73*

677 111 29
                                    

Di tempat lain.

Di sebuah ruangan bernuansa putih, terlihat seorang laki-laki yang sedang terbaring lemah dengan banyak alat yg menempel di tubuh nya. Suara mesin EKG berbunyi nyaring memenuhi seisi ruangan. Dari luar kamar pun terlihat seorang laki-laki yg masih setia menatap laki-laki itu dari setengah jam yg lalu. Tak lama kemudian datanglah seorang dokter dengan amplop berwarna coklat di tanganya.

"Bagaimana hasilnya?"tanya laki-laki itu pada dokter

"Huft kangker yg ada di dalam tubuhnya semakin menyebar luas dan menggerogoti separuh memorinya. Mungkin jika dia sadar sepatu ingatannya akan terhapus"jelas dokter

"Lalu tentang kemungkinannya sembuh?"tanya laki-laki itu

"Huft kemungkinan ia sembuh sudah tidak ada, mungkin kita hanya bisa melihat sampai kapan Aran akan bertahan"ucap dokter itu yg tak lain adalah Mirza.

"Baiklah terimakasih"ucap Florenzo yg di balas anggukan oleh Mirza. Setelah itu Mirza pun pergi meninggalkan Florenzo seorang diri di depan lorong yg sepi.

Florenzo menatap ke arah Aran yg masih setia memejamkan matanya. Ia pun berjalan mendekati dinding kaca besar yg membatasi mereka. Satu tetes air matanya jatuh namun dengan cepat ia menghapusnya.

"Tolong bertahan ya ran. gw tau ini sakit, tapi semuanya harus baik-baik aja sebelum Lo pergi"batin Florenzo.

"Florenzo"panggil Zee yg datang dengan Christy dan juga Ira.

"Gimana keadaan Aran?"tanya Zee

"Tidak baik"jawab Florenzo

"Kakak, kenapa sama kak Aran?"tanya Christy

Florenzo yg tidak sanggup untuk menjelaskan nya pun memberikan amplop tersebut pada Christy. Christy yg masih bingung pun menerima aplop tersebut kemudian membaca isi surat itu dengan seksama. Tanganya seketika gemetar dan wajahnya berubah pucat. Sejujurnya ia tak begitu mengerti dengan yg lainya, namun satu kalimat yg dapat di tangkap jelas oleh otak nya yaitu 'kanker otak stadium akhir'. Tubuh Christy kemudian lemas dan terjatuh ke bawah. Matanya yg semula cerah kini berubah merah menahan tangis.

Ia meremas surat itu kuat-kuat kemudian mencoba untuk berdiri. Ia menatap ke arah samping yg terlihat sang kakak yg terbaring pucat di atas tempat tidur. Air mata yg sejak tadi ia coba bendung kini mengalir deras membasahi wajah manisnya.

"Kakak hiks, kakak janji mau terus sama-sama sama aku hiks. Terus kenapa kakak malah sakit hiks"ucap Christy.

"Apa tidak ada cara lagi untuk Aran sembuh?"tanya Ira

"Tidak ada, yg bisa kita lakukan hanya terus menunggu sampai kapan Aran akan bertahan"ucap Florenzo. Ira menundukan kepalanya kala mendengar penjelasan Florenzo.

"Sebentar lagi Aran akan di pindahkan ke ruang VVIP, lebih baik kita kesana sekarang"ucap Florenzo yg di balas anggukan oleh mereka semua.

Skip.

Keesokan harinya, Christy berangkat ke sekolah bersama dengan Zee. Sebenarnya Christy sedang tidak ingin ke sekolah. Namun dengan seribu satu bujukan dari Ira, akhirnya ia mau untuk sekolah. Di sepanjang jalan Christy hanya diam melamun sambil melihat jalanan dari kaca mobil. Bayang-bayang sang kakak terus saja berputar di fikiranya. Zee yg melihat tingkah Christy yg berubah pun merasa iba dengan adik sahabatnya itu.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di sekolah. Chiko dkk menyambut kedatangan Christy dengan gembira seperti biasanya.

"Selamat pagi dedek aku"sapa Chiko

"Aku duluan"ucap Christy yg membuat yg lainya diam keheranan.

"Christy knp Kok hari ini aneh bgt?"tanya Aldo pada Zee

kutub Utara di hati ku [End] [Revisi]Where stories live. Discover now