17. Rumah untuk Bertahan

32K 4.3K 2.2K
                                    

Kalian apa kabar? Maaf yaa aku lama upnya, tapiii ini part greget, selanjutnya bakal seru^^

Aku up lagi kalo vote dan komennya udah 2k yaawww💗💗

Aku up lagi kalo vote dan komennya udah 2k yaawww💗💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. Rumah untuk Bertahan

"Gue sibuk ngasih tau dunia kalau lo segalanya. Sementara lo sibuk ngasih tau dunia kalau dunia lo nggak cuma tentang gue."

***

Bang Danis : Ri? Udah di kafe? Papa sakit, nyariin lo.

Riri meremas kedua tangannya sambil mengatur napasnya yang tiba-tiba sesak. Ia terkejut membaca pesan singkat yang Abangnya kirim. Kini perasaannya mulai campur aduk.

Bagaimana tidak? Tadi, pagi-pagi sekali ketika ia izin pergi ke kafe untuk urusan pekerjaan, Papanya masih terlihat sehat. Bahkan tengah bersiap-siap pergi ke kantor. Namun, sekarang Danis justru memberi kabar yang sebaliknya.

"Kenapa, Ri?"

Riri menggeleng cepat. Ia merasa tak enak untuk jujur pada Shanka, tetapi di sisi lain sebenarnya Riri sangat ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk menemui Papanya.

Riri menatap Shanka yang duduk di hadapannya dengan tatapan meyakinkan. "Nggak papa, Kak."

Shanka menghela napas. Ia menyadari sesuatu yang berusaha Riri sembunyikan darinya. "Kalau ada apa-apa bilang aja. Jangan disembunyiin. Gue tau lo lagi kepikiran sesuatu, kan?"

Rasanya Shanka sudah hafal dengan kebiasaan Riri yang satu ini. Riri memang suka sekali menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dengan alasan tak enak atau tak mau merepotkan orang lain. Padahal apapun itu Shanka lebih menyukai kejujuran.

"Ri?"

Riri menundukkan kepalanya sebentar, lalu mengangkatnya lagi. Sebelum menatap Shanka, Riri menatap keadaan sekitar yang bertambah semakin ramai. Kafe yang mereka tempati ini memang buka dari pukul 7 pagi. Tak heran jika pukul 8 seperti sekarang, kafe sudah sangat ramai oleh pengunjung yang kebanyakan dari kalangan mahasiswa. Karena letaknya memang berdekatan dengan kampus.

"Kak," panggil Riri pelan setelah terdiam beberapa saat. Panggilannya itu dengan cepat membuat Shanka yang sejak tadi memerhatikan gerak-geriknya, semakin fokus menatap ke arahnya.

"Tadi Bang Danis ngabarin. Katanya Papa tiba-tiba sakit dan nyariin Riri. Riri boleh izin balik duluan, nggak?"

Melihat keterdiaman Shanka, Riri buru-buru menambahkan. "Tapi kalau nggak boleh, nggak papa--"

"Lo boleh pulang sekarang kalau emang bokap lo sakit, Ri," potong Shanka dengan senyum hangatnya. Merasa sedikit lucu melihat ketakutan Riri ketika meminta izin pulang padanya. Padahal Shanka tidak akan setega itu untuk melarang Riri pulang ketika mendapat kabar buruk dari keluarganya.

BUCINABLE 2 ; More Than Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang