04

54.6K 5.8K 96
                                    

Ke esokan harinya Arkana sudah siap dan sedang membuat sarapan, ia juga tadi sudah membangun kan Nia dan niel. Arkana menggelengkan kepalanya ketika mengingat cerita dari Nia, ia tidak habis pikir anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar bisa berbicara seperti itu.

Saat sedang asiknya melamun dirinya tersentak karena ada yang memeluk kakinya.

"Mommy.." Arkana menunduk guna untuk melihat Niel yang memeluk kaki jenjangnya.

"Eh anak ganteng udah siap, adeknya mana?" Tanya Arkana berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Niel. Sebelumnya ia mematikan kompor terlebih dulu, takutnya gosong kan.

"Masih nyisir rambut mom, di kamar." Arkana hanya mengangguk dan membenarkan baju Niel agar terlihat lebih rapih.

"Mommy! Abang!" Dua orang berbeda usia itu menengok ke sumber suara betapa terkejutnya arkana melihat rambut Nia yang sedikit berantakan, bukankah tadi Niel bilang kalau Nia sedang menyisir rambut? tapi mengapa masih terlihat acak-acakan.

Arkana terkekeh geli. "Nia itu kok rambutnya masih acak-acakan sih?"

"Kalian duduk dulu gih, mommy mau ambilin sarapan kalian dulu." Kakak beradik itu mengangguk.

Arkana mengambil nasi goreng udang meletakkan nya di piring lalu memberikan nya kepada Niel dan nia.

"Mommy mau ke atas dulu sebentar, kalian makan duluan aja." Lagi-lagi keduanya mengangguk.

Dengan cepat arkana ke atas untuk mengambil kuncir rambut dan sisir.
Ia akan mencoba untuk mengepang rambut Nia, untung saja dulu kegabutan nya yang pernah nonton berbagai tutorial. Salah satunya tutorial mengepang rambut, menguncir rambut dll.

Arkana keluar dari kamar nia niel dan bergegas menuju kebawah. Di pertengahan tangga dirinya berpas-pasan dengan Marvin yang sedang mabuk sepertinya, bau alkohol sangat jelas menusuk Indra penciuman Arkana dan siapa perempuan yang membantu nya itu?

Ah Arkana tidak perduli sebenarnya mau perempuan itu siapa tapi yang membuat arkana menanyakan seperti itu karena perempuan tadi melihat nya dengan tatapan remeh?

"Ih pengen banget gue tonjok mukanya kalo bukan cewe." Gumam Arkana kesal setelah Marvin dan cewe tadi sudah hilang dari pandangan nya.

Ia kesal tapi setelah melihat kedua anak itu makan dengan lahap rasa kesalnya hilang.

Arkana mendekati Nia. "Nia mau di kepang atau kuncir kuda aja sayang?" Sungguh sebenarnya Arkana geli, ia berperan layaknya seorang ibu sungguhan padahal dirinya kan laki-laki.

Nia tersenyum senang, baru pertama kali ini ia mendapatkan perhatian lebih dari mommy sambung nya sebelum-sebelumnya tidak pernah. Hanya ada bentakan dan tolakan tapi sekarang berbeda, mommy nya itu bahkan menawarkan sendiri.

"Terserah mommy aja!" Jawab Nia membuat arkana mengangguk.

Karena Arkana tidak mau ribet jadi ia memilih untuk kuncir kuda saja hari ini. Dengan telaten Arkana menguncir rambut Nia tanpa disadari Niel menatapnya cemburu.

"Mommy Niel juga ingin.." lirihnya, Arkana terkejut ingin tertawa tapi kasian juga pasti Niel iri.

"Sayang.. rambut niel kan pendek jadi tidak bisa." Niel semakin cemberut mendengar ucapan sang mommy.

"Yaudah mommy kuncir apel aja ya?" Arkana mendekat ke Niel dan menguncir apel rambut anak itu.

Menggemaskan, uuhhh.

"Nah sudah deh! uhh anak-anak mommy tampan dan cantik." Ketiganya tertawa.

Setelah selesai sarapan, Arkana ikut untuk mengantar kedua sampai gerbang sekolah.

"Jangan nakal-nakal ya, jadi anak yang baik harus dengerin apa kata ibu dan pa guru nya ok?"

"Ok mom!"

Ketiganya bertos, arkana mencium kening Niel dan nia.

Kedua anak itu masuk kedalam sembari melambaikan tangannya ke arah sang mommy.

Arkana tersenyum, membalas lambaian kedua anaknya.

•••

Melangkah kan kakinya masuk ke dalam mansion dan tanpa sengaja dirinya melihat pemandangan yang membuat nya ingin muntah.

Bagaimana tidak ingin muntah kalau pemandangan saja Marvin yang sedang duduk di sofa dan perempuan tadi duduk di atas pangkuan nya.

Dengan baju yang terbuka dan sedang memaju mundurkan pinggulnya, sedangkan marvin hanya diam saja. Mereka berdua memang tidak saling hadap tapi tetap saja hal tidak senonoh seperti itu tidak seharusnya di lakukan di ruangan ini.

Bisakan keduanya melakukan hal tersebut di kamar? sungguh menjijikan. Dengan langkah cepat arkana berjalan menuju kamar nya, ia tidak mau berlama-lama melihat adegan yang tidak senonoh seperti itu.

Ia ingin menegur pun sudah sangat malas. "Apa keduanya tidak memiliki otak dan rasa malu, melakukan nya di ruangan terbuka." Batin arkana kesal.

Marvin yang awalnya diam saja melihat Arkana melewati nya begitu saja dirinya reflek bangun, membuat perempuan itu jatuh karena tidak ada aba-aba.

"Aduh ssshh sakit." Ringisnya namun Marvin tidak perduli.

"Marvin kamu mau kemana?!" Teriaknya, Marvin benar-benar tidak peduli pada perempuan itu ia terus melangkah kan kakinya menyusul Arkana.

Sesampainya di depan kamar Arkana Marvin mengetuk nya, terdengar suara Arkana yang menyuruhnya untuk menunggu.

Arkana yang melihat itu adalah Marvin ia berniat ingin menutup kembali pintu kamarnya namun di tahan oleh Marvin.

"Apa-apaan sih lo, awas gak!"

"Saya ingin berbicara dengan kamu." Ucap Marvin yang membuat arkana merolingkan kedua matanya malas.

"Ck! apaan?"

"Kenapa anak saya berantem?" Ingin rasanya Arkana menenggelamkan orang yang di hadapan nya ini.

"Tanyain sendiri lah ke anaknya." Jawab arkana malas.

"Saya serius!" Tekan Marvin dan menatap nya tajam, Arkana tidak takut ia balik menantang dan menatap tajam Marvin.

"Mangkanya jangan kerja mulu jadi orang! Anak sendiri di bully lo gatau, udahlah lo mending sana urusin pacar lo itu, ngapain juga nanya-nanya anak kalo lo aja semaleman ngga pulang! ngga ada niatan buat nenangin anak lo! gue tau lo butuh nenangin diri tapi anak lo juga butuh lo Marvin! Ga ada niatan buat nanya apa sumbernya yang buat anak lo itu berantem, apa peduli lo Marvin?!" Tuh kan arkana jadi kepancing emosi, Marvin juga seperti nya ikut terpancing melihat rahang nya mengeras.

"Kamu tahu apa soal anak saya?! kamu dulu bahkan lebih tidak perduli pada mereka dan sekarang kamu sudah paling sok benar? sudah paling tahu anak saya?!"

"Iya dulu gue emang ngga perduli sama anak-anak tapi sekarang beda!" Tatapan sengit antara keduanya berselang beberapa menit lalu arkana memutuskan tatapan itu terlebih dulu, ia masuk kamar dan menutup pintu dengan keras membuat marvin sedikit terkejut.

Tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang melihat puas pertengkaran mereka.
















Haiiii aku up nihh
Vote tembus 50 aku lanjut

Transmigrasi Arkana Where stories live. Discover now