04 : Lumbung

999 185 44
                                    

"Masih belum menyerah?"

"Belum."

Soojae membalas tatapan King yang tajam, tatapan yang membuat dada si gadis menggelenyar sekaligus hampir-hampir membuat kakinya nyaris tertekuk lemas. Butuh usaha keras bagi Soojae untuk bisa membuntuti pria itu sampai ke lumbung.

Dengan rok pendek dan blus putih menerawang. Soojae menghadang King di bilik kuda, yang langsung membuat King marah.

"Mengapa kau bisa ada di sini?"

"Memangnya kenapa? Pamanku yang menjaga lumbung, tentu saja aku bisa masuk ke sini."

"Kau bisa saja digigit atau ditendang kuda."

"Aku sudah akrab dengan hewan-hewan ini kok."

King cemberut, kemudian menarik kudanya ke dalam bilik kandang yang luas. Soojae terpaksa menepi, membiarkan kuda cokelat itu mengambil sebagian besar tempat dengan tubuhnya yang jangkung dan kuat.

Jerami-jerami kering di bawah bergemerisik saat King menginjaknya dengan sepatu. Soojae bersandar di tembok, mengamati King dengan si kuda. Oh! Betapa pria itu kelihatan sangat tampan dan kuat. Soojae ingin memeluk King dari belakang, menyentuh rambutnya yang hitam, meremas bokongnya, membelai sesuatu di antara pahanya.

Soojae tidak tahu sejak kapan pikiran-pikiran liar itu tumbuh di kepalanya, tetapi sejak Soojae mengenal King. Pria itu mengundang berbagai macam fantasi Soojae di dalam mimpi-mimpinya.

"Boleh aku melihat lebih dekat?"

"Anak kecil, sebaiknya kau tetap di sana."

Mendengar King memanggilnya dengan cara meremehkan seperti itu, Soojae cemberut.

"Aku bukan anak kecil!"

"Menurutku, ya. Kau anak kecil."

"Anak kecil tidak punya tubuh semolek aku!"

Soojae mencondongkan tubuh, payudaranya yang masih dalam proses pertumbuhan membusung ke depan.

King menatap payudara gadis itu.

"Untuk ukuran gadis belia sepertimu, itu ukuran yang lumayan."

"Kau mengakuinya, 'kan?"

"Ya, tapi tetap saja kau cuma gadis kecil."

"Memangnya aku tidak boleh menggoda pria dewasa sepertimu?"

King selesai mengurusi kudanya, kemudian berbalik menghadap Soojae. Tubuh jangkung pria itu membuat Soojae harus mendongak setiap kali ingin menatap wajah King. Dia benar-benar besar dan ... berbahaya.

"Dengar, kalau kau tidak segera pergi dari sini. Aku akan melemparmu ke jerami dan menciummu sampai kau menangis."

Pipi Soojae bersemu merah mendengar ucapan King yang vulgar dan terasa intim itu, tetapi tentu saja tidak membuat Soojae ketakutan. Justru semakin merasa tertantang.

"Aku tidak takut dengan ancaman kosongmu itu."

"Aku tidak bohong." King mengatupkan rahang, sepatu botnya mengetuk-ngetuk tak sabar. Seakan-akan sedang menghitung di dalam hati, memberi Soojae kesempatan untuk kabur.

Tidak seperti yang diharapkan King, Soojae justru mengangkat dagu tinggi-tinggi.

"Dengar, King yang pemarah. Aku tidak takut denganmu."

"Kau memang senang menantang, ya?"

"Ya!"

"Apa salahku sampai-sampai kau terus menggangguku?"

"Aku cuma minta naik kudamu."

"Tidak boleh."

Soojae cemberut.

Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  Where stories live. Discover now