𖧷 0.0 𖧷

55.2K 2.5K 63
                                    

Ini hanyalah Prolog, pakai Author-POV dulu. Setelahnya kita pakai Uke-POV. Mau dipaksain kek apa, emang aku bisanya ngedumel ala uke...

Vote, boleh?

♥︎♡

Jendra melambatkan langkahnya menuruni anak tangga, dia cekikikan melihat mamak, sang ART, yang joget-joget sendiri sambil menyiapkan sarapan di meja makan. Entah lagu apa yang sedang didengarkan mamaknya, karena beliau memakai headphone nirkabel.

Setelah menunggu lebih dari semenit, Jendra pun mulai mendekati mamaknya dan berniat mengagetkannya.

"Dor!" getak Jendra. Diluar ekspektasi, si mamak tak terlihat kaget. Sepertinya beliau sudah kadung terbiasa dengan hal seperti ini.

"Pagi, anak ganteng!" sambut mamak setelah mencopot headphone-nya.

Jendra mencebik, "Cieh! Yang lagi ultah, sumringah amat Mak?" Dengan manja Jendra langsung memeluk mamaknya dari belakang. Hubungan mereka memang sedekat itu, si mamak sudah seperti ibunya sendiri. Maklum, Jendra sudah ditinggal sang ibu sejak di bangku SD, dan mamaklah yang merawatnya sejak saat itu.

"Mamak lagi bahagia dong, Mas." Mamak menunjukkan wajah sumringahnya.

"Udah tua, ultah doang ngapain bahagia segala sih?" cibir Jendra asal-asalan yang membuat dia mendapat cubitan di tangannya, dia pun berpindah ke kursi, siap untuk sarapan.

"Mamak habis video call sama ponakan kesayangan mamak." Si mamak pamer.

"Ponakan yang mana lagi Mak?" Jendra kelihatan tertarik. Pasalnya, dia hampir lupa si mamak punya saudara, saking seringnya semua diaku saudara sama mamak.

"Dih, ponakan mamak cuma satu. Si ganteng, manis lucu, kiyowo! Masa lupa?"

Jendra mengernyit. "Lha, yang mana lho? Ini ponakan beneran?"

"Dih, ya kali ponakan KW! Yang kecil putih itu lho Mas, dulu pernah main kesini, nginep tiga hari sebelum pindah asrama. Jaman lulus SD kali ya?" jelas mamak.

"Aku ketemu gak waktu itu?" Jendra berusaha mengingat.

"Ya ketemu dong! Makan semeja begini tiap hari, baju-bajunya mas Jendra yang udah kekecilan aja mamak kasih ke dia. Inget gak?"

"Oooh dia," Jendra antusias. "Si Upil kan?" Jendra akhirnya mengingat kejadian enam tahun lalu itu.

"Gumil Mas, bukan Upil! Nanti dia marah lho." Si mamak mengerucut, mewakili keponakan yang dikata Upil.

"Nah, itu! Apa kabar dia di asrama Mak?" Agaknya ingatan Jendra memang sudah pulih, bahkan dia mengingat keberadaan keponakan sang mamak.

"Sudah lulus lah Mas, sekarang ikut ibunya di China. Kan mamak dulu pernah cerita."

"Oh iya?"

"Bentar, Mamak liatin fotonya. Dia ada kirim foto tadi malem." Si Mamak lari kedapur untuk mengambil HP-nya, kemudian menyodorkan ke Jendra, beliau begitu membanggakan keponakan satu-satunya itu.

"Ganteng kan, Mas?"

"Hooh, manis." Jendra senyum memuji. "Dia pindah ke Singapore?" tanyanya.

"Masih di China kok Mas," sanggah si mamak.

"Oh, ini lagi liburan aja ya?" tebak Jendra, dianya sudah sambil ngunyah.

"Liburan gimana? Barusan aja dia VC di depan sekolahnya. Ya disini tadi. China." Mamak mulai ngotot.

"Mana? Liat lagi fotonya." Jendra meminta HP Mamak. "Tuh kan bener, ini Singapore. Liat aja jelas banget 'NETJAMES Culinary School Singapore', dia belajar disini ni Mak, dia aja pakai bajunya. Tuh keliatan."

"Yang bener Mas?" Si Mamak mulai gamang, dari wajahnya terlihat beliau mulai menerka-nerka kemungkinan yang belum dipahaminya.

"Kalau tadi pas VC si upil disitu, berarti sekarang posisinya di Singapore," pungkas Jendra.

Gak disangka, Mamak makin gusar, bahkan tangannya mulai gemetar. Dia terus saja menerka-nerka dan mengkhawatir keponakannya.

Jendra yang menyadari perubahan pada wajah mamaknya pun berusaha menenangkannya. "Kenapa Mak? Kok gitu?"

"Duh, perasaan mamak kok jadi gak enak ya Mas,"

"Dia kan udah gede Mak, Bisa aja kan dia memang lagi di Singapore buat kelas masak. Itu kan lembaga informal, mungkin aja dia ikut selama liburan sekolahnya."

"Gitu ya? Tapi dia tadi bilangnya─"

"Mamak call deh," potong Jendra.

Tanpa menunggu lama, mamak pun menuruti arahan Jendra. Sayangnya, panggilan tak kunjung diterima.

"Enggak diangkat, Mas." Mamak makin gusar. "Ibunya juga bilang si Gumil baik-baik saja lho."

"Mak, dia udah gede." Jendra gak paham kenapa mamak segitu khawatirnya.

"Mas Jendra jadi ke Singapore?" mendadak mamak ingat rencana Jendra.

"Nanti sore. Mau ikut?"

.
.
.

♥︎♡

24 September 2023

RAKSA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang