bab 3

1.6K 75 2
                                    

"jangan heran, aku udah tau tempat ini dari lama" tentu saja hal itu membuat junghwan kaget

"Udah lama?" Junghwan sepertinya masih tidak menyangkah

"Iya, dulu aku juga senasib kayak kamu, dan ini tempat yang selalu aku kunjungi di saat sedih maupun senang, selama bertahun-tahun akhirnya aku bisa berkunjung lagi di tempat ini" pria itu memberi tau junghwan dengan teliti agar tidak tertinggal kata sedikit pun

"Jadi bukan gw yang pertama?" Agak sedih tapi juga agak senang karena bisa di pertemukan oleh pria itu

Ia hanya tertawa pelan mendengar junghwan berbicara seperti itu

"Ouh iya nama mu siapa?" Tanya junghwan karena dari tadi kedua pria itu hanya menceritakan masalahnya tidak menanyakan nama sekali pun

Siapa hayo??

"Mashiho, kalau kamu?" Mashiho mengambil sebuah batu untuk ia lemparkan ke danau itu dan menjawab pertanyaan junghwan

"Junghwan" melihat mashiho heran tapi ia juga mengikutinya sedang melempar batu

Sebuah handphone berbunyi tidak tau handphone siapa tapi yang pasti salah satunya di antara pria itu, junghwan mengecek handphone ternyata yang menelponnya adalah bunda junghwan

"Bentar ya" junghwan mulai bangkit dan mencari tempat yang sepi untuk mengangkat telpon dari sang bunda

Panggilan terjawab 'bunda'

"Halo"

"....."

"Restoran"

"....."

"Iyaa bun"

Panggilan tertutup 'bunda'

Mengarah ke arah mashiho untuk memberi tau bahwa ia harus pulang karena sedang di cari bundanya

"Aku pulang dulu ya mashi, di cari bunda" mashiho hanya mengangguk sebagai jawaban dan masih melempar sebuah batu kecil ke danau

Junghwan pun mengarah ke arah motornya untuk menuju ke kediamannya sendiri

Mengapa junghwan menyebut restoran?, Sebenarnya Ia hanya tidak ingin membuat bundanya merasa khawatir apalagi mengetahui tempat yang ia selama ini sembunyikan

Mashiho mulai bangkit dari duduknya dan berpikir untuk melihat-lihat di daerah lain, sudah bertahun tahun banyak sekali yang berubah di kota ini menurut mashiho

***

Doyoung, entah kenapa dia masih sangat betah dengan pelajaran-pelajarannya itu. sungguh, dia tidak capek dengan semua itu?

Pria yang dari tadi menulis seribu kata dan tidak pernah berhenti, dan air yang belum ia minum dari tadi apa ia tidak haus?

Sang bibi pun membuka pintu dan membawakan doyoung sebuah makanan, bibi doyoung terlihat kaget setelah melihat secangkir gelas yang masih penuh dengan air

"Astaga doyoung, kamu belum minum?" Doyoung tidak menjawab ia hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya

"Ga haus bibi" dengan enteng doyoung mengatakan itu membuat bibinya mencubit doyoung di bagian lengan, agak keras tapi juga agak lembut

"Awch, sakit tau bi" doyoung merengek kesakitan mengelus lengan yang tadi di cubit oleh bibinya

"Makanya minum" bibi irene memberikan segelas air yang ada di meja untuk di berikan kepada doyoung, mau tidak mau doyoung harus meminumnya

MINE - HWANBBY [Rest]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang