xavier menuju ke pinggiran kota untuk menemukan kedua remaja yang sempat ia selamatkan sebelumnya.

My Time Flows To You (Fredrinn x Xavier)Where stories live. Discover now