Cara Fredrinn. 1 (🔞)

5K 259 89
                                    

Xavier menaikkan sebelah alisnya, "Apa maksudmu? Ku rasa aku tidak sombong ataupun 'dingin' seperti apa yang kau katakan barusan."

"Kau mungkin tak menyadarinya, tapi orang di sekitarmu merasakannya. Apa kau tidak penasaran bagaimana aku akan membuatmu terdiam dengan menghancurkan tameng mu?"

Xavier mendengus, "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"

Fredrinn tertawa, "Tidak ada. Aku tidak suka banyak bicara atau sekedar omong kosong dan suka langsung ke intinya. Katakan padaku, apa yang sedang kau pikirkan sampai membuatmu tak bisa tidur?"

Xavier terdiam dan bingung bagaimana harus menjawabnya. Setelah menunggu agak lama, barulah Xavier menjawabnya.

"Aku tidak tau harus berkata apa tapi cerita saat kau kehilangan sahabatmu masih terngiang di kepalaku. Kalian sudah bersama sejak lama bukan? Katakan padaku, jika saja sahabatmu itu kembali apakah kau akan melupakanku dan mengakhiri semua ini?"

Kali ini Fredrinn yang terdiam.

"Xavier, apa yang kau katakan? Maksudku, apa maksudmu?"

"Aku mengatakan persis seperti apa yang ku katakan. Artinya tepat seperti apa yang kau pikirkan."

Fredrinn memejamkan matanya sambil menghela napas. Saat ia membuka matanya, tatapan tajam nya langsung menatap mata Xavier dan membuat Xavier sedikit terkejut serta agak merinding di punggungnya.

"Tidak." Fredrinn menjawab sambil meletakkan kedua tangannya ke pipi Xavier. Saat Xavier memejamkan mata kirinya, Fredrinn mengelus bulu mata yang lentik itu.

Kemudian ia melanjutkan, "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan tapi satu yang pasti. Walaupun Fray kembali sekarang ataupun nanti, atau bahkan ketika aku sudah mati, aku tidak akan mengakhiri hubungan ku denganmu."

"Kau tau aku adalah pemburu harta karun dan orang sepertiku tidak akan ceroboh atau salah menilai harta karun yang ia temui. Jadi...,"

Fredrinn memberi jeda lalu ia sedikit membungkuk kearah Xavier. "Jadi aku tidak mau menyia-nyiakan harta karun yang berada tepat di depan mataku." Ucap Fredrinn sambil mencium bibir Xavier.

Xavier hanya diam tapi tidak menolak ciuman yang diberikan padanya, ia bahkan sedikit membuka bibirnya dan membiarkan lidah Fredrinn masuk dan berdansa dengan lidahnya.

Xavier memejamkan matanya dan Fredrinn menarik pinggang Xavier agar mendekat padanya, Fredrinn pun memangku Xavier.

Perlahan tangan Fredrinn yang kekar itu menyelinap masuk ke bawah kaos tipis yang dipakai Xavier dan mulai memainkan dada Xavier, tepatnya pada putingnya.

"Ah—"

Xavier secara reflek mendongak, membiarkan lehernya terekspos. Tentu saja Fredrinn tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia langsung mencium jakun Xavier dan mengisap kulit di sekitar tulang selangka Xavier sampai membekas kemerahan.

Fredrinn tertawa, suaranya serak saat ia menggigit cuping telinga Xavier.

"Aku tidak tau kau sangat sensitif seperti ini? Ku kira kau, seorang Ksatria Cahaya yang hebat dan selalu terlihat sendirian sepertimu tak akan merespon hal seperti ini."

Xavier terengah-engah dan telinganya benar-benar memerah. Seluruh tubuhnya semakin sensitif.

"Nggh, sial—! Justru karena tidak ada seseorang yang melakukan ini padaku lah yang membuat tubuhku terkejut saat kau menyentuhnya sialan."

Fredrinn menyeringai, "Hmm? Jadi aku yang pertama?", ucap Fredrinn. Ia mendengarkan Xavier sambil melepas kaos yang dikenakan Xavier. Setelah itu Fredrinn mencium leher Xavier lagi sambil salah satu tangannya perlahan masuk ke dalam celana Xavier.

"Ahh!" Xavier menggigit bibirnya, menahannya sekuat mungkin agar suara aneh itu tak keluar dari bibirnya. "Si-siapa yang menyangka hal seperti apa yang kau lakukan sekarang akan terjadi pada..., padaku. Mmh—,"

Lagi-lagi Fredrinn tertawa sambil memeluk Xavier.

Ia mengeluarkan penisnya yang sudah ereksi dan menekannya dengan milik Xavier.

"Ah, tetap saja aku tidak menyangka kau tidak akan menyentuh dirimu sendiri atau mencari spot pada tubuhmu yang membuatmu merasa 'enak'."

Ukuran penis mereka saat ereksi tidak begitu jauh, tapi semakin lama mereka melakukan hal itu cara Fredrinn menangani Xavier semakin brutal dan parahnya penis yang seharusnya seukuran 26 senti itu semakin besar.

Fredrinn terus 'menyiksa' Xavier dengan cara mencium bibir sampai ke perutnya. Bahkan menyisakan beberapa bekas gigitan atau isapan di seluruh badan Xavier.

Saat mereka berdua ejakulasi, Xavier terengah-engah dan akhirnya merebahkan dirinya di ranjang Fredrinn.

"Sepertinya ini kesalahanku karena masuk ke kamarmu tanpa izin."

Fredrinn merangkak naik keatas tubuh Xavier sambil tersenyum, "Ya, bisa jadi. Dan..., Oh! Apakah kau masih ingat dengan turnamen memasak dulu? Makanan yang habis adalah milikku dan kau kalah taruhan. Sepertinya aku bisa sekaligus menghukum mu sekarang."

"...apa?" Xavier bergumam dengan suara linglung. Tapi sesaat kemudian matanya terbuka lebar saat jari Fredrinn masuk ke dalam hole nya.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Xavier sambil melotot ke arah Fredrinn.

Fredrinn masih saja menanggapinya dengan tawa.

"Aku tadi bilang kan kalau kau tidak pernah mencari spot mu sendiri? Maka aku akan membantumu mencarinya."

Penjelasan Fredrinn membuat Xavier semakin bingung karena ia juga tak bisa fokus sekarang.

Saat dua jari Fredrinn masuk dan menelusuri bagian hole Xavier, tiba-tiba tubuh Xavier menegang dan sedikit melonjak karena merasakan sensasi aneh saat Fredrinn menekan bagian tertentu.

Fredrinn menyeringai, "ketemu."

Setelah melakukan pemanasan, Fredrinn pun berdiri lalu membuka lacinya, mencari sesuatu.

Xavier yang masih bingung dengan apa yang barusan terjadi pun bertanya, "Apa yang kau cari?"

Dengan santai Fredrinn menjawab, "Kondom dan pelumas."

"Sial." Xavier bergumam sambil memejamkan matanya.

Saat Fredrinn sudah menemukannya, Fredrinn pun segera membuka sebungkus kondom dan mengoleskan pelumas pada kondom dan penisnya dengan jarinya.

"Hei, kau tau? Ukuran mu itu tidak normal dan kau akan memasukkannya? Kau gila." ucap Xavier sambil melihat bagian bawah Fredrinn dengan ekspresi horor.

Fredrinn menahan tawanya sambil memakai kondom nya dengan santai, "Bisa jika aku memaksakannya, haha. Toh aku tadi juga sempat memberikanmu pemanasan dengan tiga jari kan? Pasti tidak apa-apa."

Setelah Fredrinn mengatakan itu, Xavier menahan dirinya agar tidak teriak dan memaki Fredrinn saat Fredrinn memasukkan penisnya yang besar dan keras itu ke dalam hole nya.

"Ah, bangsat, kau gila?! Sial, lepaskan benda itu dari sana!"

Alis Fredrinn hampir menyatu saat ia mencoba memaksakan penisnya yang hampir mencapai tiga puluh delapan senti itu masuk ke dalam hole Xavier. "Haha, sial. Kau menjepit ku."

"Hahh... Ah, sial, sial!" Xavier ingin sekali memukul Fredrinn tetapi tubuhnya menolak pemikirannya. Tubuhnya memang terasa lemas dan kesakitan tapi entah mengapa ia tak menolaknya dan malah menikmatinya. Apakah dirinya adalah masokis? Pikir Xavier.

Saat ini Xavier merasakan penis besar itu berdenyut di dalam hole nya. Xavier ingin sekali mengeluarkannya tetapi pergerakannya benar-benar dibatasi oleh Fredrinn dan memang...,

Memang dari awal Fredrinn lah yang mengambil kendali atas semua yang terjadi saat ini.

My Time Flows To You (Fredrinn x Xavier)Where stories live. Discover now