10. Pernikahan

239 53 42
                                    

Eron dan Aron mengosongkan jadwal hanya untuk menemani Aizha yang berkeras ingin datang ke acara pernikahan yang diselenggarakan oleh pihak keluarga Azhar serta Arumi. Aron berkali-kali memberi nasihat pada sang kakak agar tidak perlu repot-repot menghadiri pernikahan mantan kekasihnya. Tapi Aizha juga berkali-kali bilang ia akan hadir di hari penting milik Azhar.

"Ibu nangis-nangis minta dijemput dari Thailand lho," celetuk Aron membuat Eron yang duduk di samping kursi kemudi menatapnya dengan tajam.

"Ar, udahlah," pinta Eron melirik keadaan Aizha melalui spion tengah.

Aron mencengkram lembut kemudinya. "Ibu mau ikut menemani, Ibu ingin ada di sini sama kamu, Kak," lanjut Aron mengabaikan Eron.

Eron masih melirik Aizha. "Jangan didengarkan, kamu boleh melakukan apapun, ada kami berdua di sini. Bang Pito juga mau ikut sih, tapi dia ada pertemuan di Bali, jadinya nggak bisa."

"Hari ini aku sendirian pun juga nggak masalah, kalian berdua yang maksa ikut, kan? Tapi...terima kasih untuk itu adik upin-ipinku yang baik hati! Sukses terus ya adik-adiknya Kakak biar bisa membahagiakan Ibu!" ucapnya berlagak ceria.

Eron menghembuskan nafas, sementara Aron mendengus samar. Mereka tidak mengobrol sampai tiba di gedung tempat yang dijadikan lokasi pernikahan, dari luar sudah sangat ramai orang-orang berdatangan. Penerima tamu yang berjaga di pintu masuk pun sudah tampak menyambut setiap tamu yang datang.

Eron dan Aron menjadikan diri mereka bak penjaga di kanan dan kiri sang kakak. Dengan kemeja batik lengan panjang berbeda warna dan motif, celana kain berbahan satin dan sepatu pantofel yang mengkilap, Eron dan Aron sempat menjadi pusat perhatian. Dan yang membuat semua mata menuju mereka adalah kehadiran seorang wanita berbalut gaun berwarna biru laut yang berdiri di tengah-tengah kedua penjaganya.

Eron dan Aron semakin merapatkan diri saat sudah tiba di dalam gedung. Rupanya acara sudah akan dimulai, akad akan dilaksanakan dan disaksikan oleh semua tamu undangan yang hadir. Termasuk oleh Aizha tentunya.

Menyadari kalau Ringgo melambaikan tangan meminta mereka untuk mendekat, Aron langsung menuntun kakak dan kembarannya. Bagi Eron dan Aron, Ringgo tentu saja akrab dengan mereka karena hubungan para ibu.

"Apa kabar Bang Go, udah lama juga kita nggak meet ya," sapa Aron bersahabat. "Halo, Kak," sapa Aron kepada seorang wanita yang ia yakini adalah istri dari Ringgo.

"Adik kembar kamu ya, Ai?" Hikam yang memang berada di satu meja bulat yang sama langsung ikut bersuara, di sebelahnya juga ada sang istri.

Aizha mengangguk dengan senyuman. "Iya, adikku, Kak."

Hikam menjulurkan tangan untuk si kembar, kemudian istrinya menyuruh Aizha untuk duduk tepat di sebelahnya. Karena saat ini mereka mengisi meja bulat berisi delapan kursi, maka dengan kehadiran Aizha bersama Eron dan Aron, meja tersebut akhirnya tidak memiliki kursi kosong lagi. Ringgo membawa istrinya, Hikam pun sama, lalu ada Telaga, dan juga tiga batu sebagai anggota terakhir. Lengkap sudah delapan kursi terisi.

"Aizha, kamu apa kabar?" tanya istri Hikam berbisik.

Aizha tersenyum kecil. "Baik kok, Kak Mala."

Nirmala, istri Hikam, bersyukur mendengarnya. Sebab ia tahu cerita yang terjadi antara Azhar-Arumi-Aizha. Datangnya Aizha ke pernikahan Azhar benar-benar membuktikan kalau hati Aizha memang seteguh itu dalam menghadapi hal apapun.

Duduk di sebelah Nirmala membuat Aizha tanpa sengaja ikut bersebelahan dengan Telaga yang lebih dulu mengisi kursi di sebelah Ringgo. Jadi susunan kursinya dimulai dari Aizha-Telaga-Ringgo-Nema-Eron-Aron-Hikam-Nimala. Dari posisi duduk Aizha, ia bisa menatap langsung ke tempat di mana Azhar sedang berhadapan dengan wali Arumi dan juga penghulu.

Not Endless Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang