Sarung Tangan Baja dan Cakram Bergerigi

445 83 3
                                    

Melissa mengedarkan pandangannya berniat untuk mencari sosok Fredrinn dan Xavier tapi berakhir sia-sia karena dia tak melihat siapapun di garis pandangnya. "Hei, apakah kalian melihat Xavier dan Fredrinn?" ucap Julian sambil melemparkan sabit sihir ke arah musuh.

"Tidak," jawab Julian. Tentu saja Julian tidak sebegitu senggangnya untuk menjelaskan kemungkinan yang ada di kepalanya mengenai kemana perginya dua orang itu. "...mungkin mereka memiliki hambatannya sendiri!"

Saat Julian lengah ada seorang Raven yang hendak mengayunkan pedangnya ke tengkuk Julian tapi berhasil digagalkan oleh Yin yang langsung memukul kepalanya sampai pingsan.

"Terima kasih."

"Kau tak perlu mengucapkannya, pertarungan ini masih jauh dari kata selesai!"

Tepat setelah mengucapkan kalimat tersebut, Yin langsung dipukul menggunakan sarung tangan berlapis baja dan sihir oleh Raven lain di bagian pelipisnya, tentu saja darah langsung mengalir begitu kulit dan daging nya tergores.

Melissa tak tinggal diam. Ia melempar Muddles untuk menyedot separuh jiwa Raven yang melukai Yin lalu mengambil boneka itu lagi. Begitu boneka tersebut sudah kembali ke tangannya, Melissa dengan ganas menusuk-nusuk jarum sihir nya ke sekujur tubuh boneka tersebut langsung langsung berefek ke tubuh musuh yang asli.

Begitu tubuh musuh tak bisa gerak oleh santet Melissa, Julian langsung menghabisinya.

"Yin apa kau masih bisa bertarung?" Melissa bertanya sambil berlari ke arah Yin.

"Tidak apa-apa." Yin berdiri lalu mengusap darah di pelipisnya menggunakan punggungnya lalu menyeringai, "Luka ini tidak ada apa-apa, aku belum mati."

Melihat semangat Yin membuat Melissa menghela napas lega. Melissa tau temannya tidak ada yang masuk dalam kategori normal, jadi hal seperti ini masih dianggap lumrah olehnya.

Julian tak punya waktu untuk menanyakan hal seperti yang ditanyakan Melissa pada Yin soalnya dia sendiri juga sedang fokus bertarung dengan musuh yang lain.

Musuh juga tak kalah semangatnya dengan Yin. Julian mendengus kesal, "Sial. Mereka sangat gigih." Julian dengan ugal-ugalan melemparkan sabit nya ke segala arah, tentu saja dia tak ceroboh hingga melemparkan sabit nya ke arah teman-temannya.

Melissa menyeka keringatnya sambil menatap badan kekar musuh di depan mereka. "Gila... Energi mereka setara dengan tubuhnya. Bagaimana cara kita mengalahkan mereka? Yang ada malah kita duluan yang akan dihabisi oleh mereka!"

Yin tertawa, "Walaupun badan mereka besar... Mereka tidak sebesar badan Fredrinn!" Yin menekankan nada suaranya saat ia menyebutkan nama Fredrinn lalu Yin melompat ke arah musuh yang ditunjuk Melissa sambil mengayunkan pukulan andalannya.

Yin bertarung dengan Raven berbadan kekar itu dengan serius. Mereka berdua adalah tipe yang bertarung jarak dekat tanpa menggunakan senjata apapun, mereka bertarung dengan tangan kosong dan berfokus pada teknik beladiri masing-masing.

Saat Melissa berniat membantu Yin sebuah cakram bergerigi menghalanginya.

"Hei gadis manis, maukah kau temani kakak ini bermain sebentar?"

Melissa menoleh ke arah wanita yang menggunakan topeng Raven itu dengan senyuman, "Sesuai keinginanmu, kak."

Dengan begitu pertempuran jarak jauh antara Melissa dan Raven Wanita itu pun dimulai.

"Ku kira kau mati di makan oleh hewan buas atau makhluk mistik abnormal di luar sana, Julian. Aku tak menyangka bahwa kau masih hidup dengan sehat sampai sekarang. Sepertinya kemampuan bertahan hidupmu juga dibantu dengan kemampuan Xavier membuat kalian hidup dengan damai diluar sana, ya?"

Mendengar suara yang familiar ini Julian tak bisa menahan diri untuk tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh pria berambut pirang di belakangnya.

"Aku juga tidak menyangka bahwa kau masih tetap bertahan di posisimu yang menyedihkan itu? Sepertinya Rod Sidon berbelas kasihan padamu."

"Aku tak ingin mendengar itu dari mulut seseorang yang membantu pengkhianat. Lebih baik kau menyerahkan hidupmu disini saja, kau tau kan relasi sang Uskup Agung? Sekali dia menginginkan nyawamu, dia akan langsung mendapatkannya hanya dengan lambaian tangannya."

"Lalu?"

Raven itu melepas tudungnya tapi tak melepas topengnya. Penampilannya cukup bersih dengan rambut pirang dengan mata berwarna biru.

Ia mendekat kearah Julian lalu menunduk untuk menatap anak laki-laki seumurannya yang menatapnya dengan tatapan dingin. "Lalu? Tentu saja mereka akan memburu mu dimana pun kau berada. Beliau akan terus mengejar mu sampai beliau mendapatkan nyawamu."

Julian menunduk, Raven berambut pirang itu tidak bisa melihat ekspresi Julian dengan jelas.

"...kut?"

"Apa?"

"Lalu...," Julian menarik rantainya lalu menyerang Raven di depannya, tentu saja si Pirang itu menghindarinya dengan cukup baik.

Julian berdiri tegak lalu menyabetkan rantainya ke samping, membuat percikan api ketika besi rantainya mengenai jalanan beton.

"Apakah menurutmu aku peduli dengan itu semua?"

Si Pirang tertawa lepas saat mendengar jawaban Julian. "Hei, bukankah kau terlalu berani? Darimana kau mendapatkan keberanian sebesar itu? Dimana Julian pendiam juga penurut yang ku kenal?"

"Huh?" Julian menyeringai hingga matanya menyipit seperti rubah, "Memangnya apa yang kau ketahui tentang diriku, Aaron?"

My Time Flows To You (Fredrinn x Xavier)Where stories live. Discover now