07. 🌷 Ada Masa Indah Dari Kenangan Buruk 🌷

1 0 0
                                    

07. Ada Masa Indah Dari Kenangan Buruk

Di Kota Bandung daerah Lembang kini tak sedikit gedung-gedung dibangun. Masih dengan hawa sejuknya, Lembang sudah menjadi saksi bisu perjuangan anggota G.A.B terdahulu untuk menggapai impiannya.

Takana Andromeda, seorang Adipati G.A.B generasi sembilan. Pemuda hiperaktif ini menjadi Adipati atas tunjukan Alex saat Takana masih berumur sepuluh tahun, bocah kecil pasien Ibunya. Kini Taka sudah menduduki kursi yang dahulu Reza duduki.

"Bang Taka," panggil Galuh.

"Kenapa?" Jawab Taka.

Galuh memberikan dua foto kepada Taka, "Gue lihat Bang Reza, ketua G.A.B generasi satu. Dia udah balik," ucapnya.

Kening Taka mengkerut, "Bukannya dari masalah itu, hukuman dia masih tersisa empat tahun?" Tanyanya.

"Gue gak tau kalau masalah itu. Tapi kalau gue lihat-lihat seluruh anggota generasi satu ada di Lembang, dibawah langit yang sama." Ucap Galuh, seorang Roboto Brain.

Taka mengangguk-anggukan kepalanya, "Gue ketemu Bang Alex nanti, lu ikut bro!"

Galuh menghela nafas, baru juga terhitung menit Takana bebas dari hiperaktif-nya. Sekarang Adipati G.A.B itu sudah menepuk keras lengan Galuh sebelum dirinya oergi keliar markas.

"JAM BERAPA BANG?!" Galuh berteriak.

"DUA BELAS!" Taka membalas teriak, anggota lain yang ada di markas sudah bersiap sejak tadi, mereka menutup telinganya. Sudah ada sirine peringatan saat Taka merasakan hiperaktif-nya.

>>>🌷<<<

Rengga duduk di kursi kebesarannya, ia melihat beberapa desain terbaru dan mendatangani kontrak yang juga akan ditandatangani seorang model saat makan malam nanti.

"Pak ada tamu atas nama Rodra Payonda, beliau bilang pemilik dari Museum Ludira."

Suara seorang resepsionis terdengar di telepon ruangan Rengga, "Saya turun sekarang, tolong siapkan ruang teh untuk kami," ucapnya.

Rengga keluar dari ruangannya, berjalan seraya merapikan pakaiannya. Wajah dingin senantiasa ia terapkan saat diluar rumah, mata tajamnya setia menatap tegas kedepan mengindahkan orang-orang yang menunduk menyapanya.

"Selamat pagi Tuan Rodra," Rengga langsung duduk di hadapan Rodra, pria tua yang kemarin menemui Lograr. "Ada perlu apa sampai anda menemui saya?" Tanyanya.

"Begini," Rodra membenahkan duduknya, ia memberikan satu map kepada Rengga. "Ada lukisan lama di museum, saya ingin menawarkannya padamu, sebelum lukisan indah itu menjadi milik orang lain," ucap pria tua bernama Rodra itu.

"Boleh saya lihat dulu?" Tanya Rengga setelah berpikir sebentar.

Rodra mengangguk, "Tentu, saya akan menyuruh staff membawanya kemari."

Mendengar itu, Rengga menggeleng keras, ia menolaknya, "Saya akan mengunjungi museum mu, pajang saja di galeri seperti biasa. Saya akan datang bersama teman saya, besok di pukul sembilan siang," ucap Rengga membuat Rodra berpikir apa yang dimaksud dengan tatapan mata Webtonist itu.

"Baik, saya tunggu kehadiranmu, anak muda."

Setelah berkata, Rodra pergi tanpa permisi. Ia menurunkan topi gaya fedora dari merek perusahan yang ia injak sekarang. Di Lembang yang dingin ini ia memakai mantel, masih menerapkan pakaian khas keluarga Tionghoa.

Cklek

"Gila lutut gue hampir gak bisa lurus lagi," Lograr tanpa permisi masuk ke ruangan Rengga dan duduk di tempat Rodra tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dibawah Jumantara Kota LembangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang