8. r e n c a n a - r e n c a n a

425 23 1
                                    

Haiiii
Yuk vote dulu dan janlup komennya, nggak sesusah nulis kok:)
Btw janlup juga bawa kado ygy, ada yang nikahan

HaiiiiYuk vote dulu dan janlup komennya, nggak sesusah nulis kok:)Btw janlup juga bawa kado ygy, ada yang nikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari tujuh hari dalam satu pekan, Rhea paling suka hari Sabtu dan Minggu. Alasannya? Tentu saja karena libur sekolah. Sebenarnya, mau hari apa pun itu kalau di kalender ditandai dengan warna merah, Rhea pasti suka. Karena itu berarti kebabasan yang hakiki. Hari malas-malasannya Rhea.

Tapi hari Minggu kali ini pengecualian.

Rhea benci sekali hari ini. Malah tanggal hari ini akan Rhea tandai sebagai hari terburuk sepanjang sejarah.

Alih-alih duduk menonton drama Korea, Rhea justru disuguhi secara live drama pernikahan paksa di mana abangnya sendiri lah berperan sebagai tokoh utama yang terdzolimi. Sementara si tokoh antagonisnya, berada persis di sebelah abangnya. Sedang menundukkan kepala menatap meja.

Cih! Rhea menatap bengis sosok jelmaan iblis itu. Tak terhitung sudah berapa kali Rhea mengumpati si-calon-kakak-ipar-paling-tidak-diharapkan-sejagat-raya.

Berkat omong kosong perempuan ular tersebut--Rhea seyakin itu jika Arka tidak bersalah, abangnya harus menderita dengan menikah di usia muda. Dan lihat lah, gara-gara kelakuan perempuan tidak tahu malu itu pula wajah ganteng abangnya dinodai lebam kebiruan. Bonyok sana-sini.

Rhea tidak akan bisa lupa dengan kejadian kemarin. Dia sedang membantu bunda menyiapkan makan malam saat abangnya pulang dengan keadaan mengenaskan. Wajahnya babak belur, langkahnya goyah, dan sebuah keajaiban sang abang bisa sampai rumah dengan selamat.

Dia tidak cerita apa-apa, tapi Rhea tahu jika semua luka yang Arka peroleh disebabkan keluarga perempuan itu. Yang membuat Rhea tidak habis pikir adalah, bagaimana bunda dan ayah terlihat tetap tenang mengobati luka-luka Arka. Ayah malah bilang, Arka memang pantas mendapatkan itu. Rasanya Rhea ingin berteriak di depan orang tuanya dan bilang kalau abangnya sama sekali tidak pantas diperlakukan seperti itu. Abangnya yang baik dan penyayang tidak bersalah!

Rhea menatap nanar punggung kaku Arka. Abangnya kelihatan sangat tertekan. Wajah bonyoknya pucat. Tidak ada binar-binar positif yang selama ini ia miliki. Kalau ada kata lebih dari kata sedih, maka begitulah perasaan Rhea untuk abangnya.

Mereka hidup bersama dan berbagi banyak hal seja kecil. Tak jarang abangnya mengalah demi Rhea. Selalu pasang badan menjaga Rhea dari anak-anak nakal yang suka mengganggunya. Namun, Rhea merasa sangat terpukul dan tidak berguna dalam satu waktu lantaran tak bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan abangnya dari situasi memuakkan ini.

Hingga ahirnya gumaman SAH yang panjang disambung kalimat hamdalah, menyadarkan Rhea. Jika dia memang tidak bisa berbuat apa-apa. Genangan di pelupuk mata Rhea pun perlahan merembeskan titik-titik bening yang hangat.

Rhea yang tidak terjebak dalam pernikahan konyol ini saja merasa sangat sakit. Apalagi abangnya yang harus melalui ini sendirian.

Ya Tuhan ....

I'm (not) FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang