32. t e r b a k a r c e m b u r u

343 16 0
                                    

Haiiii
Janlup vote+komennya yaww~~

Di saat teman-teman yang lain masih berjibaku dengan tugas Bahasa Inggris mereka pagi ini, Elina yang sudah lebih dulu menyelesaikannya tepekur memahami materi Fisika yang akan diulangankan nanti

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Di saat teman-teman yang lain masih berjibaku dengan tugas Bahasa Inggris mereka pagi ini, Elina yang sudah lebih dulu menyelesaikannya tepekur memahami materi Fisika yang akan diulangankan nanti.

Tidak. Tidak ada belajar bersama lewat video call kemarin malam. Elina kepalang kesal menunggu balasan Arka yang baru datang tiga jam kemudian. Dengan penuh rasa bersalah Arka mengaku jika dia ketiduran sedangkan ponselnya dalam mode hening. Sangat bukan Arka.

Tak berapa lama, bel pergantian pelajaran berdengung nyaring melalui speaker kelas. Diikuti instruksi guru Bahasa Inggris mereka yang memerintahkan agar seluruhnya mengumpulkan tugas saat itu juga. Siap tidak siap.

Elina tidak terusik pada kasak-kusuk di sekitar. Dia tenggelam sepenuhnya dalam rumus-rumus Fisika. Meski begitu, indra pendengarnya masih cukup peka pada beberapa obrolan yang seolah paling menonjol dan menggema di gendang telinganya.

"Dhira, kebetulan kamu yang ngumpulin paling akhir, Ma'am minta tolong bawakan buku-buku ini ke kantor, oke? Ma'am mau ke toilet dulu."

"Oke, Ma'am."

Sepersekian detik kemudian, dua suara yang saling berbarengan membuat kelas yang semula dipenuhi riuh rendah percakapan, hening seketika. Tak pelak Elina. Konsetrasinya pecah. Fokusnya buyar. Dengan gerakan ala slow motion, gadis dengan rambut lurus melewati bahu yang ujungnya menyekung ke dalam itu menoleh ke balik bahunya.

"Gue aja, Dhir."

"Gue aja, Ra."

Sementara di sisi lain, ada Dhira yang mengangkat sebelah alis. Menatap bergantian Kavi dan Arka yang sama-sama berdiri dari kursi masing-masing.

"Widih, cowok-cowok kelas kita gentle-gentle banget yak, bangga nih gue."

"Asik dong lo, Dhir, berasa direbutin dua cowok. Tambah gue satu lagi sabilah. Gue mau juga nih bantuin."

"Gue liat-liat mupeng amat tu muka, bro hahaha ... ada yang ikutan lagi nggak sih? Biar Dhira bisa langsung menentukan pilihannya."

"Take me out kali woi hahaha!"

Tawa-tawa berderai memuakkan di telinganya. Dhira mengepal erat genggaman. Pengin sekali menonjok mulut comel cowok-cowok yang sedang mengolok-oloknya.

Derit ngilu dari pertemuan kaki kursi denga ubin mendengung nyaring. Kavi meninggakan kursinya dengan wajah tengil dan dua telapak tangan menyembunyikan kepalan di dalam saku celana.

"Widih, cowok-cowok kelas kita--kecuali gue, mulutnya pada bau sampah yak, jijik nih gue." Kavi meniru dan memodifikasi perkataan teman sekelasnya tadi. Tak lupa ia menambahkan kekehan super garing di akhir kalimatnya.

"Gue nggak ya, sat!" Alan memprotes, tentu saja. Enak saja dia disama-samakan dengan anak cowok di sudut kelas yang memang hobi julid.

"Sttt ... lo nggak diajak." Kavi beralih pada gadis yang masih setia berdiri di depan meja guru. "Lo balik aja ke kursi. Ini biar gue yang nganterin," katanya meraup seluruh buku ke dekapan.

I'm (not) FineNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ