S2 Bab 4 💐

27.4K 1.6K 252
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Asta baru saja tiba di apartemen mereka, setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan  sebagai montir.

Asta bekerja dari pukul tujuh pagi hingga tujuh malam, sebenarnya Asta sudah melamar pekerjaan sebagai karyawan Alfamart.

Namun belum ada panggilan dari pihak Alfamart, karena mereka akan melaksanakan ujian atau training terlebih dahulu sebelum benar-benar diterima menjadi karyawan.

Asta masuk ke dalam rumah dan disambut oleh Vania dengan wajah datar, karena masih kesal dengan kejadian kemarin dimana Axel terluka akibat kelakuan suaminya itu.

Tanpa rasa bersalah, Asta tersenyum sambil mengecup pipi istrinya itu.

"Axel mana?"

Vania tidak menjawab ia malah melenggang masuk, disusul Asta di belakangnya.

Asta segera membersihkan tubuhnya kemudian keluar dan melihat Vania yang sedang mengganti popok Axel.

Asta yang sudah mengganti pakaian hanya bisa melihat dari jarak satu meter, karena kejadian kemarin Vania melarang Asta untuk dekat-dekat Axel selama tiga hari.

Axel yang sedang diganti popoknya menangis seperti sedang gelisah, padahal biasanya ia tidak akan menangis hanya karena mengganti popok atau pakaian.

"Axel kenapa?"

"Udah dari tadi dia nangis? Laper kali" timpal Asta yang sedikit kesal dan cemas karena melihat Axel terus menangis.

Rasanya Asta ingin membantu menenangkan bayinya, Asta tak tega melihat Axel menangis sampai mengeluarkan air mata.

"Aku gak tau dia dari tadi nangis, gak biasanya kaya gini." jawab Vania yang mulai panik.

Vania mengecek suhu tubuh Axel, hangat.

"As, badannya sedikit hangat."

Asta dengan sigap langsung  mendekat tanpa memperdulikan hukuman yang Vania katakan, untuk menjaga jarak satu meter dari Axel.

Asta segera mengambil alih  Axel ke gendongannya selesai Axel berganti pakaian tidur

Tangisan Axel semakin pecah, suhu tubuh yang tadinya masih hangat sekarang mulai demam.

"Asta, badannya demam!" teriak Vania mulai histeris.

Sejak Axel lahir, baru kali ini anaknya itu demam dan hanya ada Asta dan Vania yang menjaganya.

"Asta!"

Vania mulai khawatir  karena takut terjadi sesuatu pada Axel, apalagi tangisannya semakin kencang.

"Bisa diem gak sih! Harusnya lo nyari cara buat Axel tenang, bukan banyak ngomong kaya gini." ketus Asta yang jengkel dengan Vania yang terlalu takut hingga tidak tau berbuat apa-apa.

Bukannya mengikuti ucapan Asta, Vania malah duduk di ujung kasur sambil menutup wajahnya dan mulai menangis.

Asta diam, tak menghiraukan Vania, ia tahu ini pengalaman pertama Vania.

Jelas wanita itu masih sangat kaku dan takut untuk mengambil keputusan.

Hampir setengah jam Asta menimang-nimang, akhirnya bayi itu mulai terlelap.

Asta dengan perlahan mencari plester kompres demam bayi yang berada di laci nakas, dengan Axel yang masih berada di gendongannya.

Karena Axel akan kembali menangis, jika dipindahkan di atas kasur.

Setelah menempelkan plester itu, Asta dengan perlahan merebahkan tubuh mungil Axel ke dalam boxnya. Berharap demamnya segera turun dan ia tidak rewel lagi.

Asta berjalan mendekati Vania yang masih sesenggukan nya menangis.

Asta menarik Vania ke dalam pelukannya, sambil sesekali mengecup puncak kepala istrinya itu.

"Gakpapa, Axel udah tidur."  ucap Asta menangkan Vania.

Bukannya tenang, Vania malah mengeluarkan Isak tangisannya di dada bidang suaminya.

"G-gue gak becus yah jadi ibu? Tadi perasaan Axel baik-baik aja....... Kenapa tiba-tiba demam."

"Padahal tadi sore dia masih main, kenapa tiba-tiba gini." kata Vania dengan air mata yang terus mengalir.

"Ssttt udah, gak usah terlalu dipikirin sekarang fokus sama kesembuhan Axel aja. Kamu juga masih fase belajar, lain kali jangan terlalu panik tangani aja sebisanya kamu. Maaf tadi aku udah ngebentak," jelas Asta sambil terus mengusap surai Vania dengan sayang.

Vania mengerti, kemudian melepas pelukan mereka dan menghapus jejak air mata yang masih tersisa di wajahnya.

"Lihat Axel tuh, udah tidur. Semoga sampe pagi dia baik-baik aja, nanti besok baru cek ke dokter." lanjut Asta, membantu mengelap sisa air mata sang istri.

Pukul satu malam, Vania terbangun mendengar Axel kembali menangis. Dengan segera ia menggendong dan menyusui bayi itu.

Namun Axel malah menolak dan terus menangis, Vania merasa ada yang tidak beres ia kembali mengecek suhu badan Axel, dan benar saja bayi itu kembali demam.

Vania menatap suaminya yang masih terlelap tidur, Vania tidak tega membangunkan Asta.

Ia tau suaminya itu, pasti sangat lelah seharian bekerja.

Jadilah Vania berusaha mengikuti step by step yang  Asta sampaikan tadi malam jika Axel kembali demam, ia mengganti plester demam Axel terlebih dahulu dengan yang baru dan setelah itu iakembali menimang-nimang anaknya itu.

Hampir dua puluh menit Vania berdiri, namun tangisan Axel tidak kunjung mereda. Alhasil Vania terpaksa membangunkan Asta.

"Asta, bangun As."

"Eungh kenapa? Axel nangis lagi?" Asta berusaha bangun walaupun matanya sangat berat untuk dibuka.

"Udah setengah jam ini demamnya gak turun, plester nya  udah aku ganti, tapi tetap aja gak mempan. Kita bawa Axel ke rumah sakit aja As!"

***

Martha bersama sang suami berlarian di koridor rumah sakit. Mendengar Axel masuk rumah sakit, mereka bergegas ke rumah sakit padahal jam masih menunjukkan pukul empat pagi / subuh.

Martha sangat khawatir dengan keadaan cucu satu-satunya itu.

"Axel mana? Ko bisa sampe sakit kaya gini, kamu mandiin Axel pake air dingin?? Udah tau bayi itu gak bisa mandi, dilap aja badannya pake kain hangat atau tisu basa. Atau Axel gak mau minum asi kamu lagi?? Kalian berdua ini gimana sih jadi orang tua, mama sudah ajarin dari kemarin-kemarin masih saja tidak paham."

Baru saja sampai di kamar tempat Axel dirawat, Martha langsung mengomeli kedua orang tua itu dengan banyaknya tuduhan.

"Aku gak mandiin Axel pake air dingin ya!!" bantah Vania kesal.

"Sudah-sudah tidak ada gunanya bertengkar saat ini, semuanya sudah terjadi, doakan saja semua Axel segera sembuh" lerai ayah Asta.

"Tidak, memang Vania terlalu ceroboh untuk jadi orang tua. Mama memang ragu dari awal, bagaimana jadinya Axel kalau cuman dijaga kalian berdua"

"Ma!" tegur Asta.

Ucapan Martha kali ini benar-benar menusuk hati Vania, ia sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tetap saja Martha akan berucap seperti itu.

"Sialan lo, kalo gitu lo aja yang jagain Axel!" maki Vania pada Marta sebelum berlari keluar dari ruangan itu.

"Van, Vania!" teriak Asta    mengejar istrinya itu.

***


ASTA & Bad Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang