33

25.2K 3.2K 182
                                    

Arkana terbangun dari tidurnya, melirik Marvin yang tidur di sofa. Semalam Arkana tidak membolehkan Marvin tidur bersamanya di kasur.

Arkana bangun dari kasur menuju pintu, mencoba membuka pintu tersebut namun sepertinya masih di kunci.

Merogoh kantung celananya dan mengambil handphone untuk melihat sudah jam berapa.

"Udah siang tapi ko belum di buka pintunya? tuh orang inget ngga sih lagi ngunciin gue sama Marvin?" Dumel Arkana kesal.

Baru saja Arkana akan balik badan pintu terbuka. Arkana menatap Sera datar. Tanpa sepatah katapun ia keluar dari kamar, melewati Sera.

Di bawah tepatnya di ruang tamu Arkana melihat ada ketiga teman Alkana. Mata Arkana memincing ketika melihat Gio yang seperti ketakutan?

Gio duduk di tengah di sebelah kanan kirinya ada Rey dan Adi yang sedang menepuk-nepuk pundak Gio. Sedangkan Gio sendiri menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Arkana tidak peduli ia ingin langsung pergi dari mansion Marvin. Tapi Rey melihat nya dan memanggil namanya.

Arkana berhenti dan menoleh. Arkana kaget tiba-tiba saja Gio memeluknya sembari menangis dengan badan yang gemetar.

"Arkana maafin gue, maafin omongan gue yang udah bikin lo sakit hati na maaf.." Gio sesenggukan di pelukan Arkana, sang empu yang tidak mengerti hanya diam tidak merespon.

Merasakan kalau Arkana tidak meresponnya, Gio terduduk dan bersimpuh di kaki Arkana.

"Maaf... Gue tau gue udah keterlaluan sama lo dulu tapi gue mohon maafin gue.. lo.. boleh bales gue tapi mohon maafin gue na.. gue sadar gue salah.." Arkana kaget dan mencoba mengangkat tubuh Gio.

"Lo kenapa sih? Bangun." Gio menggelengkan kepalanya.

"Gue ngga mau bangun.. kalau lo belum maafin gue.." Ucapnya masih sesenggukan.

Arkana melirik Rey dan Adi meminta penjelasan. Kedua orang itu melirik Gio. Arkana merolingkan matanya malas.

Dengan paksa Arkana mengangkat Gio membawanya ke sofa dan mendudukkan Gio.

"Stop nangis, jelasin maksudnya apa dan kenapa?" Tanya Arkana malas. Gio yang semula menunduk menatap Arkana.

Nyalinya ciut sekarang melihat wajah tanpa ekspresi Arkana. Buru-buru Gio menghapus air matanya, menarik nafasnya dan menghembuskan nya.

Gio menatap Arkana. "Dulu, setelah lo udah ngga ada kabar gue di teror. Di teror mulai dari genderuwo, kuntilanak, poci dan banyak lagi. Setiap hari gue di teror mereka buat minta maaf sama lo, 5 bulan gue di teror terus menerus bahkan tadi malem pun gue masih di teror. Mereka bakalan berhenti kalo gue udah minta maaf ke lo. Mangkanya tadi gue langsung lari minta maaf ke lo, gue udah ngga sanggup Ar terus-terusan di gangguin mereka.."

Arkana syok mendengar penjelasan singkat Gio. Arkana bisa bayangkan betapa tersiksanya Gio selama 5 bulan tapi Arkana juga ingin memberikan Gio apresiasi karena tidak sampai sakit jiwa karena setres menghadapi itu.

"Terus? lo minta maaf ke gue cuma karena biar ngga di gangguin lagi?" Gio menggelengkan kepalanya.

"Gue sadar gue salah, omongan gue udah buat lo sakit hati. Gue juga tulus minta maaf ke lo, di teror mereka juga buat gue bisa sadar dimana kesalahan gue. Gak seharusnya gue nyalahin lo." Arkana mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lo.. eum.. udah maafin gue?"

"Iya." Gio yang mendengar itu langsung memeluk Arkana dan berkali-kali mengucapkan kata terimakasih, Gio pun sampe meneteskan air matanya lagi.

Transmigrasi Arkana Where stories live. Discover now