7

211 32 3
                                    

Jangan pakai gula! Aku kurang suka gula."

Zara berdehem keras. Malam-malam ia menerima tamu yang menyusahkan.

"Ngomong-ngomong, apartemenmu sepi sekali."

"Karena aku sendiri."

"Bagaimana jika aku temani?"

"Aku tak mau ditemani hantu.." Zara meletakan kopi itu di depan pria itu.

"Terimakasih.." pria itu langsung menyuruput kopi itu dengan penuh nikmat.

"Nikmat sekali.. cocok kuminum setiap hari."

"Hmm.. aku tak mau membuatkannya lagi untukmu. Cukup sekali."

Pria itu tersenyum kecil, "Oh ya? Bagaimana jika seumur hidup kau yang membuatkan aku kopi?"

"Maka akan kubuatkan kopi racun untukmu."

Pria itu tertawa kecil, "Astaga.. kejam sekali. Tapi, tak apa racun pun akan tetap kuminum."

"Terserahmu saja." Zara mulai mencomot sepotong pizza yang daritadi menggugah selera.

"Enak. Kau beli dimana?"

"Di Pizza XX. Kau suka?"

"Lumayan.. ini enak."

"Tapi lebih enak kau." Pria itu memandangnya dengan tatapan tak biasa.

"Hm?"

"Lebih enak kau, sayang."

Zara seketika tersedak mendengarnya, "Apa maksudmu?"

"Kau lebih enak kupandang daripada sekotak pizza ini."

Zara menggeleng jengah, "Kau selalu menggunakan kosakata yang membuat orang salah mengartikan."

"Oh ya?? Kau mengartikan apa?"

Zara tak menghiraukannya. Jelas sekali pria itu tengah bermain-main dengannya.

"Kau tak makan?"

"Melihat kau lahap seperti ini. Aku menjadi kenyang."

"Alasan.. kau pasti sudah makan kan?"

"Belum."

"Bohong."

"Sungguh!"

Zara menyipitkan matanya, "Belum dua kali maksudmu?"

"Belum tiga kali," pria itu tertawa renyah.

"Tak lucu. Kau membohongiku. Sekarang pergilah!"

"Eiits.. sungguh aku belum makan."

"Kau bilang tadi.."

"Aku hanya bercanda. Aku belum makan sayang. Aku akan memakan pizza bersamamu jika kau tak percaya."

"You played me."

"No!"

"Aku tak berselera sekarang."

Pria itu menjadi panik, "Okay.. okay.. aku minta maaf. Tapi aku memang belum makan. Ini lihatlah!"

French mengambil sepotong pizza lalu memakannya utuh langsung ke mulut.

"Huh.. lihhattt.. akuhh.. mahkan..." ujarnya dengan mulut penuh.

Zara memutar bola matanya jengah, "Kau akan tersedak nanti."

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

"Sudah kubilang. Dasar menyusahkan!"

***

Zara melipat kedua tangannya di depan dada melihat pria itu memohon ingin menginap disini semalam karena sudah larut malam.

"Kau sudah terbiasa pulang larut malam, kan? Jadi, pulanglah sekarang! Aku tak menerimamu dari awal."

"Astaga.. jahat sekali. Aku takut pulang malam, sayang."

"Oh ya?"

"Iyaa... Karena sekarang malam Jumat. Kau tahu kan malam Jumat itu malam yang menakutkan."

"Tidak. Nyatanya aku berani."

"Itu kau, sayang. Tapi, aku takut. Please ijinkan aku menginap sehari saja, ya?"

"No! Sekarang kau pergi. Atau kuseret paksa keluar?"

"Sayang.. tega kau denganku?"

Zara menghirup nafasnya menahan kesabaran yang sudah diambang batas.

"Apa aku terlalu baik padamu, hmm?"

Pria itu cemberut, "Okay.. aku akan pulang. Tapi, cium dulu disini!" French menunjuk pipi kirinya.

"Pakai tangan kanan atau kiri?"

"Pakai bibir laah.."

"Bibir lebah?"

French menahan senyumnya melihat wajah merah padam gadis itu. Sangat menggemaskan.

"Bibirmu.." pria itu menggigit bibirnya sendiri.

Plak!

"Pergi dari sini!"

"Awh! Sakit!"

"Pergi atau kugeret telingamu sampai ke bawah."

"Oke fine! Aku akan pulang.. tapi.."

Muachh!

Pria itu mencuri satu kecupan di pipi kiri gadis itu.

"Bye!"

"FRENCH!!!!"

Sedangkan pria itu cekikikan sampai mobil. Ia tersenyum sendiri karena berhasil mencuri kecupan pipi gemas itu.

PLEASE LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang