The Last Luna

441 46 7
                                    

Awas ada typo.







































"Sangwon pulang"

Baru saja Sangwon tiba di rumah, nenek tiba-tiba datang dan mengatakan bahwa Niki mulai berhalusinasi lagi. Buru-buru Sangwon berlari ke arah kamar Niki, selalu saja, sudah ke 22 kali dalam sebulan ini Niki selalu berhalusinasi.

"Niki! Hentikan! Letakkan pisau itu!" Seru Sangwon begitu melihat Niki yang berusaha untuk melukai dirinya sendiri.

"Kakak! Semuanya, bayangan itu, papa dan mama, darah itu. Apa yang sebenarnya terjadi kak?!" Tanya Niki.

Sangwon bukannya menjawab ia malah menarik Niki ke dalam pelukannya, membiarkan adik kecilnya menangis dalam pelukannya.

"Sudah? Atau belum?" Tanya Sangwon pelan.

Niki mengangguk, melepaskan pelukannya kemudian mengusap sisa air matanya.

"Kakak keluar saja, aku ingin tidur" ucap Niki.

Sangwon ingin menemani Niki, namun ia tetap keluar demi privasi Niki. Pergi ke kamarnya sendiri kemudian menghempaskan tubuhnya ke kasur.

"Papa, mama"

Sangwon teringat akan kedua orang tuanya, kejadian itu sudah terjadi belasan tahun lalu. Namun, tiap kejadian yang terjadi terekam jelas di memori Sangwon.

"Aish! Sudahlah, lebih baik aku tidur saja"

Sangwon melempar tasnya ke kursi belajarnya, memposisikan dirinya dengan nyenyak kemudian pergi mengarungi alam mimpi. Masa bodo dengan tugas-tugas yang harus ia kerjakan, Sangwon ingin tidur sebentar saja, hanya sebentar.

–––

"Sangwon ..."

"Lee Sangwon ..."

"Ayo bermain denganku"

Sangwon membuka kedua matanya, suara asing itu terus-menerus bergema, entah siapa yang tengah berbicara padanya itu.

"Siapa kau?" Tanya Sangwon.

"Sangwon, ayo bermain bersama, seperti dulu" ucap suara misterius itu.

Sangwon mengerutkan keningnya, ia tidak paham, apakah semua ini hanya mimpi atau kejadian nyata? Sangwon tidak bisa membedakan antara alam mimpi atau alam nyata sekarang.

"Siapa kau? Kenapa aku ada disini?" Tanya Sangwon lagi.

"Sangwon, kita dulu pernah membuat boneka salju bersama" ucap suara itu lagi.

"Hentikan, hentikan!" Bentak Sangwon.

"Kita juga selalu bermain hujan bersama"

"Cukup! Hentikan!" Pinta Sangwon lagi.

"Kenapa? Kenapa kau tak mengingatku?" Tanah suara itu dengan nada yang parau.

"Aku tak mengenalmu!!" Ucap Sangwon.

"Bukankah kau bilang kalau kita adalah teman? Kenapa Sangwon?"

"Hentikan! Kumohon hentikan!!" Teriak Sangwon.

"Apakah kau lupa? Kau sudah membunuh mamaku" tukas suara misterius dengan tiba-tiba.

The Last LunaWhere stories live. Discover now