𖧷 4. Ceroboh 𖧷

15.2K 1.3K 39
                                    

Seperti biasa, vote dulu ⭐

♡♥︎

"Jendra noh yang larang kita bahas!" celetuk kakak sebelah sambil nuding Jendra.

"Tuh kan Jen, lu mah! Si Adek jadi bingung noh," timpal kakak di depan gue.

Gue langsung noleh ke Jendra dong, tapinya reaksi dia kalem. "Yang penting kan lu udah keluar. Gak perlu dibahas lagi. Oke?" gitu doang katanya.

"Tapi, aku harus berterima kasih dengan benar kan?" gue merasa harus menjelaskan sesuatu.

Habis itu hening beberapa detik sampai Jendra bicara lagi. "Kenalin dulu, ini Bima." Jendra nunjuk ke temen di depannya. "Dan ini Tara," tunjuk lagi sama kakak di depan gue.

Terlambat kalau maksa salaman, lagian mereka udah pada megang sendok. Yaudah gue senyum doang, "Aku Aksa, Kak ... " dan mereka bales senyum. Kenalan beres.

"Kita temen satu tim, orang Indo juga." lanjut Jendra lagi.

Udah dikenalin, biarpun mereka terkesan menolak membahas masalah gue, agaknya gue tetep kudu bilang makasih.

Gue berdiri, terus membungkuk, "Makasih ya Bang Jendra, Kak Bima, Kak Tara." Resmi gue berterimakasih.

"Santai aja Sa, berkat lu gue bisa ngeluarin bakat gue kek Detective Conan. Seru tauk!" Kalimat dari Kak Bima. Jawaban dari kak Tara dan Jendra, sama, nyuruh gue duduk lagi.

"Kalian kok bisa nolongin aku?" ini pertanyaan wajar. Sebenernya gue pengen denger langsung dari Jendra, tapi yang jelasin justru kak Tara.

"Jendra bilang harusnya kalian ketemu, tapi last minutes kamu batalin. Habis itu kamu gak bisa dihubungin. Kita nih nenteng koper ngikutin Jendra ke sekolah kamu, tapi kamunya gak masuk. Akhirnya ke tempat kerja, dan dapet berita itu." terang kak Tara panjang. Kak Tara nih tipe yang adem gitu lho kesannya.

"Dan kalian percaya kalau a─?"

"Jendra yang percaya sama lu. Gue sama Tara cuma percaya sama Jendra," kak Bima yang motong.

Gue yang seketika itu langsung noleh ke Jendra. "Thank you ya, Bang." gue haturkan senyum ter-best.

"Rencana mau berapa hari di penjara?" malah sengak. Lirikan matanya itu lho. Me-ma-ti-kan.

"Hah?" gue kaget karena reaksi Jendra tenyata agak sarkas. Ini yang dibilang percaya sama gue?

"Kenapa gak hubungin gue? Sok kuat?" sarkas lagi dianya. Auranya kagak ada ramah-ramahnya.

"Ya, kaaan ..." gue mau nyusun kalimat pembelaan, tapi kaki gue keburu ditendang sama kak Tara, dia kasih kode biar gue diem tanpa bantahan.

Abis itu kak Bima nyaut, "Lu harus tau apa yang di─" eh, gak dilanjutin. Gue yakin kak Bima kena tendang kak Tara juga.

"Jangan dibahas lagi." final dari Jendra. Dan seketika hening. Anehnya kak Bima dan kak Tara nurut. Padahal gue tuh belum tau, gimana caranya mereka ngelepasin gue. Pakai jaminan kah? Nyogok kah? Atau gimana? Yakali gak ada yang mau ngejelasin.

"Pelaku sebenernya udah ketemu. Kamu aman." tambah Jendra, itupun gue gak berani bereaksi apapun karena gue dalam pantauan kak Tara.

Oke, terserah! Yang penting gue bebas.

Setelahnya, obrolan mereka seputar kerjaan, dan gue hanya menyimak kek orang gak guna. Seenggaknya gue tau, mereka ini tim photoshoot gitu.

Rampung makan malem, gak ada agenda lain kecuali merem. Kak Bima dan kak Tara udah masuk ke kamar duluan, tinggal gue yang inisiatif beresin meja. Jendra sempet masuk kamar tapi keluar lagi.

RAKSA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang