𖧷 19. Tamu 𖧷

8.9K 1K 86
                                    

Vote, kumohon dengan tulus.

Ada yg lucu. Saking pada penasarannya sama siapa si cewek yang dibawa Jendra, bisa-bisanya pada lupa ngucapin selamat sama Aksa. Bagus lho dia dapet perunggu. 😅😅😅

♡♥︎

"Adik?" Kakak yang diperkenalkan bernama Indira itu terlihat heran. "Adik, gimana?" tanyanya sekali lagi, seperti menuntut penjelasan dari bang Jendra.

Dari sini gue sedikit menarik kesimpulan, bang Jendra dan kakak itu sudah mengenal cukup lama. Buktinya, dia mempertanyakan label gue sebagai adiknya abang, berarti dia paham kalau bang Jendra gak punya adik kandung atau saudara terdekat.

"Ya adik gue aja. Gak yang gimana-gimana." jawab bang Jendra, dianya sibuk ngecek suhu kulit gue pakai punggung tangannya. Di pelipis dan di leher beberapa kali. "Masih demam?" pertanyaan itu buat gue.

"Dikit doang." rajuk gue, padahal badan udah berasa letoy kalau berdiri lama. Takut tiba-tiba gelundung aja ni ah.

"Duduk dulu, yuk." ajak bang Jendra. Ke kak Indira juga.

Dari dapur mamak bawa jus jeruk, dan camilan. "Mbak Dira apa kabar? Kapan pulang?" sapa mamak ke kakak cantik itu.

"Baik, Mak. Pulang bareng Jendra," jawabnya. "Mamak apa kabar? Sehat selalu kan?" dia bertanya balik.

Mamak duduk dengan nampan di pangkuannya. "Mamak sih ya begini saja, wong sudah tua."

Lah, gue kaget. Berarti mamak pun sudah tau siapa kakak cantik yang di bawa pulang bang Jendra ini. Sebenernya gue sepenasaran itu, tapi gak sopan gak sih kalau gue tanya on momen di depan orangnya? Kayak tadi si kakak itu nanyain gue, bang Jendra jawab sekenanya.

Nanti aja lah...

Ada tiga gelas jus jeruk di meja, seperti biasa bang Jendra selalu si paling jago melegakan hati mamak. Sama dia gelas jusnya diambil, diteguk beberapa kali terus sisanya dikasihin gue. Maksudnya, suruh gue habisin. Minum segelas berdua gitu. Gue turutin. Nah, segelas yang harusnya jatah gue, dia minta mamak yang minum. Mamak turutin juga, walaupun sambil terpaksa. Lagian, si mamak. Bikin minum kok dirinya sendiri gak disertakan.

Sebenernya sharing kayak gini tuh udah biasa banget antara gue sama bang Jendra. Tiap saat, tiap waktu, seringnya di mobil kalau ngabisin sarapan sama jalan ke sekolah. Gue bagian nyuapin bang Jendra karena dia kan pegang stir. Tentu saja satu sendok berdua. Tapi buat tamu cantik kita, pantas kalau sedikit bertanya-tanya.

Mungkin itu juga yang bikin mamak bereaksi dan menjelaskan ke kak Indira. "Aksa ini ponakan mamak mbak. Dia sementara ikut tinggal disini karena sekolah. Udah kelas 3 SMA dia."

Mendengar penjelasan mamak, kak Indira Mengangguk. "Oh, ponakan mamak toh? Jendra gak cerita kalau ada orang lain di rumah ini. Aku pikir cuma kalian berdua." Kak Indira sedikit kikuk. Entah kenapa.

Gue sebenarnya mau nyambung, tapi keburu bang Jendra nimpalin.

"Mak, untuk sementara Dira tinggal disini ya? Rumahnya mau direnov dulu. Gak lama, mungkin semingguan doang," gitu si abang ngomong, sama lihat ke gue juga.

Gue sebagai pihak numpang mah oke-oke aja, biarpun gue belum tau sepenuhnya tentang siapa kak Indira ini.

"Oh gitu. Kalau begitu mamak siapin kamarnya dulu ya." mamak berdiri dan buru-buru ke belakang.

Rumahnya bang Jendra gak terlalu besar, cuma ada empat kamar. Itu artinya si kakak cantik tidurnya di lantai satu. Masih memungkinkan buat gue bebas wara-wiri dengan baju alakadarnya di lantai dua.

RAKSA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang