38. Today

233 52 22
                                    

Sejak pagi-pagi sekali, Eron sudah tampak diburu-burui agendanya. Terhitung seminggu ini Eron sering absen ketika makan malam di rumah. Saat ibu menanyai alasan, Eron bilang ada banyak hal yang harus diurus agar Eron tidak melewatkan apapun. Kartika berkali-kali berkata kalau Eron tidak perlu sampai menekan diri sendiri dengan memastikan semua berjalan lancar untuk pernikahan Aizha.

"Kamu sudah melakukannya dengan sangat baik, sayang." Kartika mengelus lembut rambut sang buah hati. Tirusnya wajah Eron membuat benak Kartika merasa khawatir. "Kakakmu sudah cukup senang karena kamu bersungguh-sungguh untuk pernikahan yang bahkan bukan milikmu," lanjut Kartika mengusap lembut pundak kokoh Eron.

Kembaran Aron tersebut menghela nafas panjang. Tangannya melepas kacamata yang sejak tadi bertengger indah di hidung bangirnya. Ia menatap sang ibu, meminta dipeluk seolah dirinya adalah seorang balita yang perlu dimanja.

"Semua udah clear," kata Eron lega.

Kartika mengangguk. "Terima kasih, ya, Eron." Dikecupnya rambut lebat Eron beberapa saat, lalu Kartika menyalakan televisi di ruang keluarga.

Usai makan malam tadi, satu persatu anak Kartika berpamitan hendak bergelung dengan tugas masing-masing. Pito ada di balkon lantai dua, sedang membaca ulang dokumen rapat untuk esok hari. Sementara Aron tengah berada di luar karena katanya ia ada janji dengan seseorang.

Kalau Aizha...nanti akan diceritakan di mana keberadaan wanita yang akan menikah dalam seminggu kedepan itu.

Biarlah Kartika menikmati waktu sejenak bersama anak nomor tiga yang hatinya begitu luas, dengan tanggung jawab luar biasa untuk seluruh anggota keluarganya. Kartika mengulas sebuah senyuman, lagi-lagi ia merasa berhasil mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan mencintai keluarga dengan tulus.

Ketidakhadiran Sandi dalam kehidupan Kartika tidak serta merta membuatnya menjadi seorang ibu yang gagal.

Suara televisi membuat perhatian keduanya teralihkan. Dalam siaran berita di sana, Kartika dan Eron melihat sebuah gambar seorang pria yang sangat mereka kenal tengah disandingkan dengan seorang wanita yang bahkan lebih mereka kenali.

Itu adalah gambar Sandi, si pengusaha sukses, dan Aizha, yang Sandi umumkan adalah anak perempuan satu-satunya hasil pernikahannya dengan istri pertama yang kini telah menjadi mantan. Selama ini, yang publik ketahui, pengusaha kaya raya tersebut hanya memiliki tiga orang anak laki-laki yang sekarang juga sudah berkecimpung dalam perusahaan yang Sandi dirikan. Siapa yang menyangka kalau ada satu anak lagi yang entah apa alasannya, baru diumumkan ketika anak tersebut sudah benar-benar dewasa.

Kartika membeku di tempat duduknya. Eron mengepalkan tangan kuat, akhirnya yang selama ini menjadi kekhawatiran Eron terungkap jua.

"Ternyata Ayah mengumumkannya di waktu-waktu seperti ini, ya..," gumam Eron tidak menyangka. Dari banyaknya waktu yang bisa Sandi pilih, mengapa harus di detik-detik menuju pernikahan sang kakak.

Kartika menelan ludah, minggu lalu Sandi mengajaknya bertemu untuk membahas perihal ini. Kartika sudah bilang untuk tidak mengacaukan hari baik Aizha, tetapi tampaknya Sandi sama sekali tidak menghiraukan peringatan yang Kartika beri.

"Padahal sedikit lagi Aizha dijemput hari bahagianya," ucap Eron pelan. "Tapi Ayah—"

"Kenapa, Eron? Ayah kenapa?"

Mendengar suara tenang sang kakak, kepala Eron menoleh ke belakang. Di sana ada Aizha berdiri dengan tangannya digenggam oleh Telaga. Spontan Eron juga berdiri dan berjalan mendekati Aizha, dimintanya kedua tangan sang kakak untuk ia genggam gantian. Telaga membiarkan Eron. Pria itu memilih undur dari sana dan mendekati Kartika yang duduk di sofa tanpa berniat untuk bergabung dengan dua anaknya.

Not Endless Love Where stories live. Discover now