5. Perpecahan

2.2K 217 35
                                    

"Woi Taehyun! Berhenti dulu ngapa? Gue capek nih." Ujar Yeonjun dengan napasnya yang terengah-engah, ia berhenti dan membungkuk, menumpu tubuhnya pada lutut miliknya.

Mendengar itu Taehyun menoleh menatap Yeonjun yang kelelahan, dihatinya ia sedikit tak tega. Lagi pula, mereka sudah berusaha sekuat tenaga untuk lari dari tempat itu.

"Kita kayaknya udah jauh deh, yaudah mending istirahat dulu." Ujar Taehyun, pemuda itu mendudukkan dirinya dibawah pohon besar dan teduh untuk Taehyun dan Yeonjun istirahat.

Yeonjun menyeka keringatnya dan mengibas-ngibaskan bajunya, "Duh, pengen air." Keluh Yeonjun.

"Ntar aja, kalo nemu genangan lo sedot aja airnya." Celetuk Taehyun asal.

"Enak aja! Lo pikir gue apaan?" Kesal Yeonjun.

Taehyun nyengir tak berdosa, "canda. Lagian ini kenapa rumahnya si bambang itu mesti ada dihutan dah? Kayak gak ada tanah lain aja. Merusak habitat ini namanya!" Cerocos Taehyun.

"Namanya juga sultan Hyun, bebas mah. Mau rumahnya di Pluto atau mars aja bisa." Ujar Yeonjun melirik Taehyun malas.

"Oh ya? Kalo gitu kenapa gak dimars aja? Dari pada ditengah hutan gini, ngabisin pohon aja. Bisa nipis ntar oksigennya."

"Bacot Hyun! Tanya aja sendiri sama si Bambang itu!" Greget Yeonjun.

"Dih, baperan." Sungut Taehyun seraya menatap Yeonjun sinis.

Yeonjun pun tak menanggapi, ia menyandarkan punggungnya dipohon besar itu seraya memejamkan matanya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah serta tubuhnya. Begitu juga dengan Taehyun, pemuda itu menikmati pemandangan hutan, lagipula hutan ini tidak begitu buruk.

Cukup lama mereka beristirahat, akhirnya Taehyun berdiri, ia menepuk-nepuk bagian belakang tubuhnya guna membersihkan tanah yang menempel. Ia menatap Yeonjun yang masih diam tak bergeming.

"Udah istirahatnya, lanjut jalan yok! Ntar kalo lama-lama bisa ketangkep kita." Ujar Taehyun, namun tidak ada tanda-tanda balasan dari Yeonjun.

Hal itu membuat Taehyun kesal, bagaimana jika pria itu tertidur? Jika iya, Taehyun akan meninggalkannya disini, masa bodoh jika dimakan singa.

"Woi cok! Jangan molor anj, molor gue tinggal lu!" Ancam Taehyun.

Yeonjun berdecak dan membuka matanya dengan berat hati, ia mendongak menatap Taehyun,

"ck! Iya bawel." Decak Yeonjun lantas berdiri dari duduknya.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka, terik matahari begitu menyengat, namun tak menjadi penghalang bagi Taehyun untuk berjalan. Berbeda dengan Yeonjun, yang bersungut-sungut kesal dibelakangnya.

"Anjirlah, sinar mataharinya nyengat banget coi! Kusam sudah wajah cakep gue, haduuhhh!" Keluhnya.

"Hihhh! Panas banget sih. Padahal dihutan malah panas, huh!"

"Ck, mana aus lagi. Tau gini mending gue bawa air segalon dulu sebelum kabur."

"Ya ampunnn! Rasanya pengen–"

"BACOT LAGI GUE TIMPUK LU PAKE NIH RANTING!" Teriak Taehyun kesal sambil menunjuk Yeonjun dengan ranting yang berukuran cukup besar. Kupingnya lelah mendengar segala keluhnya Yeonjun yang alay baginya, ingin sekali Taehyun lempar Yeonjun ke bini Rehan, supaya tidak gamon terus mikirin Rehan.

Yeonjun tersentak kecil, "Lo mau ngajakin gue main Aiya Susanti apa gimana? Yok lah, gue jabahin!" Yeonjun memegang sisi ranting itu.

"Yok! Yoklah! Aiya Susanti perempuan banyak muda–"

SAVE ME! -Beomtae ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang