08. Go to Boyolali

333 9 2
                                    

"Lo pada udah prepare barang belum?" tanya Ivanni. Gadis itu menyeruput es teh manis miliknya dengan hikmat.

Naura mengangguk. "Gue udah. Tinggal berangkat aja," ujar Naura, setelah berhasil menelan siomaynya.

"Gue juga udah, tapi belum siapin pakaian buat berangkat, sih," timpal Aliqa.

Zielda mengangguk paham. "Kalau gue, sih, udah semua, ya. Gak sabar banget, deh, liburan bareng ayang," Gadis itu memasang raut wajah berseri-seri, seolah tengah membayangkan kegiatan apa saja yang akan ia dan Bintang lakukan di Boyolali.

Ivanni memandang Zielda jijik. "Idih! Terus, lo gak anggep kita bertiga gitu?!"

Zielda menatap wajah ketiga sahabatnya satu-persatu. "Lo semua, 'kan, udah punya ayang. Bareng ayang masing-masing, lah!"

Kerutan pada kedua alis milik Aliqa terlihat. "Ayang? Sorry! Jomblo, nih! Senggol, dong!" Aliqa mengibaskan rambutnya bangga.

"Jomblo kok bangga," Ivanni bergumam pelan.

Aliqa melirik Ivanni sinis. "Lo kira gue conge?! Gue denger tau!"

"Siapa yang denger?" tanya Ivanni.

"Gue, lah!"

"Yang nanya!" sahut Ivanni cepat. Gadis itu bangkit kemudian menjulurkan lidahnya, meledek Aliqa. Setelahnya, melenggang pergi meninggalkan Aliqa yang menyumpah serapahi dirinya.

"Anak asu!"

•••

"Gue duluan, ya! Nanti sharelock aja markas kalian dimana," ujar Aliqa sembari melambaikan tangannya. Gadis itu buru-buru memasuki mobil, setelah tahu dirinya sudah dijemput oleh supir pribadi keluarganya.

Anggota Scuttivo yang masih berada di depan gerbang bersama Naura, Ivanni, dan Zielda, pun mengacungkan jempolnya dengan kompak.

Bintang menarik pelan pergelangan tangan kekasihnya. "Naik, sayang. Kita ambil mobil dirumah dulu, ya? Nanti ke markas bareng-bareng. Sekalian, aku mau minta izin sama Mama kamu," ujarnya pelan.

Zielda mengangguk, gadis itu menaiki motor dibantu oleh kekasihnya. "Nau, Van, sama yang lain. Gue sama Bintang duluan, ya! Nanti ketemu lagi!" ujar Zielda.

Naura dan Ivanni mengangguk. "Hati-hati, Zie," balas Naura diangguki oleh Zielda.

Saat motor Bintang melaju, "JANGAN NGEBUT, TANG! AWAS KALAU SAHABAT GUE LECET!" Ivanni berteriak kencang.

Bumi menutup telinganya sembari berdecak. "Suara lo udah kayak petasan lima ribuan, anjir!"

Ivanni melotot tajam. "Anjing, lo, mi!"

"Ma, mi, ma, mi! Nama gue Bumi! Bukan mi!" sahut Bumi tak terima. Enak saja! Nama bagus-bagus, dipanggil mi. Pikirnya.

Ivanni memutar bola matanya malas. "Lebay! Sama aja! Bumi, Bu, Mi! Mi! Ada mi nya!"

"Gak mau! Enak aja, bagus-bagus nama gue Bumi," bantah Bumi masih tidak terima.

"Gue maunya panggil lo mi! Kenapa? Gak suka! Bewan dek!" ujar Ivanni menantang.

Bumi mendelik tajam. "Nama-nama gue! Napa lo ngatur-ngatur?!"

"Bodoamat! Dasar baperan!" ujar Ivanni.

"Lo, ya! Bener-ben—setan!" Bumi mengumpat, ketika wajahnya diraup kasar oleh Annas.

"Mau sampai kapan lo berdua debat?! Kayak anak kecil rebutan permen. Udah jam berapa, nih!" ujar Annas. Laki-laki itu menggeleng tak habis pikir, hanya perihal nama, kedua temannya itu berdebat tak jelas.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jul 04, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

RANGGA [SCUTTIVO]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora