OLD LIFE'S

41 5 0
                                    

˓  ⊹⠀.  ּ .🌿⠀🗯 ﹆⠀

Flashback On

"Abang, abang! Zhixin dapet ranking satu hari ini! Kalo mama tau, pasti mama seneng, kan?"

Anak lelaki itu menghampiri kakak laki-lakinya yang selisih tiga tahun dengannya. Ia memperlihatkan rapor nya bahkan piala yang ia dapatkan karena berhasil mendapat rank yang istimewa.

"Bagus, dong. Pinter juga adik abang."

Sang abang mengusap surai adiknya dengan sayang. Terlihat wajah senang diwajah si adik.

"Zhixin bakal tunjukin ke mama!"

Bocah manis itu beralih pergi menuju kamar dengan masih mengenakan seragam TK-nya dan tas ransel kecilnya.

"Jangan teriak-teriak! Mama masih sakit."

"Iya."

Ia membuka pintu kamar ibunya secara perlahan, dengan langkah tanpa suara, dirinya mendekat ke ranjang di mana wanita yang ia sayang terbaring.

"Mama ...."

Kedua mata wanita itu terbuka perlahan, pandangannya tertuju pada anak usia lima tahun yang berdiri tepat disebelah ranjangnya.

"Mama, Zhixin dapet ranking satu!" ucapnya dengan senyum lebar.

Sebuah senyum terukir diwajah pucat sang mama, perlahan, jemari tangan itu menghusap lembut pipi mulus si anak.

"Kamu hebat, Zhixin."

"Ini semua berkat mama! Karna mama, Zhixin semangat belajar."

"Kalau bukan karena mama?" tanya wanita itu iseng.

Si anak nampak berpikir keras kemudian menjawab, "Zhixin pasti ga semangat belajar. Mama tau, kan? Kalo Zhixin belajar, abang suka gangguin. Tapi, kalo belajarnya di sini, bareng mama, Zhixin pasti bisa belajar dengan baik."

"Pinter anak mama."

"Mama, Zhixin... boleh minta sesuatu? Mama sama papa pernah bilang, kalo Zhixin dapet ranking satu, Zhixin boleh minta apapun, kan?"

"Kamu mau apa, sayang?"

"Zhixin mau sepeda aja, Ma. Boleh, kan?"

"Boleh, sayang."

"Asiikkk!"

Zhu Zhixin, nama anak manis itu yang kini bersorak riang karena permintaannya diperbolehkan oleh sang mama. Sebuah wajah bahagia terlihat dari wajah Maudy, sang ibu. Ketika putra bungsunya itu bahagia, ia juga ikut turut bahagia.

˓  ⊹⠀.  ּ .🌿⠀🗯 ﹆⠀

Zhixin sedang mengerjakan tugasnya, saat ia sedang fokus, telinganya mendengar suara berisik dari luar kamarnya. Anak seusia Zhixin mempunyai rasa ingin tahu sangat tinggi, tapi, sebenarnya Zhixin kepo.

Ia membuka sedikit pintu kamarnya yang bercat putih dan mendengar suara sang papa yang sedang marah di ruang tamu.

Kedua mata Zhixin melihat Yaowen, kakak laki-lakinya yang sedang dimarahi karena nilai dari tugas sekolahnya yang buruk.

"Kamu ini, Yaowen, ngapain aja di sekolah?! Papa sekolahin kamu biar kamu jadi anak yang pinter, tapi, apa?! Belajar yang bener, Yaowen!"

Zhixin menutup rapat pintu kamarnya, hal itu memang biasa terjadi. Tidak jarang sang papa memarahi Yaowen dengan masalah yang sama. Zhixin menjadi takut, bagaimana jika nilainya tiba-tiba jelek dan dia dimarahi juga seperti itu?

Secepatnya, ia kembali melanjutkan mengerjakan tugasnya. Meskipun masih bersekolah di taman kanak-kanak, yang namanya sekolah ya sekolah, dan belajar ya belajar bagi Zhixin.

WHY FALL IN LOVE? | ZHU ZHIXINOù les histoires vivent. Découvrez maintenant