Perdebatan

1.1K 171 47
                                    

Xavier melihat ke sekelilingnya. Percaya atau tidak kini ada semakin banyak orang yang mengelilinginya untuk melihat sesuatu yang terjadi.

"Ada apa ini? Apakah pemuda itu berkelahi dengan pemuda lainnya?"

"Entahlah teman. Bibi itu datang kesini ya? Tak mengherankan jika sesuatu seperti ini terjadi lagi."

"Ah lihat! Pemuda yang tinggi dengan menggunakan jubah itu tampan sekali!"

Telinga Xavier rasanya seperti sedang terbakar ketika mendengar bisikan-bisikan orang yang mengerumuninya.

Yin mendengarkan pujian dan teriakan para wanita yang sedang melihat kearah Xavier lalu berkata, "Xavier, kau langsung populer ya."

"Tuan..."

"Xavier, sebaiknya kita segera pergi dari sini-"

Wanita paruh baya menyela perkataan Melissa, "Kau pasti melakukannya bersama lebih dari tiga wanita kan? Warna rambut dan mata kalian tak sama, namun ada sedikit kemiripan rasanya. Entah apa itu, tapi aku benar-benar yakin."

Ingin sekali Yin dan Melissa berteriak kencang.

Tentu saja anda merasakan hal yang hampir sama diantara kami karena kami ini sama-sama buronan!

Kurang lebih seperti itulah kalimat yang ingin mereka teriakkan.

"Mungkin ada kesalahpahaman disini. Saya bukanlah ayah dari anak-anak ini nyonya."

Wanita paruh baya itu tertawa kecil, "Tidak usah malu-malu untuk mengakuinya, nak. Aku tau di zaman sekarang ini banyak sekali lelaki nakal yang hanya mau bermain tapi tidak mau bertanggung jawab. Karena kejadian seperti itu, banyak wanita yang memilih untuk melahirkannya lalu mengirim bayi nya untuk diurus lelaki yang pernah bermain dengannya daripada merawatnya. Bahkan banyak juga yang melakukan aborsi!"

"Ya, tapi kebanyakan itu hanya berlaku untuk para bangsawan bejat yang tak mengerti tentang norma dan aturan, nyonya. Sayangnya, harga diri saya terlalu tinggi untuk melakukan hal-hal tak bermoral seperti itu."

"Tidak semua bangsawan melalukan hal itu, nak. Jangan berlagak layaknya kau mengerti semua hal yang terjadi disini, anak muda."

"Kalimat tersebut saya kembalikan lagi untuk anda, nyonya. Bagaimanapun, anak muda ini lebih tahu menahu tentang seperti apa dunia yang akan terjadi di masa depan dibandingkan dengan orang yang umurnya sudah tercium oleh tanah."

Yin dan Melissa langsung membeku dengan mulut yang ternganga ketika Xavier mengatakan suatu hal seperti itu.

Bahkan mata Julian pun melotot karena tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Bak tersambar petir yang langsung mengenai kepalanya, wanita paruh baya itu tak tinggal diam karena disebut sebagai orang yang sudah bau tanah.

"Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu nak? Apakah kau tidak terima karena rahasia mu tak sengaja terbongkar oleh wanita seperti ku?"

Melissa yang notabene nya adalah anak yang ditinggalkan oleh keluarga dari ayahnya langsung menundukkan kepalanya.

Yin yang bahkan tidak tau siapa orang tua kandung nya juga merasa sedih setelah mendengar hal itu.

Bahkan Julian juga terlihat murung karena mengingat kembali masa lalu yang bahkan sempat membuatnya shock sampai beberapa tahun terakhir. Ia teringat ayah dan ibunya yang baik hati.

Xavier melirik ketiga anak di sampingnya lalu menghela nafas tak berdaya. Matanya lurus menatap wanita yang berada di depannya.

Ia berjalan beberapa langkah ke depan dan menyisakan jarak kurang lebih setengah meter dari wanita itu.

Dengan posisi tegap tanpa kepala yang menunduk, Xavier menatap rendah wanita didepannya sambil berkata, "Saya takut ini semua tak sesuai dengan ekspektasi anda, nyonya. Rahasia yang saya miliki itu lebih besar daripada omongan anda yang bahkan tak memiliki bukti nyata sebagai dasar pembuktian bahwa apa yang anda katakan itu nyata."

"Apa katamu?! Kau pikir aku tak tau orang seperti apa dirimu? Semua orang yang masuk ke daerah ini pasti sama saja! Kau bahkan sempat melecehkan ku dengan perkataan mu itu! Bahkan anak-anak mu itu juga sempat melecehkan tubuh indah ku ini sebelum kau datang kesini!"

Semua orang menertawakan apa yang dikatakan oleh wanita tua itu. Sebagian besar menertawakan Xavier yang hanya diam ditempatnya tanpa melakukan apapun.

"Hahaha! Bahkan pria itu tak berani menyakiti wanita, apa yang kau harapkan dari orang sepertinya? Jangan harapkan lebih! Hahaha!"

"Benar, itu benar! Mengalah saja dengan wanita itu nak! Mengalah lalu turuti saja kemauan wanita itu! Kau tak akan bisa mengalahkannya hahaha!"

Wanita paruh baya itu hanya tersenyum ceria, ia merasa sangat tersanjung setelah mendengar orang-orang merendahkan Forsaken Light.

Julian mendongakkan kepalanya, ia berbisik pelan, "Tuan..."

Mata indah Xavier terlihat mengeluarkan cahaya biru jernih bak aquamarine.

"Biar ku pertegas nyonya. Mereka bukanlah anak kandungku seperti apa yang kau pikirkan. Jika kau masih memiliki kesadaran di otakmu itu, pergi dan tanyakanlah sendiri kepada mereka terlebih dahulu."

Wanita dengan perkiraan usia empat puluh lima tahunan itu terbilang masih cukup muda dengan paras yang lumayan cantik di usianya. Kebanyakan dari mereka yang seperjalanan dengan Xavier dkk memanggilnya dengan sebutan wanita paruh baya karena pakaiannya terlihat compang-camping.

Tapi bagi apa yang dilihat Xavier, pakaian wanita itu memang sengaja di robek untuk memamerkan lekuk tubuhnya.

"Jangan memerintah ku, kau hanyalah anak kecil di mataku!"

"Jangan membuatku berkata untuk yang kedua kalinya dasar wanita tua tak tau diri!"

Suara Xavier bergema di telinga semua orang, Julian langsung menunduk untuk menghindari amarah Xavier.

Dengan berat hati wanita itu hanya mengalihkan pandangannya lalu mulai bertanya kepada tiga pemuda di belakang Xavier.

"Hei nak. Sebaiknya kalian tak membohongiku. Apa kalian ini adalah anak dari pemuda itu? Jangan berbohong padaku!"

Mendengar gertakan dari wanita itu, Yin dan Melissa terkejut dan segera kembali dari lamunannya.

"Bukan." Ucap mereka bertiga secara bersamaan.

Wanita paruh baya itu terdiam sebentar, "Apa?"

Yin menatap punggung Xavier lalu kembali menatap wanita paruh baya itu, "Ummm, sebenarnya kami ingin menyela dari awal. Namun bibi terus berdebat dengannya. Bahkan kami berasal dari daerah yang berbeda-beda."

Pipi Melissa menggembung karena berusaha menahan tawanya.

"Bibi~ kau menuduh dengan cara yang tidak benar sekaligus mengajak debat dengan orang yang salah~"

My Time Flows To You (Fredrinn x Xavier)Where stories live. Discover now