08 : Gadis Kentang

1K 213 98
                                    


Setelah pertemuannya dengan King di toserba, Soojae terus merasa dongkol dan kerap kali tak bisa menyembunyikan sikap sentimennya pada King, ia mengerjakan tugas rumah sambil mengeluarkan suara hentak-hentakan marah. Bibinya tidak marah karena ia bersikap menyebalkan, tetapi wanita itu justru mencemaskan keadaan hatinya.

"Aku baik-baik saja."

"Sungguh?"

"Ya, aku agak lelah karena bekerja dan sedang, uh! Datang bulan."

"Kasihan sekali, aku mengerti perasaanmu, Nak."

"Kau lebih mengerti aku daripada ibuku sendiri."

Bibinya tersenyum sayang.

"Akan kubuatkan kau cokelat hangat."

Kekesalannya sudah mereda, tetapi tak bertahan lama setelah mendengar pamannya terus menyanjung-nyanjung King setinggi langit. Dari A sampai Z, tak satu pun pencapaian King di kota terlewat. Soojae ingin sekali menghentikan semua ocehan pamannya, tetapi kalau ia melakukan hal demikian. Pamannya bisa curiga. Kalau pria itu sampai curiga dan mendesak minta jawaban. Soojae mau tidak mau harus membongkar rahasia yang sudah 4 tahun dikuburnya rapat-rapat.

Tentu saja rahasia bahwa King pernah melecehkannya! Mereka mengagumi King, akan seperti apa jadinya jika mereka tahu bahwa keponakan mereka yang polos dan cantik telah dilecehkan di dalam mobil? Tidakkah mereka akan kecewa pada tuan mereka sendiri? Lagi, Soojae terlalu malu untuk mengakui bahwa ia telah ... kau tahu, disentuh laki-laki.

Soojae ingat sekali kejadian sore itu dan ia kembali ke rumah sambil menahan isak tangis. King membuatnya malu, membuatnya merasa rendah tepat ketika ia benar-benar mencemaskan keadaan pria itu.

Lalu kenapa? Bukankah itu salahnya sendiri? Bukankah selama ini ialah yang sering menggoda King dengan memakai pakaian-pakaian ketat? Ya, itu benar. Soojae sepenuhnya mengaku salah. Isak tangisanya sebagian besar keluar karena kecewa pada kenyataan bahwa ia masih gadis yang lemah dan penakut.

Belum lagi, Soojae malu serta marah pada King.

Ia malu karena belum siap menerima serangan pria itu, juga marah karena King mungkin hanya tertarik pada tubuhnya saja. Itu sungguh membuatnya merasa seperti gadis murahan. Padahal ia hanya berharap King menerima curahan hatinya yang tulus. Ia kecewa akan reaksi King yang menyepelekannya dan pergi begitu saja. Sekarang, tahu-tahu saja pria itu kembali, bersikap sok baik dan menyesal. Kenapa baru sekarang? Setelah hari-hari merana tanpa kata itu berhasil Soojae lewati dengan susah payah? Kenapa baru sekarang, setelah ia berhasil menjalani hidup apa adanya?

"Soojae? Kau sudah bangun, Sayang?"

"Hm ...."

"Kau sakit?"

"Tidak, aku hanya ... hanya ingin menikmati hari libur dengan bermalas-malasan."

"Oh, tentu saja. Jangan lupa untuk makan sarapanmu. Aku dan Yuna hendak pergi ke ladang."

"Paman?"

"Dia sudah pergi lebih awal, hari ini kita panen kentang!"

"Kentang!"

Soojae langsung duduk tegak. Ia melompat dari ranjang dan meraih kenop pintu.

"Boleh aku ikut?"

"Katanya kau ingin bermalas-malasan?"

Soojae tersipu-sipu. "Mana mungkin aku melewatkan kesempatan emas ini."

"Sepatu botmu ada di halaman belakang. Jangan lupa pakai topi, oke?"

"Aku akan segera menyusul!"

"Kau selalu bersemangat kalau soal kentang."

"Oh! Tentu saja. Dia itu kesukaanku!"

Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ