01 : Pulang

3.4K 443 256
                                    


King Taehyung selalu menyempatkan diri untuk tinggal di rumah sang nenek
sebagai kunjungan rutin per bulan.

Namun, sejak neneknya meninggal 4 tahun lalu, King tidak pernah kembali lagi ke sana dan membiarkan rumah neneknya tetap kosong.

King telah meminta orang kepercayaannya untuk mengurus rumah peninggalan itu dengan sebaik-baiknya, yang merupakan sebuah keputusan bijak.

Setelah bertahun-tahun berlalu, King akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Ia mampu memiliki segalanya, uang dan kehormatan. Akan tetapi, tak satu pun darinya memutus rasa sepi King terhadap kehidupan.

Sejak neneknya meninggal, King tak memiliki siapa pun dan hanya fokus memperbesar perusahaan. Kemudian sesuatu yang serius terjadi, membuat King harus memutuskan untuk kembali ke tempat ia dilahirkan. Sebuah tempat di mana ketenangan dan rasa aman akan menyelimutinya.

Di sinilah King sekarang, berdiri memandang rumah besar neneknya yang sudah selesai direnovasi. Rumah bergaya lama itu masih berdiri dengan kokoh, hanya saja akan terasa sangat dingin tanpa kehadiran neneknya.

"Tuan King, aku sudah menyimpan kopermu di kamar."

Seorang pria parubaya muncul dari ambang pintu, tersenyum lebar. Pria lembut yang telah mengurus neneknya selama bertahun-tahun itu berjalan mendekat, kemudian dengan hangat memeluk King.

"Selamat datang kembali Tuan King, aku senang kau mau kembali ke sini setelah bertahun-tahun ...."

Pria itu tersekat kesedihan. King balas memeluk sama hangatnya. "Terima kasih atas sambutannya, paman Seok."

Pria itu tersenyum hangat.

"Kau benar-benar sudah jadi orang hebat. Terakhir kali aku melihatmu. Kau masih remaja."

King tersenyum lebar.

"Kau terlalu berlebihan. Omong-omong, bagaimana kabar keluargamu?"

"Baik-baik saja. Yoona sudah masuk SMP sekarang."

"Oh, ya? Padahal baru kemarin aku menggendong-gendongnya di punggung."

"Waktu berlalu dengan cepat."

"Ya, kau benar."

"Nah! Kau setuju waktu berjalan dengan cepat, bukan?"

King mengangguk. Pria di sampingnya itu berkata, "Hanya Soojae saja yang tidak setuju."

King membayangkan wajah seorang gadis lugu yang menatapnya dengan mengundang pada suatu sore yang hangat. Gadis muda yang enerjik, penuh rasa ingin tahu dan berani, dengan rambut tergerai dan rok pendek yang berkibar tertiup angin.

"Kenapa begitu?"

"Baginya waktu berjalan dengan sangat lambat, apalagi saat dia harus bekerja di swalayan. Dia membenci istilah waktu berjalan dengan cepat."

Paman Seok terkekeh. Kemudian membukakan pintu untuk King. Pria itu masuk, memandang ruang utama rumah besar itu, menghirup aromanya dalam-dalam sebelum melangkah lebih jauh.

"Rumah ini hanya memakan sedikit perbaikan. Kau tahu tukang cetak bata yang terkenal di balik bukit itu?"

Sebagai jawaban, King mengangguk. Tangannya menyentuh permukaan sofa yang terbuat dari kulit dan memandang foto neneknya yang terbingkai indah di sana.

"Bata hasil cetakkannya berkualitas super. Kakekmu membeli semua bata dan bahan bangunan dari tokonya."

"Butuh tukang yang berbakat supaya rumah ini berdiri dengan kokoh, kurasa rumah ini masih akan bertahan sampai 100 tahun lagi," lanjut paman Seok.

Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  Where stories live. Discover now